Strategi Bisnis Bittersweet by Najla di Tengah Pandemi Hingga Bisa Tak PHK Pegawai
Merdeka.com - Pendiri Bittersweet by Najla, Najla Farid Bisyir, melihat pandemi sebagai sebuah kesempatan untuk merealisasikan pengembangan bisnisnya. Di saat pandemi mulai mengancam ketahanan toko offline, Bittersweet by Najla malah mengepakkan sayapnya lebih lebar dengan membuka 7 outlet secara resmi di berbagai daerah.
"Cafe pertama dine-in Bittersweet dibuka akhir Desember 2019. Namun, harus terpaksa tutup lagi di Maret karena mengikuti aturan pemerintah," kisah Najla pada dalam webinar Ideafest bertajuk 'Keeping it Tasty During the Crisis: Why Bad Economy Might Be Good for The Dessert Industry' pada Sabtu (14/11).
Sebelumnya, bisnis dessert Bittersweet by Najla sudah berdiri sejak 2017. Saat itu, Najla mengandalkan platform e-commerce dan ojek online. Oleh karena itu, di saat pandemi melanda, Najla ingin mengutamakan platform online yang sudah dibangunnya sejak awal dengan baik.
-
Bisnis apa yang Nadya Mustika jalankan? Iqbal juga seorang pengusaha sukses dengan beberapa bisnis, seperti kakaknya.
-
Dimana Nadya Mustika berbisnis? Salah satu bisnisnya adalah properti di Bandung, yang cukup mewah bagi kalangan menengah ke atas.
-
Kenapa Noviarani memulai bisnis Snack and Chill.Jksl? 'Jadi dulu nama produknya Basreng Anti Galau. Spontan, karena sejujurnya aku berjualan ini iseng, untuk seru-seruan saja agar ada kegiatan,' jelasnya.
-
Kenapa bisnis online shop berkembang pesat? Melansir laman CIMB Niaga, usaha online shop kian menjamur di berbagai wilayah usai pandemi covid-19. Tidak hanya barang yang diperlukan saja, bahkan kebutuhan sehari-hari, seperti obat, frozen food, dan sayur, sudah dibeli secara online.
-
Bagaimana Haji Bilal mengembangkan bisnis batiknya? Saat terjadi depresi besar dunia atau yang lebih dikenal dengan krisis malasie tahun 1930, banyak sektor ekonomi di Hindia Belanda yang bangkrut. Namun saat itulah Firma Haji Bilal terus berkembang.
-
Dimana dia berjualan? Saat ini ia rutin mangkal di Jalan Bulak Rantai, Kampung Tengah, Kecamatan Kramat jati, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
"Tidak mungkin kalau langsung pecat karyawan. Jadi, kita cari cara nih. Untung, kita ini based-nya dari dulu itu di online. Jadi, kita kuatin penjualan kita secara online. Misalnya, melalui kerjasama dengan exclusive partner di e- commerce dan media sosial," kisahnya.
Peningkatan jumlah pesanan secara online ini berbuah manis pada usaha Najla. Sehingga, kekuatannya di online dijadikan sebagai modal untuk membuka beberapa outlet lain, bahkan berencana untuk melakukan ekspansi hingga ke Bali. Jika usaha lain agak terseok berjuang di tengah pandemi, Bittersweet by Najla malah semakin kuat di offline.
"Sekarang, kita sudah punya 7 cafe yang operasional dan akhir tahun mau expand sampai ke Bali. Setelah PSBB diberi kelonggaran, orang-orang lebih lepas, makanya kita kalau di cafe ada 3 satpam untuk menjaga jangan sampai ramai banget demi mengikuti protokol," ungkapnya.
Sempat Bimbang
Ketujuh outlet Bittersweet tersebut merupakan hasil kerjasama Najla masih di lingkup keluarga dan kerabat dekat. Salah satu faktor yang mendorong Najla akhirnya tetap memutuskan untuk membuka outlet offline adalah karena market sharenya yang masih kecil, meski media sosialnya sudah berkembang pesat.
Awalnya, Najla memanfaatkan reseller untuk mendistribusikan dessertnya dengan memanfaatkan sistem Pre-Order. Namun, lambat laun Najla merasa ingin lebih profesional memiliki station order di tiap kota.
Adapun, keyakinan Najla sempat goyah untuk memperluas bisnisnya hingga ke luar pulau. "Sebetulnya, kami juga punya plan untuk membuka lebih banyak dari itu di tahun 2020 tapi bukan dengan sistem franchise. Kayak yang proyek Bali ini sebenarnya dilema, karena kita sudah bayar DP tempat sebelum pandemi. Tapi, siapa yang mau membangun di tengah pandemi, siapa yang mau kontrol?" tanyanya.
Namun, Najla memutuskan untuk tetap membangun outlet di Bali berkat dukungan dari kerabat dan timnya. Bittersweet by Najla direncanakan akan buka pada Desember tahun 2020. "Aku melihat pandemi ini sebagai berkah juga, karena aku pun juga bisa puas di tengah pandemi bisa tidak memecat pegawai sama sekali," tutupnya.
Reporter Magang: Theniarti Ailin
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sempat ramai pembeli di musim lebaran dan haji, namun setelah itu sepi kembali.
Baca SelengkapnyaBanyak pengusaha yang gulung tikar dan mengalami stres.
Baca SelengkapnyaPencapaian tertingginya saat ini adalah menjadi supplier salah satu minimarket, total sudah 21 cabang minimarket.
Baca SelengkapnyaPengelolaan keuangan yang baik menjadi kunci kesuksesan dalam mengembangkan bisnis UMKM.
Baca SelengkapnyaTak perlu mempersulit diri dengan mencari produk jualan yang rumit, terpenting bagaimana memasarkannya.
Baca SelengkapnyaWindhy Arisanti menjadikan kondisi tersebut peluang merintis bisnis kue dan aneka camilan.
Baca SelengkapnyaAti mengaku kewajiban pembayaran cicilan KUR BRI Rp9 juta per bulan justru menjadi penambah semangat berjualan.
Baca SelengkapnyaPemilik usaha, Hanayah mengatakan jika penjualan olahan ubi jalar miliknya memang pasang surut. Puncaknya saat wabah Covid-19
Baca SelengkapnyaPopularitas produk Pisang Bu Nanik, membutuhkan waktu yang cukup panjang.
Baca SelengkapnyaUntuk tetap mempertahankan bisnisnya, Rifan melakukan berbagai inovasi produk makanan hingga bisnis oleh-oleh.
Baca SelengkapnyaCerita Exs Barista, Kini Sukses Jualan Sayur di Pasar Tradisional.
Baca SelengkapnyaBerkat riset dan inovasi, Dinova Store masih terus bertahan hingga saat ini. Bahkan, Sri masih mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi anak muda.
Baca Selengkapnya