Sistem pembagian raskin buruk, rakyat miskin terus bertambah
Merdeka.com - Angka rakyat miskin terus bertambah, khususnya di Nusa Tenggara Barat. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), per Maret 2015 kenaikan angka kemiskinan terjadi hampir di semua daerah di Nusa Tenggara Barat. Untuk Kota Mataram kenaikannya mencapai 0,05 persen dari 46 ribu penduduk miskin.
Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kota Mataram, Ahsanul Khalik mengatakan pembagian beras untuk masyarakat miskin (raskin) yang kurang tepat berimbas pada peningkatan angka kemiskinan. Selain itu, faktor melemahnya nilai tukar Rupiah juga memberi dampak pada data ini.
"Selain karena faktor melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS (USD), kenaikan harga bahan bakar minyak, pembagian raskin yang kurang tepat saat ini juga berkontribusi terhadap kenaikan angka kemiskinan, khususnya di Kota Mataram," kata Ahsanul Khalik seperti dilansir Antara, Jumat (18/9).
-
Dimana angka kemiskinan Kaltim berada? Provinsi Kaltim masuk dalam 18 Provinsi yang angka kemiskinannya berada di bawah nasional dan menempati posisi kedelapan dengan tingkat kemiskinan terendah.
-
Bagaimana Kaltim turunkan angka kemiskinan? Salah satunya, adalah pembangunan Rumah Layak Huni (RLH) bagi keluarga pra sejahtera. Sebab, kelayakan hunian menjadi salah satu indikator kemiskinan.
-
Kapan kemiskinan di Kaltim mulai turun? Dalam tiga tahun, angka kemiskinan di provinsi paling timur Kalimantan ini, cenderung mengalami penurunan.
-
Bagaimana cara Pemprov Kaltim tekan angka kemiskinan? 'Angka kemiskinan itu masih memungkinkan untuk ditekan melihat laju pertumbuhan ekonomi Kaltim yang cukup positif sebesar 6,34 persen. Atau di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,05 persen,' jelas Yusliando.
-
Kenapa Kaltim ingin turunkan angka kemiskinan? Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) terus berkomitmen untuk menekan angka kemiskinan di Bumi Etam.
-
Kenapa kemiskinan berdampak pada otak? Hidup dalam kemiskinan atau terpapar secara kronis pada kerugian sosioekonomi telah lama dikaitkan dengan kesehatan yang buruk dan penurunan kognitif yang lebih cepat.
Menurutnya, ada masalah terhadap pembagian di lapangan atau kepada rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTS PM). Di mana RTS PM tidak menerima raskin secara utuh atau penuh sesuai kuota yang ditetapkan yakni sebanyak 15 kilogram per RTS PM.
"Kalau jumlah raskin yang diterima secara utuh oleh penerima, masyarakat miskin tidak akan terlalu terganggu dengan kondisi ekonomi saat ini," sebutnya.
Mantan Camat Cakranegara ini melanjutkan, kondisi yang terjadi saat ini raskin dibagi rata ke masyarakat, sehingga ada masyarakat yang tidak miskin menjadi penerima raskin.
Di samping itu, ada juga RTS PM yang ketika raskin datang, mereka tidak memiliki uang untuk menebus raskinnya dan akhirnya mereka meminjam uang ke orang lain. "Kalau RTS PM meminjam uang untuk beli raskin, ya sama saja artinya masyarakat masih mengalami kesulitan," ujarnya.
Dia berharap, semua pihak yang memiliki kewenangan terhadap distribusi raskin ini harus memikirkan dan memformulasi ulang program raskin.
"Pemerintah perlu melakukan formulasi ulang pemberian raskin ini, apakah dalam bentuk dana atau tetap beras tetapi sistemnya harus diubah tidak seperti sekarang ini. Ini harus dipikirkan pemerintah pusat," ujarnya.
Menurut dia, jika pemerintah tetap memberikan raskin maka RTS PM harus menerima jumlah raskin sesuai ketetapan. Namun, pemerintah juga dapat mengganti raskin dalam bentuk lain seperti bantuan ekonomi dan lainnya.
Ataukah, sambung Khalik, pemerintah memberikan anggaran raskin ke setiap pemerintah daerah, kemudian pemerintah daerah yang akan mencari formulasinya untuk diberikan kembali ke masyarakat miskin.
"Jika kita lihat sistem pemberian raskin saat ini sangat tidak efektif dan tidak menyelesaikan masalah," tutupnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bangunan kumuh yang berdiri sepanjang bantaran Kali Ciliwung di Jakarta semakin mencolok.
Baca SelengkapnyaAngka kemiskinan nasional berdasar data BPS masih 9,36 persen, jauh di atas target pada RPJMN 2020-2024 sebesar 6,5 – 7,5 persen.
Baca SelengkapnyaPengamat Ekonomi INDEF Nailul Huda mengatakan, bansos menjaga daya beli masyarakat kelas miskin
Baca SelengkapnyaCak Imin juga tak setuju dengan pernyataan pemberian Bansos sama saja melestarikan kemiskinan masyarakat.
Baca SelengkapnyaRokok menjadi salah satu penyebab atau biang kerok kemiskinan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaTingkat ketimpangan pengeluaran si-kaya dan miskin yang diukur menggunakan rasio gini naik menjadi 0,388 pada Maret 2023.
Baca SelengkapnyaSelain Muhadjir, tiga menteri yang menjadi saksi yakni Airlangga, Sri Mulyani dan Risma.
Baca SelengkapnyaSaid Abdullah, menginginkan fenomena bansos di ajang Pemilu ini tidak lagi terjadi.
Baca SelengkapnyaMereka yang berhak menerima adalah mereka yang terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
Baca SelengkapnyaGanjar menilai Bansos itu penting diberikan namun harus tetap sasaran.
Baca SelengkapnyaBPS Jakarta mencatat angka penduduk miskin di Jakarta pada Maret 2024
Baca Selengkapnya