Setelah 31 tahun, Indonesia akhirnya punya pabrik gula baru
Merdeka.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara, Rini Soemarno, menyatakan kebanggaannya, Indonesia akhirnya memiliki pabrik gula (PG) baru modern di Glenmore Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Menteri Rini mengatakan perusahaan pelat merah tidak pernah lagi membangun pabrik gula baru sejak terakhir kali pada 1982.
Terakhir dilakukan giling perdana oleh pabrik baru tersebut dilakukan pada tahun 1985 atau 31 tahun yang lalu. Kini dilakukan giling perdana pabrik baru dengan kapasitas giling 6.000 ton tebu per hari.
"Ini adalah sebuah kebanggaan. Setelah 31 tahun, hari ini dilakukan giling perdana di pabrik gula modern yang semuanya dikerjakan benar-benar dari nol oleh putra-putri Indonesia," kata Rini saat menyaksikan giling perdana pabrik gula itu di Banyuwangi, seperti dilansir Antara, Selasa (2/8).
-
Bagaimana cara meningkatkan efisiensi produksi? Dengan meningkatkan efisiensi produksi, biaya produksi dapat ditekan, yang pada gilirannya dapat mengurangi tekanan inflasi. Pemerintah bisa memberikan insentif kepada perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dengan memberikan bantuan dalam bentuk pelatihan karyawan, investasi di bidang teknologi dan infrastruktur, atau mengurangi beban regulasi yang menghambat produktivitas.
-
Bagaimana Pertamina mencapai efisiensi biaya? Sepanjang tahun 2023 sebanyak 301 program Cost Optimization dijalankan mulai dari strategi finansial maupun operasional.
-
Bagaimana Indah meningkatkan efisiensi produksi? Seiring dengan bertambahnya permintaan, Indah menyadari perlunya meningkatkan efisiensi. Bersama suami, dia mulai mencari mesin pengaduk adonan yang bisa membantu mempercepat proses produksi. Setelah melakukan survei di beberapa pabrik di Malang, Indah akhirnya menemukan mesin yang cocok.
-
Apa yang naik 90% di Pertamina? Lonjakan tertinggi terjadi pada Pertamax Turbo dengan jumlah 938 kiloliter (KL)/hari, naik 90,7% dibandingkan penjualan normal 492 KL/hari.
-
Bagaimana Pertamina meningkatkan produksi migas? Hal ini dihasilkan dari upaya Pertamina yang melakukan pengeboran secara massif dan agresif, baik untuk sumur eksplorasi dan eksploitasi yang mencapai 820 sumur maupun pemeliharaan sumur (Workover) sebanyak 32.530 sumur.
PG Glenmore yang mulai dibangun sejak 2012 itu menempati lahan seluas 29 hektar. PG ini dikelola oleh PT Industri Gula Glenmore (IGG) yang merupakan konsorsium PT Perkebunan Nusantara XII dan XI. Nilai investasi IGG mencapai Rp 1,5 triliun, dengan pendanaan terbesar berasal dari kredit perbankan nasional.
Direktur Utama PTPN XII Irwan Basri mengemukakan pabrik itu dikatakan modern karena telah menggunakan mesin yang mampu meningkatkan efisiensi hingga 80 persen.
"Mesinnya prima dengan teknologi modern. Dipadu dengan budi daya yang bagus dari petani tebu di Banyuwangi, kami yakin rendemen atau kadar gula dalam tebu bisa mencapai 8,5 persen-9 persen. Tentunya produksi gula akan bisa maksimal," ujarnya.
Selain itu, lanjut Irwan, PG Glenmore menggunakan sistem karbonasi, di mana pengolahannya tidak menggunakan asam sulfat. Sehingga gula yang dihasilkan berupa gula kristal putih premium.
"Pada produksi gula ada istilah 'ICUMSA' yang disepakati secara internasional. ICUMSA menunjukkan kadar warna gula. Untuk gula premium warnanya putih bersih dengan ICUMSA di bawah 100. Sedangkan gula yang kualitasnya kurang, ICUMSA-nya 300-500," papar Irwan.
