Sepanjang 2015, dana asing kabur dari China tembus Rp 7.000 triliun
Merdeka.com - Arus dana asing keluar atau capital outflow tidak hanya terjadi di Indonesia yang membuat nilai tukar Rupiah melemah. China juga mengalami capital outflow cukup parah, di mana arus dana asing mengalir deras keluar dari China.
Laporan Kementerian Keuangan Amerika Serikat (AS) menyebut, dana asing yang keluar dari China mencapai USD 520-530 miliar atau setara dengan Rp 7.306 triliun. Dana asing ini kabur dari China sepanjang 2015.
Banyaknya dana asing keluar disebabkan karena investor khawatir tentang perlambatan ekonomi China. Selain itu, gejolak pasar saham dan devaluasi Yuan juga menambah ketakutan investor. Upaya pemerintah China meyakinkan investor ternyata belum sukses.
-
Kenapa minat investor asing menurun di sektor keuangan Indonesia? Menurunnya minat investor asing terhadap sektor keuangan Indonesia disebabkan oleh sentimen peningkatan yield surat utang di Amerika Serikat dan tren suku bunga tinggi di sejumlah bank sentral negara maju. Akibatnya, kebutuhan likuiditas pemerintah dan pelaku usaha akan menjadi sangat kompetitif dan berbiaya mahal,' ucap Said.
-
Bagaimana Jakarta menarik investor? Pemprov DKI Jakarta mengundang para investor untuk datang menjajaki berbagai proyek potensial yang dikelola oleh badan usaha milik daerah (BUMD) serta badan layanan umum daerah (BLUD).
-
Kenapa Presiden Jokowi mengajak investor Tiongkok berinvestasi di Indonesia? Mengingat sejumlah indikator ekonomi di Indonesia menunjukkan capaian positif, antara lain pertumbuhan ekonomi yang konsisten di atas 5 persen, neraca dagang yang surplus 41 bulan berturut-turut, Purchasing Manager Index (PMI) berada di level ekspansi selama 25 bulan berturut-turut, dan bonus demografi.
-
Kenapa AS khawatir dengan dominasi teknologi China? “Penelitian kami mengungkapkan bahwa China telah membangun fondasi untuk memposisikan dirinya sebagai negara adidaya sains dan teknologi terdepan di dunia.
-
Apa yang dilarang AS investasikan ke China? AS akan melarang investasi perusahaan Amerika Serikat (AS) di beberapa bidang sektor teknologi tinggi ke China, termasuk kecerdasan buatan.
-
Mengapa AS khawatir dengan program luar angkasa China? Program luar angkasa Tiongkok yang sedang berkembang dan stasiun luar angkasa Tiangong-nya berulang kali dikemukakan dalam sambutannya pada sidang subkomite DPR AS yang disiarkan langsung mengenai masa depan penelitian luar angkasa dan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), yang diperkirakan akan dihentikan pada tahun 2030.
Menurut data yang sama, arus modal yang keluar dari China sepanjang Agustus 2015 saja mencapai USD 200 miliar. Sedangkan dalam enam bulan pertama tahun lalu, dana asing yang keluar dari China hanya USD 26 miliar saja.
Pemerintah China sebenarnya tak tinggal diam melihat kondisi ini. Mereka mengeluarkan kebijakan dengan membatasi penarikan dana individu ke luar negeri hanya USD 50.000 per tahun. Selain itu, Presiden Xi Jinping sudah membatasi penarikan uang lewat ATM di luar negeri.
Derasnya dana asing keluar dari China mengancam nilai tukar Yuan terhadap USD. Kondisi ini memaksa bank sentral China untuk melakukan intervensi pasar dan menguras cadangan devisa mereka.
Pada Juli, Agustus, September, bank sentral China sudah melakukan intervensi besar-besaran dan menghabiskan cadangan devisa USD 230 miliar. Langkah ini diambil untuk mencegah Yuan jatuh lebih dalam.
Secara historis, China memang mengontrol kuat nilai tukar Yuan. Anjloknya Yuan dituding sebagai salah satu cara China untuk meningkatkan ekspor dan manufaktur.
"Kementerian akan terus memantau pelaksanaan kebijakan kebijakan baru China terhadap nilai tukar dan melihat reaksi di di lapangan," kata laporan Kementerian Keuangan Amerika Serikat seperti dikutip CNN, Rabu (21/10). (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cara orang super kaya di China amankan aset ditengah perekonomian yang melambat.
Baca SelengkapnyaPerlambatan ekonomi China memberikan pengaruh ke ekonomi negara lain, termasuk Indonesia.
Baca Selengkapnyatetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR).
Baca SelengkapnyaBank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan.
Baca SelengkapnyaAngka pengangguran yang melonjak tak terduga di Amerika Serikat (AS).
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengatakan perekonomian global masih melemah saat ini
Baca SelengkapnyaHal itu disampaikan IMF karena kekhawatiran meningkat menjelang kemungkinan terpilihnya kembali Donald Trump sebagai presiden AS dalam Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaEkonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan mulai melambat di semester II-2024 seiring dengan penurunan permintaan domestik.
Baca SelengkapnyaTak bisa dipungkiri, China merupakan negara mitra dagang terbesar Indonesia.
Baca Selengkapnyakonsumen menghadapi perekonomian yang sedang berjuang untuk pulih pasca-pandemi dan lemahnya yuan.
Baca SelengkapnyaSituasi ini memberikan tekanan pada pasar keuangan dunia.
Baca SelengkapnyaPada Jumat (8/9), nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.327 per USD.
Baca Selengkapnya