Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sudah 5 Tahun, Program Tol Laut Jokowi Belum Buat Harga Pangan Lebih Murah

Sudah 5 Tahun, Program Tol Laut Jokowi Belum Buat Harga Pangan Lebih Murah Pelabuhan. ©2013 Merdeka.com/arie basuki

Merdeka.com - Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla telah memasuki tahun kelima atau terakhir di era kepemimpinannya. Namun demikian, masih ada beberapa program Jokowi yang belum berjalan optimal. Salah satunya yaitu tol laut.

Di awal pemerintahan, Jokowi mencanangkan pembuatan tol laut atau konsep pengangkutan logistik kelautan yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan besar di Tanah Air. Konsep ini dijanjikan akan menciptakan kelancaran distribusi hingga pelosok. Selain itu, konsep ini juga membuat pemerataan harga logistik di seluruh wilayah Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan mengaku optimis proyek tol laut yang dikerjakan Pemerintah akan dapat menekan perbedaan harga di antara wilayah Indonesia.

Orang lain juga bertanya?

"Saya tidak tahu bisa menekan 50 persen atau berapa tapi diharapkan harganya tidak jauh berbeda dengan Jakarta dan Jawa," jelasnya.

Dia mengakui bahwa memang ada beberapa catatan dalam implementasi proyek tol laut. Salah satunya terkait pemberian diskon atau subsidi kepada pengangkutnya.

"Masih sana sini ada yang perlu diperbaiki. Karena misalnya gini kasih discount atau subsidi kepada pengangkutannya, tapi di sana masih di monopoli satu orang sehingga dia nentukan harga. Kita gak mau harus ada kompetitif. Sehingga harganya bisa ditekan," tandasnya.

Namun demikian, keberadaan tol laut belum efektif menekan harga pangan hingga saat ini.

Menteri Susi Sebut Tol Laut Kurang Efektif

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti menegaskan bahwa pemerintah terus berupaya agar harga ikan menjadi murah. Namun, sejauh ini, rantai distribusi masih menjadi tantangan.

"Distribusi yang menjadi PR kita," kata dia di Gedung Mina Bahari IV, Jakarta, Rabu (9/10).

Dia mengakui bahwa keberadaan tol laut belum terlalu efektif dalam distribusi ikan dari sentra-sentra produksi menuju konsumen. Terkait hal ini, pihaknya akan berdiskusi dengan Kementerian Perhubungan.

"Yang banyak penduduk kan Jawa yang perlu ikan banyak kan Jawa. Tapi penangkapan rata-rata di Timur Indonesia, barat Indonesia. Persoalannya kadang tol laut masih kurang banyak, kurang efektif, karena frekuensi masih sangat jarang," jelas dia.

Dia menjelaskan, sebenarnya harga ikan di sentra produksi sudah murah. Harga jual pada konsumen menjadi mahal karena mahalnya biaya logistik distribusi ikan.

"Jadi ini PR kita supaya harga ikan tongkol yang cuma Rp15.000- Rp20.000 di Talaud sana bisa sampai Jakarta Rp25.000 kalau angkutannya murah. Itu PR. Kalau dari sisi harga di sentra sudah murah sekali, tapi kita di distribusi yang masih jadi kendala," ungkapnya.

Jika masalah logistik dapat diperbaiki dan proses distribusi ikan menjadi mudah, cepat, dan murah, maka harga ikan di tingkat konsumen tidak akan berbeda jauh dengan harga di sentra produksi ikan.

"Kita akan duduk bersama Perhubungan mengkaji bagaimana kita mengupayakan logistiknya bisa cepat, bisa murah, bisa frekuensinya tinggi. Tantangan kita di transportasi dan warehouse-nya. Kalau dua ini bisa kita selesaikan ya harga ikan di Jawa mestinya bedanya 20 persen sama di daerah," tandasnya.

Tol Laut Belum Pengaruhi Harga Sembako

Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kabupaten Halmahera Utara (Halut), Maluku Utara (Malut) menyebut bahwa aktivitas tol laut di wilayahnya belum pengaruhi harga sembako. Sebab, operasionalnya di berbagai pelabuhan tujuan belum maksimal.

Kabid Perdagangan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Halut Muhsin Mustika mengakui kehadiran tol laut belum pengaruhi harga sembako yang didatangkan dari luar Malut.

Bahkan, selisih harga satuan barang Sembako di antaranya harga beras di gerai Maritim atau agen Rp11.800.

Sementara di pedagang pengecer berkisar Rp14.000, harga telur per butir di gerai Rp2.000, harga pengecer Rp1.800, minyak sawit di gerai per kilogram Rp14.000, pengecer Rp17.000, gula di gerai harganya Rp12.500, pengecer Rp15.000, terigu Rp8.000,- Sementara di pengecer Rp10.000, harga ayam di gerai Rp35.000, di pengecer Rp40.000,- per ekornya.

"Gerai Maritim itu adalah Agen distributor barang yang memasarkan barang dengan harga rendah di antaranya Agen Hoky, CV Makmur Bersama, CV Surya Kencana, dan CV Sederhana," katanya.

Bahkan, untuk tol laut yang dicetuskan oleh Presiden Jokowi untuk pengangkutan Logistik dengan tujuan untuk menghubungkan pelabuhan-pelabuhan besar yang ada di nusantara harus digunakan secara maksimal bagi para pengusaha, sebab dengan adanya hubungan antara pelabuhan-pelabuhan laut ini, maka dapat diciptakan kelancaran distribusi barang hingga ke pelosok.