Dia menambahkan, PG tersebut juga laik disebut modern karena selain memproduksi gula juga terintegrasi dengan beberapa industri turunan yang memanfaatkan limbah tebu. Di antaranya limbah produksi diolah menjadi energi listrik, pupuk organik dan pakan ternak.
"Listrik yang dihasilkan mencapai 2 x 10 megawatt. Listrik didapatkan dari ampas tebu atau bagas yang diproses dengan sistem 'cogeneration'. Ke depan, bahkan akan kami olah lagi menjadi bioetanol dari tetes tebu. Perkiraan bioetanol yang bisa dihasilkan sekitar 80 KL per hari. Bioetanol ini untuk campuran BBM, sehingga bisa membantu pemerintah dalam memenuhi ketahanan energi nasional," tutur Irwan.
Direktur PT Industri Gula Glenmore (IGG) Ade Prasetyo mengatakan IGG memiliki kapasitas giling 6.000 ton tebu (tth) per hari dan akan dimaksimalkan kapasitasnya hingga 9.000 tth pada tahun depan.
Produksi gula yang dihasilkan diperkirakan menghasilkan 58 ton gula siap konsumsi per hari. "Hasil ini tergantung rendemen tebu saat produksi. Tapi kami memperkirakan rendemen tebu di IGG 8-9," ujar Ade.
Rencananya, lahan tebu yang akan memasok pabrik disiapkan 11.000 hektar. Di mana salah satunya berasal dari lahan yang dimiliki PTPN XII saat ini 7.000 hektar. "Tahun depan akan ditambah dengan lahan swasta seluas 1.000 hektar dan lahan rakyat 180 hektar," tambah Ade.
Selain menjadi pabrik gula baru yang modern kedepannya IGG juga disiapkan menjadi wisata edukasi industri berbasis tebu. "Kami juga menyiapkan lokasi ini menjadi wisata edukasi. Kami telah menyiapkan 20 mess dan aula untuk itu," imbuh Ade.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penurunan produksi gula tidak sejalan dengan pertumbuhan gula konsumsi yang terus meningkat setiap tahun.
Baca SelengkapnyaPabrik Tertua Milik Pupuk Kaltim Beroperasi Sejak Tahun 1984, Kini Diperbaharui untuk Efisiensi Energi
Baca Selengkapnyaresiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula.
Baca SelengkapnyaPengembangan inovasi terus digalakkan Pupuk Kaltim dalam mendukung aktivitas bisnis perusahaan.
Baca SelengkapnyaSecara keseluruhan, hilirisasi smelter PTFI di Gresik merupakan langkah besar dalam mengoptimalkan potensi sumber daya alam Indonesia.
Baca SelengkapnyaPG Tasikmadu adalah salah satu sisa-sisa kejayaan industri gula di Jawa. Tak hanya sebagai pabrik, kini tempat itu dijadikan sebagai destinasi wisata.
Baca SelengkapnyaIni menandakan berakhirnya ketergantungan Indonesia pada ekspor konsentrat yang selama ini belum bisa memanen mineral secara maksimal.
Baca SelengkapnyaRencana pembangunan pabrik baru PT Kujang akan dituangkan dalam rencana jangka panjang perusahaan.
Baca SelengkapnyaMelanjutkan transformasi PTPN Group, tahun 2023 merupakan tahun pertama SGN mengelola 36 pabrik gula yang semula berada di bawah pengelolaan PTPN gula.
Baca SelengkapnyaBentuk bangnan dan mesin-mesin di sana merupakan peninggalan zaman Belanda.
Baca SelengkapnyaPabrik AC Sharp yang berdiri di lahan seluas 3,5 hektare ini mengusung konsep ramah lingkungan dengan nilai investasi sebesar Rp582 miliar.
Baca SelengkapnyaInovasi yang dilakukan peruashaan dalam rangka bisa menjawab customer hidden aspirations.
Baca Selengkapnya