Selain Korupsi, Menteri Erick Bongkar Penyakit Lain Garuda Indonesia
Merdeka.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir mengungkapkan, salah satu alasan membuat beban operasional Garuda Indonesia terus membengkak. Ini terjadi akibat perseroan terlalu banyak membeli atau menyewa pesawat dengan jenis yang berbeda-beda.
Banyaknya pesawat sewaan, secara otomatis membuat perawatannya (maintenance) pun berbeda-beda. Sehingga menyebabkan biaya perawatan jadi mahal.
Garuda Indonesia sempat beroperasi dengan 200 pesawat. Kemudian turun menjadi 142 pesawat. Setelah terpukul akibat pandemi, jumlahnya kian berkurang kini hanya beroperasi dengan 35 pesawat.
-
Kenapa Pelita Air beli banyak Airbus A320? Amanat dari Pemerintah untuk terus meningkatkan konektivitas udara Nasional dan tingginya minat masyarakat merupakan faktor utama yang mendorong perusahaan untuk terus menambah jumlah armadanya agar bisa menambah frekuensi penerbangan dan rute-rute penerbangan yang baru.
-
Bagaimana Garuda Mataram dikelola sekarang? Kini Garuda Mataram Motor dikendalikan Indomobil group, yang dimiliki keluarga Sudono Salim.
-
Siapa yang memiliki mobil bernama Garuda? Ilmuwan ini memiliki kendaraan kesayangannya. Bahkan ia menamai kendaraan tersebut sebagai Garuda.
-
Kenapa Garuda Mataram dibuat? Akibat PT Piola bangkrut, pemerintah Presiden Soeharto memutuskan kebijakan penyelamatan dan membentuk perusahaan baru untuk mengelola VW di Indonesia.
-
Mengapa pengusaha rela mengeluarkan biaya besar? 'Setiap kalori harus berjuang untuk hidupnya,' kata Jhonson.
-
Kenapa Garuda Indonesia sering telat terbangkan jemaah haji? Ketua Komisi VIII DPR RI, Ashabul Kahfi menyorot kinerja maskapai Garuda Indonesia terkait banyaknya keberangkatan jemaah haji yang terlambat.
Di sisi lain, manajemen lama juga banyak menyewa pesawat dari para lessor dengan harga yang tinggi atau kemahalan dibandingkan harga rata-rata di pasaran.
"Jadi Garuda itu, lessor kita termahal mencapai 28 persen, sedangkan pesawat-pesawat maskapai lain itu 8 persen. Lalu Garuda banyak jenis pesawatnya, sehingga operasionalnya pun lebih mahal," kata Menteri Erick, dalam wawancara di Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Selasa (11/1) malam.
Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), kinerja keuangan Garuda hingga September 2021 lalu mencatatkan total pendapatan sebesar USD568 juta atau sekitar Rp 8,06 triliun (asumsi kurs Rp 14.200 per USD).
Sementara, total biaya operasional yang ditanggung Garuda hingga September 2021 lebih besar yakni mencapai USD1,29 miliar atau sekitar Rp 18,31 triliun.
Kebiasaan Buruk Garuda Indonesia
Mantan Bos Inter Milan itu menambahkan, ada kebiasaan buruk Garuda Indonesia ketika membeli pesawat. Kebiasaan itu lah yang pada akhirnya berdampak pada krisis keuangan perusahaan.
Dia mengatakan, manajemen lama maskapai pelat merah tersebut suka membeli pesawat terlebih dahulu, tanpa menentukan rute penerbangan. Padahal, seharusnya perusahaan memetakan terlebih dahulu rute penerbangannya, baru membeli pesawat yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi rute.
"Setelah kami dalami, banyak pembelian ini, hanya beli pesawat, bukan justru rutenya yang dipetakan lalu pesawatnya apa. Jadi ini malah pesawatnya dulu, baru rutenya," ungkapnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengakui, Perseroan saat itu memang mengasumsikan sebuah rute terlebih dahulu, kemudian baru menyediakan pesawat sebanyak-banyaknya, tanpa melihat demand.
Irfan pun menyadari pendekatan sebelumnya yang dilakukan Garuda Indonesia tidak mampu memberikan banyak keuntungan bagi Perseroan. Oleh karena itu, dia berharap dengan pendekatan baru ini rencana bisnis di tahun depan bisa dicapai.
"Pengalaman mengajarkan juga kepada kita, approach itu nggak terlalu tepat. Approach yang paling tepat adalah mengoperasikan pesawat di rute-rute yang profitable secara perlahan-lahan membuka rute-rute lain maupun meningkatkan preferensi. Jadi itu, kita berharap jumlahnya akan meningkat dibandingkan tahun ini" tuturnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Baginya, efisiensi di tubuh BUMN terus menjadi agenda utama pada perusahaan-perusahaan milik negara yang ia pimpin.
Baca SelengkapnyaSejumlah perusahaan BUMN masih terlilit utang besar dengan nilai hingga triliunan rupiah.
Baca SelengkapnyaErick Thohir mengapresiasi Kejaksaan Agung yang mau berkolaborasi untuk membongkar kasus besar di perusahaan BUMN.
Baca SelengkapnyaSaat ini, skema peleburan maskapai penerbangan masih akan terus dibahas dan menunggu beberapa masukan.
Baca SelengkapnyaHarga tiket pesawat jadi sorotan belakangan ini. Tak sedikit masyarakat yang menganggap harga tiket pesawat terlampau mahal.
Baca SelengkapnyaMenurut Menhub Budi, ada empat faktor utama yang membuat batas tarif pesawat melonjak.
Baca SelengkapnyaMenurut Sandiaga, untuk menurunkan harga tiket pesawat, dibutuhkan tambahan 700 pesawat.
Baca SelengkapnyaJaksa juga mengenakan biaya pengganti kepada Emirsyah sebesar USD 86.367.019.
Baca SelengkapnyaBesaran pengaruh harga avtur terhadap tiket pesawat bekisar 20 sampai 30 persen. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata harga avtur dunia.
Baca SelengkapnyaDengan harga yang tidak berbeda jauh, masyarakat Indonesia justru lebih memilih berlibur ke luar negeri dibanding wisata domestik.
Baca SelengkapnyaBudi menegaskan pentingnya pengelolaan avtur yang dilakukan secara multi-provider, seperti yang diterapkan di negara lain.
Baca SelengkapnyaMenurut Erick, terdapat berbagai aturan yang memerlukan dukungan perubahan agar solusi terhadap harga tiket dapat dicapai.
Baca Selengkapnya