Setelah ponsel dan barang elektronik, harga mobil juga ikut naik

Merdeka.com - Sejumlah industri dan pelaku usaha yang terkait dengan kegiatan impor mulai merasakan dampak negatif melemahnya Rupiah. Mereka mulai ancang-ancang mengambil kebijakan strategis merespon kondisi terkini.

Setelah pengusaha elektronik dan telepon genggam menaikkan harga, giliran pelaku bisnis otomotif bersiap ikut menaikkan harga produknya.

Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto menjelaskan, melemahnya Rupiah mengganggu bisnis industri kendaraan roda dua dan roda empat.

Tidak hanya harga mobil dan motor, menguatnya dolar juga mendorong harga suku cadangan mengalami kenaikan.

"Pasti ada dampaknya, dan pasti ada penyesuaian harga masing-masing merek kendaraan," ujarnya kepada merdeka.com, Jakarta, Selasa (3/3).

Gaikindo belum dapat memprediksi dampak anjloknya Rupiah terhadap angka penjualan. Alasannya, masing-masing produsen otomotif memiliki hitungan tersendiri. "Tapi jika Rupiah terus melemah dalam seminggu ini maka harga komponen juga naik," jelas dia.

Tidak mau merugi terlalu besar, pelaku bisnis otomotif biasanya tetap menjual stok komponennya. "Bagi pengusaha otomotif kalau sedang dihadapkan dengan kondisi rupiah melemah ini, biasanya menjual habis stok komponennya, bagi mereka tidak masalah rugi menjual yang penting stok habis," katanya.

Jongkie tidak menampik, selama ini pengusaha otomotif resah dengan makin tak berdayanya Rupiah terhadap dolar AS. Dia khawatir kondisi ini mempengaruhi kinerja keseluruhan industri otomotif nasional.

"secara garis besar, tahun ini pertumbuhan industri otomotif stagnan. Tahun lalu sebesar 1,2 juta," ungkapnya.