Strategi BI untuk Ekonomi Syariah Berperan Vital Bagi RI
Merdeka.com - Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia (BI), Suhaedi, mengungkapkan ekonomis syariah ditargetkan mencapai minimal 50 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dalam beberapa tahun mendatang. Hal itu merupakan salah satu visi dari bank sentral.
Suhaedi mengaku optimistis angka tersebut dapat dicapai, bahkan lebih. Artinya, kegiatan ekonomi syariah di Indonesia akan terus tumbuh dan meningkat.
"BI punya visi dalam beberapa tahun ke depan kegiatan ekonomi yang halal ini minimal bisa mencapai 50 persen, walaupun kita yakin sesungguhnya bisa jauh lebih besar," kata dia, di Gedung BI, Kamis (17/10).
-
Apa target PDB Indonesia dalam 5 tahun? Orang terdekat Prabowo Subianto sekaligus Editor Buku Strategi Transformasi Bangsa, Dirgayuza Setiawan, mengungkapkan pemerintahan baru Prabowo Subianto menargetkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia naik menjadi USD35.500 per kapita dalam lima tahun ke depan.
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Kenapa PDB per kapita Indonesia ditargetkan naik? Dia menyebut target ambisius ini mencakup peningkatan PDB sekitar Rp13.000 triliun. kata Dirgayuza dalam acara Economist Gathering INDEF, Jakarta, Senin (29/07). 'Nah, kita punya target selama 5 tahun ke depan untuk meningkatkan PDB kita sebesar sekiranya kurang lebih Rp13.000 triliun. Jadi kita mau naik ke 35.500,' Menurut Setiawan, pencapaian target ini krusial untuk menghindari jebakan pendapatan menengah (middle income trap) yang dapat menghambat kemajuan ekonomi Indonesia.
-
Bagaimana BSI tingkatkan inklusi keuangan syariah? BSI siap untuk bersama meningkatkan awareness dan aktivasi layanan perbankan syariah di lingkungan kampus yang dibangun dalam satu ekosistem, sehingga keberadaan bank syariah dapat dirasakan manfaatnya bagi seluruh civitas di Kampus FEB-UI yang berjumlah lebih dari 6.000 orang, termasuk 397 orang dosen serta sekitar 314 orang karyawan,' ujarnya.
Selain kegiatan ekonomi, keuangan dan pembiayaan berbasis syariah pun disebutnya akan ikut tumbuh. Oleh karena itu, kolaborasi dan sinergi dari semua pihak yang terkait sangat penting dalam hal ini guna mewujudkan pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia.
Namun, dia mengakui saat ini belum ada tolak ukur pasti terkait porsi dan besaran kegiatan ekonomi syariah di Indonesia. Tapi diyakini angkanya sudah cukup tinggi.
Saat ini, lanjutnya, pihaknya tengah bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS), Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mencari formula perhitungan PDB (Produk Domestik Bruto) yang syariah dan juga terhadap PDB keseluruhan.
"Kami punya feeling bahwa kita tuh sudah pada level yang tinggi. Nah oleh karena itu apabila kita sudah selesai (mencari formula perhitungan) dalam 2 atau 3 tahun ini untuk kompilasi statistiknya, kita harapkan dalam 5 tahun ke depan minimal 50 persen kegiatan ekonomi nasional termasuk yang halal, begitu juga dengan pembiayaannya," ujarnya.
3 Strategi dalam Cetak Biru BI
BI telah menyusun cetak biru (blueprint) pengembangan ekonomi syariah yang menjadi acuan kebijakan, strategi, dan program pengembangan ekonomi syariah yang terintegrasi sebagai bentuk dukungan nyata terhadap ekonomi syariah nasional.
Dalam kerangka strategis program pengembangannya, terdapat 3 strategi. Pertama, Pemberdayaan Ekonomi Syariah melalui pengembangan halal value chain ditujukan untuk mendukung penciptaan high quality-local product yang diharapkan dapat mendorong perbaikan struktur neraca perdagangan Indonesia baik melalui peningkatan ekspor ataupun substitusi impor, dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
"Kedua, Pendalaman Pasar Keuangan Syariah melalui peningkatan manajemen likuiditas di keuangan syariah yang ditujukan untuk mendorong penyaluran pembiayaan syariah bagi sektor riil," ujarnya.
Pembiayaan syariah ini bersumber baik dari sektor keuangan komersial maupun sosial syariah, dan integrasi keduanya untuk mendukung aktivitas usaha ekonomi syariah yang inklusif
Ketiga, Penguatan Riset dan Edukasi yang ditujukan untuk meningkatkan literasi masyarakat melalui edukasi dan sosialisasi ekonomi syariah
"Ke depan, BI akan senantiasa mendukung pengembangan ekonomi syariah di Indonesia sehingga dapat menjadi daya dorong yang optimal untuk mendukung perwujudan ekonomi nasional yang lebih adil dan merata, sejalan dengan harapan menjadikan Indonesia sebagai global key player dalam berbagai sektor industri halal," tutupnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Literasi dan inklusi keuangan syariah dapat meningkat lebih pesat dengan Islamic ecosystem (ekosistem halal) yang lebih kuat.
Baca SelengkapnyaWapres Ma'ruf Amin memberi sanjungan kepada BSI karena mampu menggelar pameran ekonomi dan industri syariah terbesar.
Baca SelengkapnyaPrabowo-Gibran memiliki komitmen dan strategi jitu untuk mengembangkan ekonomi syariah.
Baca Selengkapnyakontribusi ekonomi syariah terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional diperkirakan akan mencapai USD10 miliar setara Rp155,52 triliun atau 1,5 persen PDB nas
Baca SelengkapnyaWakil Presiden RI Ma'ruf Amin meminta Jawa Barat sebagai salah satu penopang pertumbuhan ekonomi nasional bisa memaksimalkan potensi keuangan syariah.
Baca SelengkapnyaIni bukan hal mustahil mengingat Indonesia pernah mencapai pertumbuhan lebih 7 persen.
Baca SelengkapnyaBSI optimistis jumlah nasabah bisa menembus angka 20 juta pada akhir tahun 2023.
Baca SelengkapnyaPerbankan syariah semakin mendapat perhatian baik di tingkat domestik maupun internasional.
Baca SelengkapnyaMasuknya tambahan modal akan berdampak positif kepada para pemegang saham.
Baca SelengkapnyaSGIE merupakan laporan menyeluruh yang memberikan gambaran mendalam tentang keadaan ekonomi Islam secara global.
Baca SelengkapnyaKemenkeu Catat Aset Keuangan Syariah di Indonesia Tembus Rp2.452 triliun
Baca SelengkapnyaSetelah merger, BSI berhasil mencapai target return on equity (ROE) di atas 18 persen, tepatnya 18,30 persen per Maret 2024.
Baca Selengkapnya