Studi: Anak lelaki miskin lebih berpotensi menganggur
Merdeka.com - Anak lelaki yang terlahir dalam keluarga miskin dinilai lebih berpotensi menjadi pengangguran dan terlibat kejahatan ketimbang anak perempuan. Itu didasarkan pada studi The National Bureau of Economic Research, Januari lalu.
Seperti diberitakan Wall Street Journal, kemarin, riset yang dipimpin Ekonom Stanford Raj Chetty dan Ekonom Harvard Nathaniel Hendren itu menunjukkan bahwa anak lelaki yang berada di kuintil atau kelompok terbawah distribusi pendapatan sedikit yang bekerja ketimbang perempuan. Terutama, jika anak lelaki itu dibesarkan oleh orang tua tunggal.
Riset dilakukan berdasarkan pemeriksaan terhadap catatan pajak sekitar 10 juta warga AS kelahiran 1980 hingga 1982.
-
Apa saja yang menjadi penyebab tingginya pengangguran di kalangan pemuda? Puteri menyebut terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab tingginya pengangguran di kalangan pemuda, seperti kurangnya akses transportasi dan pendidikan, keterbatasan finansial, kewajiban rumah tangga. Hingga, persoalan kurang sinkronnya antara pendidikan dan permintaan industri atau skill mismatch yang membuat waktu tunggu dalam mencari kerja menjadi lebih lama.'Dimana, akhirnya, mereka beralih ke sektor informal. Ini juga terkonfirmasi dari data BPS yang menyebut pekerja informal dari kalangan Gen Z mencapai 10,89 juta orang,' katanya.
-
Siapa orang terkaya di Amerika Serikat? - Orang terkaya adalah Elon Musk dengan kekayaan USD180 miliar.
-
Siapa aja yang susah cari kerja? Salah satu kendala yang banyak dialami pencari kerja adalah kemampuan bahasa Inggris
-
Di mana pekerja Indonesia bekerja? Haygrove, sebuah perkebunan di Hereford yang memasok buah beri ke supermarket Inggris, memberikan surat peringatan kepada pria tersebut dan empat pekerja Indonesia lainnya tentang kecepatan mereka memetik buah sebelum memecat mereka lima dan enam pekan setelah mereka mulai bekerja.
-
Kenapa tingkat pengangguran di India meningkat? Namun, situasi di lapangan tidak sesuai dengan klaim tersebut karena lapangan pekerjaan telah menyusut dan bisnis mengalami tren penurunan.
-
Siapa yang kesulitan mendapatkan pekerjaan? Indira adalah bagian dari kelompok generasi terbesar di Indonesia, Generasi Z, yang mencakup lebih dari 74 juta orang, atau 27,9 persen dari populasi Indonesia, yang lahir antara tahun 1997 dan 2012.
Temuan ini terbilang mengejutkan lantaran kontradiksi dengan premis berkembang sejak lama bahwa wanita adalah pihak yang tak diuntungkan dalam hal pekerjaan. Berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja AS, secara umum, memerlihatkan bahwa jumlah wanita bekerja kalah ketimbang pria.
Kontribusi wanita usia di atas 20 tahun dalam angkatan kerja hanya sebesar 58,2 pada Desember lalu. Kalah ketimbang pria yang mencapai 71.5.
Lebih jauh disebutkan, pendapatan yang diperoleh wanita yang bekerja penuh waktu hanya setara 79 persen pemasukan pria. (mdk/yud)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beberapa pria usia prima yang beruntung, tidak bekerja karena mereka sudah sukses secara finansial dan sudah pensiun.
Baca SelengkapnyaCalon mahasiswa enggan mengambil jurusan kejuruan karena dianggap berstatus rendah, meski lebih diminati.
Baca SelengkapnyaTingkat pengangguran di China menyentuh level tertinggi di tahun 2024.
Baca SelengkapnyaKarakter Gen Z sudah tidak sama lagi dengan generasi sebelumnya. Sehingga cara pandang mereka terhadap dunia kerja juga berbeda.
Baca SelengkapnyaRatusan surat lamaran telah dikirim ke berbagai perusahaan, namun tak kunjung mendapat pekerjaan.
Baca SelengkapnyaNegara miskin diyakini memiliki kekuatan dalam bernegosiasi karena mereka merasakan dampaknya secara langsung.
Baca SelengkapnyaBadan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, sebanyak 9,9 juta Gen Z pada rentang usia 15 sampai 24 tahun menganggur pada 2023.
Baca SelengkapnyaPara lulusan sarjana hingga pascasarjana yang tak kunjung menadpat kerja menciptakan tren "anak-anak berekor busuk."
Baca SelengkapnyaUni Eropa terancam kehilangan satu generasi karena banyak perusahaan yang menghentikan perekrutan sejak Pandemi Covid-19.
Baca SelengkapnyaPara pencari kerja pemula tersebut merasa belum mempunyai beban layaknya pencari kerja yang sudah menikah.
Baca SelengkapnyaPersaingan kerja di level para lulusan perguruan tinggi semakin ketat seiring minimnya penyerapan tenaga kerja.
Baca Selengkapnya