Sri Mulyani Sebut Peningkatan Konsumsi Rokok Bikin Biaya JKN Makin Besar
Merdeka.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, konsumsi rokok menyebabkan beban Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan biaya ekonomi yang besar. Dia mencatat, biaya kesehatan akibat merokok mencapai Rp17,9 triliun hingga Rp27,7 triliun setahun.
"Dari total biaya ini, Rp10,5 triliun hingga Rp15,6 triliun merupakan biaya perawatan yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers Kebijakan Cukai Hasil Tembakau 2022, Senin (13/12).
Artinya 20-30 persen dari subsidi Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN per tahunnya sebesar Rp48,8 triliun adalah untuk membiayai perawatan akibat rokok.
-
Bagaimana cukai rokok mempengaruhi industri? 'Ini kelihatannya sudah mulai jenuh. Ini kelihatan bahwa mungkin cukai ini akan menjadi pengendali dari industri hasil tembakau,' ujar Benny, Jakarta, Rabu (29/5).
-
Apa penyebab turunnya cukai rokok? Adapun penurunan penerimaan negara ini disebabkan oleh penurunan produksi sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret putih mesin (SPM) atau rokok putih, membuat pemesanan pita cukai lebih rendah.
-
Dimana cukai rokok menjadi pengendali industri? 'Ini kelihatannya sudah mulai jenuh. Ini kelihatan bahwa mungkin cukai ini akan menjadi pengendali dari industri hasil tembakau,' ujar Benny, Jakarta, Rabu (29/5).
-
Siapa yang terkena dampak buruk dari merokok? Tidak hanya perokok aktif, perokok pasif juga terkena dampak serius dari paparan asap rokok.
-
Kenapa merokok bahaya untuk kolesterol? Rokok dapat merusak dinding pembuluh darah, membuatnya lebih rentan untuk menumpuk lemak. Merokok juga dapat menurunkan kadar HDL, atau kolesterol 'baik'.
-
Apa pengaruh rokok pada tubuh? Temuan penelitian menunjukkan bahwa perokok lebih mungkin mengonsumsi makanan yang digoreng dan menambahkan garam serta gula ke dalam makanan mereka. Kebiasaan ini dapat berdampak negatif pada kesehatan jantung, tekanan darah, dan risiko terjadinya penyakit kronis lainnya, memperburuk kondisi kesehatan mereka secara keseluruhan.
Kemudian, biaya ekonomi dari kehilangan tahun produktif dalam hal ini sangat tinggi. Penyakit yang disebabkan merokok tadi menyebabkan mereka tidak produktif dan berdasarkan survei Balitbangkes tahun 2017, diestimasi konsekuensinya sebesar Rp374 triliun di tahun 2015.
Oleh karena itu, pemerintah menggunakan instrument kebijakan cukai yang terus mengalami evolusi untuk menghadapi bahaya merokok. Misalnya untuk sistem cukai tahun 1995-2007 Pemerintah menerapkan cukai dengan system Advalorem.
Sistem cukai tahun 2007-2008 dilakukan kebijakan yang sifatnya hybrid, dan semenjak 2009 sampai sekarang kebijakan cukai bersifat spesifik.
Selain itu, Pemerintah juga menggunakan struktur cukai yang berbeda-beda, namun sekarang cenderung akan melakukan simplifikasi struktur tarif. Ini disebabkan karena memang pelaku dari industri rokok begitu beragam dan besar yang sifatnya industry rakyat.
"Sehingga memang kebijakan cukai rokok mencerminkan diversifikasi pelaku yang begitu beragam," imbuhnya.
Untuk tarif sendiri, Pemerintah menaikkan tarif cukai secara reguler setiap tahunnya dengan mempertimbangkan inflasi dan pertumbuhan konsumsi rokok. Misalnya tarif cukai tahun 2020 naik sebesar 23 persen, dan tahun 2021 sebesar 12,5 persen.
Di sisi lain, untuk harga Pemerintah juga mengatur Harga Jual Eceran (HJE) rokok, dan melakukan monitor Harga Transaksi Pasar (HTP) atau harga yang sebenarnya terjadi di market, serta menggunakan pengaturan kebijakan untuk mengestimasi dampak kebijakan cukai pada harga rokok, konsumsi dan penerimaan negara.
Tak sampai disitu, Pemerintah juga melakukan penegakan hukum untuk meningkatkan penindakan terhadap rokok illegal. Menkeu menegaskan, semakin tinggi cukai maka semakin besar insentif memproduksi rokok secara illegal.
"Ini memang bisa terjadi karena produksi rokok tidak memerlukan modal dan sifatnya mobil bisa berpindah dari satu tempat ketempat lain. Kami selalu melihat dimensi-dimensi yang sangat rumit kebijakan cukai," pungkasnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Beban kesehatan yang dikeluarkan karena penyakit paru kronis itu jauh lebih besar dari pendapatan Bea Cukai," kata Budi.
Baca SelengkapnyaKenaikan tarif cukai rokok sangat berpengaruh pada keputusan seseorang untuk merokok, semakin mahal maka prevalensi perokok semakin bisa ditekan.
Baca SelengkapnyaRokok menjadi salah satu penyebab atau biang kerok kemiskinan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPengeluaran rumah tangga untuk kesehatan akibat konsumsi rokok secara langsung dan tidak langsung sebesar sebesar Rp34,1 triliun.
Baca SelengkapnyaKenaikan cukai rokok yang tak terkendali juga dapat memunculkan berbagai rokok ilegal.
Baca SelengkapnyaPenurunan produksi industri rokok diakibatkan kenaikan cukai eksesif pada periode 2023–2024.
Baca SelengkapnyaPengusaha menyoroti kinerja fungsi cukai yang tidak tercapai sebagai sumber penerimaan negara serta pengendalian konsumsi.
Baca SelengkapnyaPemerintah menaikkan target penerimaan cukai di 2024.
Baca SelengkapnyaTembakau sebagai ekosistem yang memiliki jutaan nasib.
Baca SelengkapnyaKondisi penurunan produksi ini juga berdampak terhadap realisasi penerimaan negara dari CHT.
Baca Selengkapnyadalam Rencana Peraturan Menteri Kesehatan (RPMK) salah satu aturan yang disoroti yakni nantinya, kemasan rokok harus polos tanpa merek.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan hasil perhitungan dampak yang dilakukan oleh Indef dengan penerapan tiga skenario kebijakan terkait industri rokok.
Baca Selengkapnya