Strategi Pemerintah Tekan Defisit APBN Menjadi 3 Persen di 2023
Merdeka.com - Dalam rangka menjaga disiplin fiskal, Pemerintah harus kembali menurunkan defisit APBN di bawah 3 persen pada tahun 2023. Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara mengatakan ada dua cara yang bisa ditempuh pemerintah untuk kembali menurunkan defisit yakni dengan reformasi perpajakan dan penajaman belanja pemerintah.
"Untuk bisa kembali defisit 3 persen tahun 2023 caranya ada 2, melakukan reformasi perpajakan dan penajaman belanja pemerintah," kata Suahasil dalam Webinar Perpajakan di Era Digital: Menelaah UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan, Jakarta, Kamis (14/10).
Suahasil menjelaskan, dengan reformasi pajak, maka akan muncul peningkatan pajak. Reformasi pajak ini dilakukan untuk menghasilkan pendapatan negara yang lebih berkualitas sehingga APNN bisa sehat kembali.
-
Bagaimana cara pemerintah menekan inflasi? Lantaran yang paling penting adalah pertumbuhan inflasi intinya.Menurutnya, jika inflasi meningkat maka langkah yang dilakukan pemerintah adalah menekan inflasi dengan mengendalikan harga pangan (volatile food). Sebab, harga pangan menyumbang cukup besar terhadap inflasi.
-
Apa yang dilakukan Kemendag untuk menurunkan inflasi? 'Apa yang kemendag lakukan? kita kata kuncinya adalah turun langsung ke pasar, kita memantau secara intensif melalui SP2KP di 671 pasar di 503 kab/kota. Kalau ada pasokan terlambat kita koordinasi,' ujarnya.
-
Bagaimana cara Kementerian ATR/BPN menyelamatkan aset negara? Kementerian ATR/BPN telah menyelamatkan aset-aset negara melalui program sertifikasi tanah aset
-
Bagaimana APBN mengatur perekonomian? Fungsi stabilisasi, APBN sebagai alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan dasar perekonomian. Ini dilakukan agar kondisi perekonomian Indonesia tetap stabil dan risiko gejolak di masyarakat bisa lebih diminimalisir.
-
Apa yang Kemendagri minta kepala daerah lakukan terkait inflasi? Pelaksana Tugas (Plt.) Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Tomsi Tohir meminta kepala daerah dengan inflasi tinggi agar mengevaluasi sejumlah upaya pengendalian yang telah dilakukan. Upaya pengendalian harus berdampak dan tak hanya bersifat seremonial.
-
Bagaimana cara Gubernur Sumatra mengatasi inflasi? Gubernur Sumatra saat itu, Mr. Teuku Muhammad Hasan telah memberlakukan ORI sebagai alat tukar dengan kurs satu rupiah dengan seratus rupiah uang Jepang.
"Reformasi pajak harus bisa berkualitas sehingga APBN ini bisa sehat, kalau tidak ini bisa menjadi maslash dan muncul hal-hal yang kita tidak inginkan," kata dia.
Sebagai informasi, akibat pandemi Covid-19, Pemerintah melakuklan pelebaran defisit di atas 3 persen sebagaimana dalam UU No 2 Tahun 2020. Dalam regulasi tersebut pemerintah dan DPR sepakat pada tahun 2023 defisit APBN kembali menjadi 3 persen.
Realisasinya, defisit APBN tahun 2020 tercatat 6,1 persen. Di tahun 2021 diperkirakan defisit APBN akan sekitar 5,7 persen. Sementara itu, di tahun 2022 defisit APBN direncanakan 4,85 persen.
Landasan Pemerintah Lakukan Reformasi Pajak
Dia menjelaskan, pemerintah memiliki alasan khusus sebelum memutuskan melakukan reformasi pajak. Salah satunya kondisi keuangan masyarakat yang sudah berubah dalam waktu 20 tahun terakhir.
Di awal tahun 2000-an, kondisi ekonomi masyarakat didominasi kelompok miskin dan rentan hingga 51,8 persen. Lalu kelompok menengah 41 persen sedangkan kelompok atas hanya sekitar 7 persen.
Selama hampir 20 tahun, kondisi ekonomi masyarakat pun berubah. Pada tahun 2018 tercatat kelompok miskin dan rentan mengalami penurunan drastis yang menyisakan 30 persen. Kelompok menengah naik menjadi 47 persen dan kelompok kelas atas naik menjadi 22,5 persen.
"Ini hampir 70 persen kelompok middle class dan upper class ini," kata dia.
Suahasil menilai pertumbuhan dua kelompok ini akan terus tumbuh. Tercermin dari tingkat konsumsi masyarakat yang terus meningkat, hingga 56 persen. "Konsumsi penduduk kelas menangah tumbuh luar biasa tinggi, makanya konsumsi ini bisa sampai 56 persen. Ini kelompok kelas menengah ini kerjanya konsumsi," kata dia.
Tingginya konsumsi masyarakat ini membuat aspirasi juga meningkat. Kebutuhan masyarakat kelas menengah terhadap infrastruktur, pendidikan dan lainnya dituntut lebih baik. "Aspirasi kelompok menengah ini banyak sekali, aspirasi tersebut harus dibiayai dan perlu dibelanjakan dari APBN," kata dia.
Untuk itu pemerintah memerlukan biaya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Sehingga dibutuhkan penerimaan yang lebih agar berbagai aspirasi bisa terpenuhi. "Makanya ini APBN harus punya penerimaan yang baik, dibangun dengan sistem perpajakan yang adil sehat , atraktif dan akuntabel," tandasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
“Defisit fiskal diperkirakan berada pada kisaran 2,45-2,82 persen PDB,” kata Sri Mulyani.
Baca SelengkapnyaPendapatan negara di 2024 ditargetkan capai Rp2.781,3 triliun, di mana penerimaan perpajakan ditargetkan capai Rp2.307,9 triliun.
Baca Selengkapnya"Dibandingkan tahun lalu ini penurunan (penarikan utang) sangat tajam," terang Sri Mulyani.
Baca SelengkapnyaPemerintah terus berupaya untuk menyikapikonstelasi global tersebut dengan strategi kebijakan yang jitu dan antisipatif.
Baca SelengkapnyaAdapun APBN per Januari 2024 mencatatkan surplus Rp31,3 triliun atau 0,14 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Baca SelengkapnyaAPBN pada bulan Oktober mengalami defisit Rp700 miliar atau 0,003 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Baca SelengkapnyaPemerintah masih punya cukup anggaran sisa dari tahun sebelumnya untuk membiayai negara, di luar harus mendongkrak PPN.
Baca SelengkapnyaSelama ini lembaga yang bertugas mengurus penerimaan negara adalah Direktorat Jendreal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea Cukai.
Baca SelengkapnyaSurplus APBN ditopang oleh penerimaan negara yang masih lebih tinggi dibandingkan belanja negara.
Baca SelengkapnyaMenteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan angka pada proyeksi tahun 2024 merupakan bentuk antisipasi pemerintah terhadap kondisi global.
Baca SelengkapnyaMenurut Airlangga, anggaran Kementerian masih belum ditetapkan dan bisa berubah karena pembahasan masih terus berlanjut.
Baca SelengkapnyaPada APBN 2019, defisit sebesar Rp348,7 triliun atau 2,20 persen terhadap PDB.
Baca Selengkapnya