Sembrono tarik utang valas, korporasi bakal kena sanksi
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) bakal mengeluarkan regulasi terkait pengaturan utang luar negeri swasta. Beleid itu akan memuat sanksi kepada korporasi swasta yang tak hati-hati berutang valuta asing.
"Kalau yang dikeluarkan satu setengah lalu sifatnya imbauan, motivasi, reminder. Nanti ada sanksi dari sifatnya administratif hingga secara operasional finansial diberlakukan," kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo seusai membuka program pendidikan pengawasan makroprudensial, Jakarta, Senin (27/10).
Agus menjelaskan, saat ini utang luar negeri Indonesia terus meningkat. Di mana, utang luar negeri korporasi lebih tinggi dari pemerintah. Dengan regulasi dikeluarkan nanti, korporasi bisa tetap melakukan pinjaman luar negeri. Asal mengikuti rambu-rambu ditetapkan pemerintah.
-
Kenapa risk awareness penting bagi bankir? Menurut Sunarso, risk awareness perlu ditingkatkan mengingat situasi perbankan yang begitu dinamis. “Maka menjadi penting [peningkatan risk awareness yang baik], untuk menjaga sustainability industri keuangan khususnya perbankan,“ ujarnya di sela-sela acara sharing ‘Visionary Leadership During Uncertainty’ yang diselenggarakan oleh Bankers Association for Risk Management.
-
Bagaimana BRI mengelola resiko di tengah pemulihan? Kendati demikian untuk memperkuat kondisi yang semakin membaik, pihaknya menerapkan strategi konservatif dengan mengalokasikan dana pencadangan yang lebih dari memadai sebagai salah satu mitigasi risiko.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Bagaimana BRI menanamkan risk awareness? Oleh karena itu, lanjut Sunarso, risk awareness perlu terus diajarkan agar dapat menjaga bankir dalam menjalankan profesinya.
-
Siapa saja yang termasuk Bank Pemerintah di Indonesia? Daftar bank BUMN di Indonesia antara lain adalah BRI, BNI, Bank Mandiri, dan BTN.
-
Mengapa DPR ingatkan OJK untuk hati-hati? Menurut kami, rencana pencabutan moratorium ini harus dilakukan secara hati-hati dengan berbagai pertimbangan yang komprehensif.
"Contohnya, pengelolaan risiko nilai tukar. Mereka harus mengatur dan mengelola agar risiko nilai tukar tidak seperti 1997-1998, dimana posisinya terbuka tidak ada kebijakan manajemen risiko baik dan lindung nilai, dan akibatnya berisiko terhadap utang."
Selain itu, korporasi juga diminta memerhatikan risiko likuiditas. Dikhawatirkan, korporasi tak memiliki kecukupan valas untuk membayar utang luar negeri jatuh tempo. "Akhirnya nabrak-nabrak pasar dan jadi terguncang," katanya.
Kemudian, korporasi juga diminta untuk memerhatikan kesehatan finansialnya. Korporasi dengan modal kecil atau bahkan tidak sehat dilarang berutang valas dalam jumlah besar.
"Persoalan lain, risiko mismatch. Misal, meminjam dengan jangka waktu 1 tahun, padahal investasi project 15 tahun. Kalau utangnya nggak diperpanjang, itu jadi risiko. Itu musti ditata ulang dengan baik."
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kepercayaan diri dalam mengelola pasar, tergantung dengan kepercayaan pasar.
Baca SelengkapnyaDirut BRI tegaskan bankir perlu memiliki risk awareness yang baik dalam menghadapi tantangan ekonomi global.
Baca SelengkapnyaIndonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.
Baca SelengkapnyaMenteri Erick Thohir ingatkan BUMN yang memiliki utang dalam bentuk dolar AS karena nilai tukar Rupiah terus anjlok beberapa hari terakhir.
Baca SelengkapnyaErick mencontohkan inflasi AS sebesar 3,5 persen membuat langkah the Fed menurunkan suku bunga acuan
Baca SelengkapnyaGaruda Indonesia Siapkan Dana Rp774 Miliar untuk Bayar Utang, Uangnya Dari Mana?
Baca SelengkapnyaKusfiardi menekankan perlunya kebijakan fiskal yang hati-hati dan proaktif, termasuk dalam pengelolaan investasi infrastruktur yang strategis.
Baca SelengkapnyaNaiknya utang luar negeri karena penarikan pinjaman, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.
Baca SelengkapnyaDian Ediana Rae merincikan utang Sritex kepada bank mencapai Rp14,42 triliun, sementara kepada perusahaan pembiayaan tercatat sebesar Rp0,22 triliun.
Baca SelengkapnyaPinjaman online (Pinjol) telah menjadi pilihan yang populer bagi banyak orang yang membutuhkan dana cepat dalam situasi mendesak.
Baca SelengkapnyaPenetapan kriteria seperti apa yang bisa dihapus tagih dinilai paling penting untuk ditentukan agar tak menimbulkan moral hazard.
Baca Selengkapnya