Sektor Pertanian Perlu Segera Adopsi Teknologi Digital
Merdeka.com - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Azizah Fauzi mengatakan, adopsi teknologi digital pada sektor pertanian Indonesia perlu dipercepat untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja sektor pertanian. Penggunaan teknologi digital yang tepat guna dapat membantu petani dalam meningkatkan daya saingnya khususnya dalam rantai pasok global.
"Rendahnya produktivitas masih menjadi masalah dalam sektor pertanian Indonesia. Adopsi teknologi diharapkan dapat membuat pemanfaatan input pertanian menjadi lebih maksimal," ujarnya, Jakarta, Selasa (15/3).
Penelitian CIPS menunjukkan, produktivitas padi, kedelai dan bawang merah cenderung landai dalam beberapa tahun terakhir dengan masing-masing di angka 5 ton per hektar gabah kering giling, 1,5 ton per hektar biji kering dan 10 ton per hektar. Hanya produktivitas jagung menunjukkan tren yang meningkat dengan capaian 5,5 ton pipilan kering per hektar pada 2019 lalu.
-
Mengapa teknologi pertanian penting? Perkembangan teknologi pertanian telah memungkinkan produksi makanan yang lebih besar dan efisien.Mengurangi ketergantungan pada tenaga manusia, dan menghasilkan hasil pertanian yang lebih berkualitas.
-
Apa kebutuhan utama untuk meningkatkan produktivitas pertanian? 'Kami dorong terus solusi cepat pompanisasi sebagai upaya bersama dalam meningkatkan produktivitas. Kita bersyukur Indonesia mampu bertahan dari berbagai ancaman dan krisis yang menerpa seluruh dunia,' jelasnya.
-
Apa manfaat bioteknologi untuk pertanian? Meningkatkan hasil produksi dalam bidang pertanian, perkebunan, serta perikanan khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan pangan.
-
Apa saja yang dibutuhkan untuk transformasi digital di Indonesia? Ada dua hal yang menjadi poin penting. Pertama, talenta dan yang kedua adalah infrastruktur digital.
-
Bagaimana cara meningkatkan kesejahteraan petani di Jawa Timur? “Kesejahteraan petani harus meningkat seiring dengan peningkatan produktifitas pertanian kita. Untuk itu saat panen raya kemarin, kami terus berkoordinasi dari hulu ke hilir agar jangan sampai harga jual petani turun“
-
Mengapa perubahan iklim berdampak pada produktivitas pertanian? Perubahan iklim mengakibatkan pemanasan suhu bumi, kenaikan batasan air laut, dan terjadinya banjir.
Adopsi teknologi digital di hulu dapat membantu peningkatan produktivitas pertanian. Penerapan Internet of Things (IoT) dalam pertanian, contohnya, mampu membantu petani mendeteksi kondisi tanah, cuaca, memantau hama dan lain sebagainya.
Sementara di hilir, kehadiran teknologi digital pertanian dapat membuka akses yang lebih besar untuk pada petani kepada pasar. Teknologi dapat menghubungkan petani langsung dengan konsumen, sehingga hal ini dapat mempersingkat rantai pasok. Kehadiran beberapa marketplace produk pertanian membantu menjalankan fungsi tersebut.
Azizah menambahkan, para petani juga dapat mengurangi ketergantungannya dengan tengkulak. Selama ini, petani lebih banyak menjual hasil pertanian dalam jumlah besar ke tengkulak. Hal ini menyebabkan petani tidak memiliki daya tawar yang kuat untuk menentukan harga produsen.
"Di samping itu, petani juga memiliki akses terhadap informasi harga komoditas di pasaran yang akurat dan transparan. Pemahaman yang kuat terhadap dinamika harga komoditas pertanian dapat membantu petani untuk menentukan harga produsen secara lebih terukur," jelas Azizah.
Akses Digital Petani Belum Merata
Sayangnya, belum semua petani memiliki akses terhadap teknologi digital pertanian. Hal ini dikarenakan masih banyaknya tantangan mendasar yang menghalangi petani untuk menggunakan teknologi digital, misalnya saja belum memadainya infrastruktur pertanian yang mendukung serta minimnya pemahaman dan literasi digital.
Selain itu, teknologi yang dimaksud juga biasanya relatif sulit dijangkau oleh petani. Harga yang relatif tinggi dan belum tentu sesuai dengan skala usaha petani akhirnya membuat mereka enggan mengadopsi teknologi tersebut.
Menurut data BPS, generasi yang berusia di bawah 40 tahun di sektor pertanian hanya sebesar 8 persen dari total jumlah petani di Indonesia, mayoritas pekerja sektor pertanian Indonesia sudah berusia di atas 45 tahun.
Adopsi teknologi digital di pertanian juga dapat dilakukan dengan meningkatkan investasi di sektor pertanian. Investasi dalam negeri maupun asing dapat memungkinkan adanya transfer teknologi serta pelatihan sumber daya manusia. Regulasi yang terbuka pada investasi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan sangat penting untuk memastikan modernisasi dan adopsi teknologi digital yang bermanfaat bagi petani.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemanfaatan inovasi teknologi dapat meningkatkan produksi beras dalam negeri.
Baca SelengkapnyaIni memerlukan dukungan berbagai stakeholder terkait, meliputi pemerintah, produsen dan distributor alsintan, lembaga pelatihan, hingga lembaga pembiayaan.
Baca SelengkapnyaDi sektor hulu, misalnya, pemanfaatan teknologi digital dilakukan pada alur bisnis sejak awal hingga akhir
Baca SelengkapnyaTerutama, kata dia terkait produksi pangan nasional.
Baca SelengkapnyaIndonesia-Korea Selatan meluncurkan platform Ekonomi Digital Hijau (GDEP).
Baca SelengkapnyaPetani Merauke menyambut positif aksi cepat pemerintah dalam memenuhi kebutuhan alat pertanian yang mendesak.
Baca SelengkapnyaPT Pupuk Indonesia menyumbang 62 persen dari produktivitas pertanian nasional.
Baca SelengkapnyaIndonesia diproyeksikan menjadi pemimpin dalam adopsi artificial intelligence (AI) di kawasan ASEAN.
Baca Selengkapnya"Digitalisasi oleh UMKM membuka berbagai peluang bagi perluasan akses pasar," kata Menteri Budi
Baca SelengkapnyaMentan Amran menyebutkan modernisasi sebagai kunci peningkatan produksi.
Baca SelengkapnyaKementerian Pertanian (Kementan) terus upayakan peningkatan produksi.
Baca SelengkapnyaYulin Jia menekankan pentingnya kemandirian pangan bagi negara-negara dengan populasi besar seperti Indonesia.
Baca Selengkapnya