Serikat Pekerja BUMN tuding para menteri sekongkol jerumuskan Jokowi
Merdeka.com - Serikat Pekerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bersatu menuding jajaran kabinet Jokowi-JK khususnya Menteri BUMN Rini Soemarno berniat menjerumuskan Presiden Joko Widodo. Salah satu bentuknya ialah dimasukannya anggota politisi Emron Pangkapi ke dalam jajaran komisaris PT Timah (Persero) Tbk.
"Sungguh aneh alasan Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, mengaku tidak mengetahui bahwa Emron Pangkapi yang telah menjadi komisaris PT Timah (Persero) Tbk pernah terjerat kasus korupsi," ujar Ketua Umum BUMN Bersatu, Arief Poyuono dalam siaran pers, Jakarta, Selasa (7/4).
Menurut dia, merupakan suatu kesalahan atau blunder oleh menteri BUMN dalam mengangkat seorang komisaris BUMN tanpa menelisik latar belakangnya. "Ini seperti ada Gerakan 'Operasi Salah Pengertian' yang dilakukan jajaran kabinet Jokowi, untuk menjerumuskan pemerintahan yang dipimpin Jokowi agar berbuat kesalahan dan blunder," tegasnya.
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
-
Siapa yang disebut Jokowi sebagai sosok yang keliru? “Karena ia percaya sumber daya planet bumi terbatas. Akan tetapi, ternyata Thanos keliru.“
-
Mengapa Jokowi digugat? Gugatan itu terkait dengan tindakan administrasi pemerintah atau tindakan faktual.
-
Kenapa menteri Jokowi korupsi? Di mana para menteri yang terjerat korupsi adalah kader partai pendukung pemerintah.
-
Kenapa Jokowi reshuffle kabinetnya? Presiden Joko Widodo kembali melakukan reshuffle kabinet menteri dan wakil menteri hari ini Senin (17/7).
-
Bagaimana modus korupsi menteri Jokowi? Mantan Menteri Sosial (Mensos) Idrus Marham terjerat kasus suap terkait proyek PLTU Riau-1.
Apalagi, lanjutnya, belum lama ini Jokowi juga terkena kritikan usai keluarnya Perpres tentang uang muka pembelian mobil untuk pejabat dengan nilai cukup fantastis yakni Rp 210 juta per orang. Hal ini menjadi anomali karena Jokowi mengaku tidak diberitahukan atau diberi masukan besaran jumlahnya oleh menteri Keuangan, menseskab dan kepala staf kepresidenan yang bertugas mengevaluasi sebuah keputusan sebelum diteken Jokowi.
"Sehingga Jokowi menjadi bulan bulanan akibat perpres yang sudah ditekan oleh Jokowi. Di semua media sosial dianggap Jokowi tidak repo salero terhadap keadaan masyarakat yang sedang banyak mengalami kesulitan ekonomi akibat kenaikan harga sembako dan BBM," jelas dia.
Arief menilai hal ini jelas sebagai 'Operasi Salah Pengertian' besar besaran dan sangat rapi yang diarahkan ke Jokowi agar semakin menghancurkan kredibilitasnya sehingga mudah untuk dilengserkan.
"Karena itu Jokowi harus mencopot Menteri BUMN, Menseskab dan Kepala Staf Kepresidenan serta Menteri Keuangan kalau kredibilitas Jokowi di mata publik tidak ingin hancur berantakan dan dilengserkan," ungkapnya.
(mdk/arr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
PDIP membocorkan sejumlah menteri telah melapor ke Megawati untuk mundur dari kabinet.
Baca SelengkapnyaMenko Perekonomian Airlangga Hartarto yang mempolitisasi bantuan sosial
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi merespons heboh kabar beberapa menteri di Kabinet Indonesia Maju akan mundur
Baca SelengkapnyaSertifikat itu ditandatangani oleh Ketua BEM KM UGM periode 2023 Gielbran Muhammad Noor.
Baca SelengkapnyaSelain itu, terjadi manipulasi pilihan pemilih yang bertujuan untuk mengarahkan untuk mengubah pilihan.
Baca SelengkapnyaDia pun meminta kepada pihak terkait, baik Bawaslu, DKPP, Kepolisian agar menangkal tiga skenario melawan hukum ini.
Baca SelengkapnyaTim Hukum Nasional AMIN sudah menyiapkan format laporan terkait pernyataan Jokowi ke Bawaslu.
Baca SelengkapnyaTuduhan itu, diantaranya skenario tiga periode dan ingin merebut partai politik lain.
Baca SelengkapnyaTKN Prabowo-Gibran memaparkan temuan beberapa skenario hitam.
Baca SelengkapnyaDia menyebut, adanya hubungan tersebut membuat persepsi publik buruk terhadap Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaReaksi Dingin Puan Ditanya Isu Manuver Jokowi Rebut Kursi Ketum PDIP
Baca Selengkapnya