Sri Mulyani: Data Jadi Tambang Baru di Era Industri 4.0
Merdeka.com - Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengakui bahwa teknologi memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat saat ini. Bahkan, teknologi dapat mengubah perilaku masyarakat itu sendiri.
"Kita semuanya memahami bahwa teknologi sekarang memiliki peranan yang sangat penting dan tidak hanya hadir sebagai suatu yang asing, tapi dia bahkan hadir mengubah kehidupan masyarakat, kehidupan kita semua," kata Menkeu Sri Mulyani di Gedung BPJS Kesehatan, Jakarta, Senin (25/2).
Saat ini, hampir semua aspek di dalam kehidupan masyarakat sudah terjamah oleh teknologi. Bahkan ada yang sampai ketergantungan oleh kehadiran teknologi tersebut. "Semakin advance, semakin efisien yang tadinya kita bayangkan tidak bisa terjadi menjadi terjadi," ujarnya.
-
Siapa yang melakukan survei tentang kebangkitan digital? Mengutip laporan IFLScience, Minggu (7/1), Masaki Iwasaki, asisten profesor dari Fakultas Hukum Universitas Nasional Seoul, ingin mengetahui lebih banyak tentang sikap masyarakat terhadap kloning digital.
-
Kenapa teknologi informasi penting? Teknologi informasi adalah istilah umum untuk teknologi apa pun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan/atau menyebarkan informasi secara digital.
-
Bagaimana cara survei dilakukan? Survei dilakukan dengan wawancara responden menggunakan telepon pada 23-24 Desember 2023.
-
Kenapa data penting untuk bisnis? Data dan informasi dapat membantu perusahaan untuk memutuskan informasi penting, seperti merencanakan anggaran atau membuat strategi pemasaran.
-
Mengapa inklusi digital penting untuk masyarakat? Inklusi digital penting untuk masyarakat yang lebih berkembang.
-
Dimana teknologi informasi dipakai? Ada 3 contoh teknologi informasi yang paling sering digunakan. Bahkan salah satunya sudah seperti bagian dari hidup banyak orang karena fungsinya yang begitu luas.
Dalam era revolusi industri 4.0 saat ini, muncul fenomena bisnis model baru yang berbasis customer centric. "Data jadi sangat penting, kalau ingin tahu siapa yang kita layani, feedback pakai survei. Sekarang mereka tak perlu isi kuisioner, di internet semuanya tercapture. Transaksi semua lewat digital," ujarnya.
Untuk memperoleh data menjadi lebih gampang. Tidak perlu lagi melakukan survei manual. Melainkan meminta data. Misal untuk mendapat data konsumsi bisa meminta kepada e-commerce.
"You dont have to survey, kita bisa buka data dari Bukalapak, Tokopedia, Shopee. Ini kenapa data is a new mining, jadi tambang baru. Kalau dulu tambang mas timah, batubara, berlian, sekarang siapa manusia terkaya semuanya has nothing to do with resources tapi something to do with data and techno," ujarnya.
Akan tetapi, dia menegaskan data pun harus diolah dengan benar. Sama seperti tambang yang juga perlu pengolahan agar dapat digunakan sebagai sumber energi.
"Tambang ada dalam bumi, ada. Tapi tidak akan ada kalau tidak dieksplor, data sama. Kita bisa punya data no one menganalisa, menggunakannya jadi tidak termanfaatkan. Kemampuan negara atau institusi bisa olah data adalah nilai tambah baru. Understanding how people behave, make choices," ujarnya.
Namun Sri Mulyani menegaskan kehadiran teknologi terutama di era revolusi industri 4.0 tidak luput dari risiko atau dampak negatif. Salah satunya adalah munculnya kejahatan dunia maya atau cyber crime.
"Ada downsidenya, kejahatan cyber, hacking dan kejahatan kriminal lainnya," tutupnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peran dari manusia akan dapat dioptimalkan melalui teknologi.
Baca SelengkapnyaTelkomsel Melalui tSurvey.id Hadirkan Solusi Telesurvei Bersama Indekstat, seperti apa?
Baca SelengkapnyaKetua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengkritisi keberadaan lembaga survei yang ada saat ini. Menurutnya, survei bisa dibeli.
Baca SelengkapnyaSebagai negara terbesar di ASEAN, Indonesia bisa menjadi market dalam digital economy
Baca SelengkapnyaMenjadi sebuah kebutuhan pemanfaatan teknologi AI bagi pemerintah.
Baca SelengkapnyaKementerian Keuangan tengah mengoptimalkan penerimaan melalui aset negara.
Baca SelengkapnyaHasilnya, sebanyak 62% responden khawatir pekerjaan mereka akan tergusur oleh kecerdasan artifisial (AI).
Baca Selengkapnya