Selain Trump, pajak Google juga jadi bahasan menkeu sedunia
Merdeka.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani baru saja kembali dari pertemuan negara G-20 di Jerman. Dalam pertemuan membahas mengenai International Taxation dan digital economy dan juga terkait perpajakan beberapa perusahaan Over The Top (OTT) seperti Google dan Amazon.
"Di dalam G-20 mengenai International Taxation juga dibahas mengenai digital economy. Sehingga, para menkeu bahas soal gimana dengan makin besarnya peranan e-commerce dan digital economy maka otoritas pajak seluruh dunia alami bahwa perlu dilakukan kesiapan dan kerja sama yang lebih baik," kata Menkeu Ani, sapaan akrabnya di kantornya, Rabu (22/3).
Terkait pajak Google, katanya, ini juga menjadi tantangan bagi negara-negara yang tergabung di G-20, terlebih saat ini masuk era digital. "Karena operasi dari company across border seperti Google, Amazon, dan yang lain-lain itu menimbulkan juga tantangan dari sisi pengumpulan pajak di semua negara. Negara-negara maju dan kita semua bahas secara cukup detail bagaimana dalam hadapi digital economy dari sisi perpajakan. Sehingga perusahaan ini tidak lakukan double standard di beberapa negara," jelasnya.
-
Apa yang dilakukan Sri Mulyani setelah bertemu Jokowi? Namun, Sri Mulyani enggan bicara banyak setelah rapat bersama Jokowi. Dia menolak memberikan pernyataan dan enggan tanya jawab dengan awak media. Sembari menjawab singkat, ia cuma menunjukkan gestur minta maaf dengan tangannya.
-
Kenapa Sri Mulyani bertemu Jokowi? 'Ya betul. Pukul 14.30 WIB, Bu Menkeu diagendakan untuk diterima Bapak Presiden di Istana Merdeka, untuk melaporkan hal-hal yang terkait pelaksanaan APBN 2024,' kata Koordinator Staf Khusus Presiden, Ari Dwipayana kepada wartawan, Jumat (2/2/2024).
-
Siapa yang hadir di rapat Sri Mulyani dan Jokowi? Rapat itu juga dihadiri Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.
-
Apa profesi Sri Mulyani saat ini? Hingga saat ini, Ia mesih menjabat sebagai menkeu selama dua periode kepemimpinan Jokowi di Kabinet Kerja dan Kabinet Indonesia Maju.
-
Apa yang dicapai Dirut Pertamina di G20? Nicke berhasil membawa tiga rekomendasi utama yakni Percepatan Transisi untuk Energi Berkelanjutan, Memastikan Transisi yang Tepat dan Berkeadilan dan Keterjangkauan Energi.
-
Kenapa Menko Perekonomian ikut ke KTT G20? Menko Airlangga menegaskan, Pemerintah Indonesia membawa misi besar dalam agenda KTT G20. Salah satunya untuk memperkuat kerja sama di bidang perekonomian.
Menurutnya, Indonesia harus mengambil kesempatan baik ini untuk saling berdiskusi dan bertukar pikiran terkait penanganan penyelesaian masalah perpajakan untuk perusahaan OTT termasuk google.
"Ini adalah salah satu yang kami perbaiki dan kesepakatan di bidang internatioanl taxation adalah peluang yang baik dan kita harus mengambil manfaat dan menjaga kepentingan Indonesia," pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan pertemuan negara-negara G-20 tak menemukan kesepakatan mengenai arah kebijakan perdagangan. Hal ini disebabkan kerena pemerintahan baru Amerika Serikat yang dipimpin Presiden Donald Trump menerapkan proteksionisme.
"Namun pada pertemuan G-20 saat ini, tidak ada kesepakatan mengenai arah (kebijakan perdagangan). Jadi mereka tetap sepakat bahwa trade memang diperlukan namun AS menyampaikan bahwa mereka ingin agar trade yang fair dan definisi dari fair oleh AS adalah sesuai dengan kebutuhan AS sendiri yang tak selalu sama dengan fair dari sisi internasional," ujar Ani.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
OECD berencana mengeluarkan kebijakan pengenaan pajak kepada orang terkaya atau miliarder yang tarifnya 2 persen.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi mengirim Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ke Brazil di tengah isu reshuffle kabinet.
Baca SelengkapnyaSetoran PPN dari pelaku PMSE tahun 2023 Rp3,15 triliun.
Baca SelengkapnyaPenerimaan tersebut berasal dari PPN PMSE, pajak kripto, pajak pinjaman online dan pajak SIPP.
Baca SelengkapnyaTekanan yang dialami negara-negara maju itu dipengaruhi kenaikan suku bunga yang terlalu tinggi yang terjadi di berbagai negara.
Baca SelengkapnyaAngka tersebut diperoleh dari 163 perusahaan pemungut.
Baca SelengkapnyaIndonesia berupaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaProses mencapai target penerimaan pajak tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Baca SelengkapnyaTotal pendapatan negara pada tahun 2025 terdiri dari penerimaan perpajakan yaitu dari pajak dan cukai sebesar Rp2.490,9 triliun.
Baca SelengkapnyaAngka penerimaan pajak ini kemudian meningkat hingga Rp6,76 triliun pada tahun 2023.
Baca SelengkapnyaMenteri Keuangan Sri Mulyani blak-blakan kasus barang kiriman impor dikenakanan pajak tinggi.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani merinci, penerimaan pajak terbesar disumbang Pajak penghasilan (PPh) Non Migas mencapai Rp593,76 triliun.
Baca Selengkapnya