Strategi Garuda Indonesia sejahterakan karyawan

Merdeka.com - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk beberapa waktu lalu sempat mendapat kecaman dari serikat-serikat karyawannya. Bahkan, serikat pilot mengancam akan melakukan aksi mogok.

Direktur Human Capital Garuda, Heri Akhyar menyebutkan untuk memperbaiki sesuatu memang harus dimulai dari dalam diri sendiri. Menurutnya, untuk membuat karyawan senang tidak hanya melulu soal menaikkan gaji, namun juga memberi beberapa kelonggaran dan aturan baru yang lebih baik dari sebelumnya.

Dia mencontohkan, saat ini karyawan Garuda bisa berpenampilan lebih santai dengan memakai celana jeans dan kaos polo serta sepatu kets. Penampilan tersebut bahkan dipelopori oleh Direktur Utama yang baru yaitu I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra yang berpenampilan santai dengan kemeja dan celana jeans serta sepatu kets nya.

Sebelumnya, semua karyawan selalu diwajibkan memakai seragam. Saat ini, karyawan yang memakai seragam hanya bagian front office yaitu karyawan yang langsung melayani pelanggan seperti di bagian check in pesawat.

"Bebas, sekarang lebih relaks (santai)," kata Heri saat ditemui di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali, ditulis Senin (22/10).

Selain itu, perusahaan juga memberikan cuti tahunan tambahan selama 2 hari, serta pemberlakuan cuti setengah hari. "Kita juga cuti setengah hari kan suka ada tuh ngantar anak ke sekolah atau pergi ke dokter, jadi gak perlu bolos seharian," ujarnya.

Cuti hamil dan melahirkan bagi karyawan perempuan pun ditambah semula 3 bulan menjadi 5 bulan. Cuti ayah bagi yang istrinya melahirkan pun mendapat tambahan semula 2 hari menjadi seminggu atau 7 hari.

Selain itu, perusahaan juga menyediakan bus woro wiri gratis untuk karyawan yang tinggal di daerah Tangerang sekitar Bandara Soekarno-Hatta. Dan juga menyediakan tempat bekerja kekinian atau co working space untuk karyawan di mana semua bisa menggunakan tempat tersebut tanpa ada batasan perbedaan jabatan atau karir.

Dan waktu kerja 8 jam yang lebih fleksibel sehingga karyawan terutama kru kabin bisa pulang lebih cepat. "Co working space tanpa membedakkan kasta. Cabin crew sudah lebih dekat dengan keluarga batasnya jam 6 sudah pulang agar saat kerja tidak main-main dan makan siangnya tidak ke mana-mana," tutupnya.