Sri Mulyani Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 3,7 persen di 2021, Ini Faktor Pemicunya
Merdeka.com - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini berada di kisaran 3,7 persen sampai 4,5 persen. Angka tersebut masih bisa ditempuh karena pada semester I-2021 pertumbuhan ekonomi mampu berada di posisi 3,1 persen.
"Pertumbuhan ekonomi semester I mencapai 3,1 persen dan keseluruhan tahun diproyeksikan 3,7 persen-4,5 persen," kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR RI, Jakarta, Senin (23/8).
Namun capaian tersebut tetap memperhatikan dinamika lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di awal semester kedua tahun ini. Sebab proses pemulihan ekonomi sebenarnya terjadi baru pada kuartal kedua. "Kuartal kedua kita lihat kondisi negara ini benar-benar bisa pulih hingga tumbuh 7,07 persen," kata dia.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023 lebih tinggi? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,“ terang Edy.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
Sedangkan pada kuartal pertama, pemerintah masih menerapkan pembatasan sosial demi menekan angka penyebaran virus selama musim libur natal dan tahun baru 2020. Kebijakan itu pun terus berlanjut hingga bulan Maret 2021.
"Kuartal I recovery kita belum kuat, karena di akhir tahun dalam rangka libur musim natal dan tahun baru kita masih ada PPKM yang berlanjut di Februari-Maret," kata dia.
Sementara itu memasuki semester kedua pemerintah kembali menerapkan PPKM level 4 di sejumlah wilayah penyumbang PDB. Sehingga pertumbuhan di kuartal ketiga ini akan mengalami kontraksi dan mempengaruhi capaian pertumbuhan ekonomi di akhir tahun.
"Namun dilihat kuartal tiga ini nanti ada PPKM, ini pasti akan ada koreksi dan ini lah yang kita hadapi untuk perekonomian nasional. Makanya harus kita jaga juga penyebaran Covid-19," kata dia.
Inflasi
Dari sisi inflasi, pada semester I-2021 masih terjaga rendah di angka 1,33 persen. Sementara beberapa negara di dunia seperti Amerika Serikat tingkat inflasi sudah kembali di angka 5 persen. Dia memperkirakan outlook inflasi di akhir tahun masih tetap terjadi di angka 1,8 persen sampai 2,5 persen.
"Inflasi diproyeksikan meningkat terbatas di semester II seiring dengan kebijakan pembatasan," kata dia.
Terkait nilai tukar Rupiah dinilai masih relatif stabil dengan rata-rata realisasi pada semester I sebesar Rp 14.299. Diperkirakan di akhir tahun masih ada di sekitaran Rp14.200- Rp14.600 per USD.
Selain itu, harga minyak sampai akhir tahun diperkirakan stabil di harga USD 55 - USD 65 per barel. Meskipun harga minyak pada realisasi semester I-2021 mencapai USD 62,5 per barel.
"Harga minyak ini diperkirakan USD 55 - USD 65 per barel, lebih rendah dari capaian di semester satu karena adanya varian delta yang memungkinkan menghambat pemulihan," kata dia.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sri Mulyani mengatakan beberapa persoalan dunia yang dapat mengancam perekonomian dan sistem keuangan Indonesia.
Baca SelengkapnyaMenteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan ekspor yang masih positif.
Baca SelengkapnyaSelain itu, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani berharap, dengan pemangkasan suku bunga yang dilakukan The Fed Fund Rate akan terus memberikan momentum positif bagi perekonomian Indonesia.
Baca SelengkapnyaBendahara negara ini menegaskan, target itu sesuai dengan yang tertuang di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Baca SelengkapnyaSri Mulyani ungkap penyebab PMI manufaktur Indonesia turun drastis.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Indrawati menghadiri pertemuan para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 di Gandhinagar, India.
Baca SelengkapnyaSituasi global yang tidak berjalan baik saat ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang semakin merosot.
Baca SelengkapnyaInflasi di berbagai negara saat ini, terutama negara maju sudah mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan.
Baca SelengkapnyaIndonesia berupaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaKinerja apik ini tak lepas dari terjaganya tren pemulihan ekonomi nasional hingga memasuki akhir tahun 2023.
Baca SelengkapnyaTren perlambatan ini menjadi perhatian mengingat kondisi ekonomi global yang masih penuh tantangan, seperti ketidakpastian pasar dan perlambatan.
Baca Selengkapnya