Selain itu, kata Mustika, pemerataan harga logistik setiap barang di seluruh wilayah Indonesia rupanya tidak berpengaruh untuk wilayah kabupaten Halmahera Utara.

Sebab, selisih harga satuan barang yang dibawa dari Surabaya ke Malut selisihnya hingga Rp2 ribu hingga Rp5 ribu, bahkan rute tol laut Surabaya-Tobelo juga bisa dibilang sangat tidak lancar.

Sementara itu, Kepala Syahbandar Pelabuhan Tobelo Rushan Muhammad ketika dikonfirmasi mengatakan, tol laut dari tahun 2018 lalu memang tidak lagi masuk dan baru dua kali masuk ke pelabuhan pada 9 September dan tanggal 4 Oktober 2019 lalu.

"Memang, dengan tidak beroperasinya kapal tol laut atau tidak masuk di pelabuhan Tobelo, karena memang belum ada muatan sesuai harapan," katanya.

Faisal Basri Sebut Proyek Omong Kosong

Ekonom Faisal Basri menilai program tol laut yang digagas pemerintah masih gagal karena tidak terbukti menurunkan biaya logistik (logistic cost). Selain itu, saat ini angkutan barang masih terpusat di jalur darat diangkut dengan truk-truk besar.

"Yang mempersatukan pulau-pulau itu kan laut, ngomongnya tol laut segala macam tapi enggak ada efeknya ke logistic cost tetap paling tinggi, 24 persen dari PDB," kata Faisal dalam sebuah acara diskusi di Le Meridien, Jakarta, Kamis (22/11).

Faisal menjelaskan, kegagalan tol laut disebabkan belum mampunya program tersebut memikat perusahaan logistik yang selama ini menggunakan jalur darat. Meski sudah ada tol laut, mereka masih enggan berpindah dan tetap memilih menggunakan jalur darat.

"Karena tidak terjadi shifting angkutan barang dari darat ke laut. Tidak terjadi. Jadi omong doang namanya tol laut itu. Logistic cost gak pengaruh karena tetap 90 persen barang di Indonesia diangkkut lewat truk padahal negara maritim. Sementara di dunia, 70 persen barang diangkut pakai kapal. Padahal seluruh dunia kan bukan negara maritim seperti Indonesia," tutupnya.

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Menhub Yakin Program Tol Laut Jokowi Dilanjutkan Prabowo-Gibran
Menhub Yakin Program Tol Laut Jokowi Dilanjutkan Prabowo-Gibran

Budi Karya berharap ke depan program tol laut dapat ditingkatkan karena jarak antara kapal masih terbilang tinggi.

Baca Selengkapnya
Luhut Beri Julukan ke Menteri Basuki Sebagai 'Bapak Jalan Tol Indonesia'
Luhut Beri Julukan ke Menteri Basuki Sebagai 'Bapak Jalan Tol Indonesia'

Luhut juga mengatakan bahwa dirinya bersama sejumlah menteri lainnya dalam Kabinet Indonesia Maju, akan segera pensiun dalam waktu 12 hari lagi.

Baca Selengkapnya
Anies Kritik Jokowi Lebih Banyak Bangun Jalan Tol Ketimbang Jalan Umum, Pemerintah Respons Begini
Anies Kritik Jokowi Lebih Banyak Bangun Jalan Tol Ketimbang Jalan Umum, Pemerintah Respons Begini

Capres Anies mengkritik pemerintahan Jokowi yang banyak melakukan pembangunan infrastruktur jalan tapi berbayar (jalan tol).

Baca Selengkapnya
Daftar Megaproyek Infrastruktur Peninggalan Jokowi Selama 10 Tahun
Daftar Megaproyek Infrastruktur Peninggalan Jokowi Selama 10 Tahun

Menariknya, kisah sukses Jokowi membangun infrastruktur tak hanya terjadi di Pulau Jawa, melainkan juga luar Jawa. Sebut saja proyek Tol Trans Sumatera.

Baca Selengkapnya
Luhut Pandjaitan: Cari Presiden yang Tak Punya Bisnis di Pemerintahan Seperti Jokowi
Luhut Pandjaitan: Cari Presiden yang Tak Punya Bisnis di Pemerintahan Seperti Jokowi

"Mungkin dapat presiden yang baik yang bisa berikan ketauladanan, tidak punya bisnis di pemerintahan, kemudian dia bekerja dengan hati," kata Luhut.

Baca Selengkapnya
Bocoran Menko Luhut: Anggaran Program Makan Bergizi Janji Prabowo Habiskan Anggaran Rp20 Triliun di Tahap Awal
Bocoran Menko Luhut: Anggaran Program Makan Bergizi Janji Prabowo Habiskan Anggaran Rp20 Triliun di Tahap Awal

Luhut juga mengapresiasi menu yang setiap hari berganti dan menggunakan bahasa Inggris.

Baca Selengkapnya
10 Tahun Jokowi Bangun 366.000 Km Jalan Desa dan 2.700 Km Jalan Tol
10 Tahun Jokowi Bangun 366.000 Km Jalan Desa dan 2.700 Km Jalan Tol

Jokowi pun merincikan telah membangun 366.000 km jalan desa, 1,9 juta meter jembatan desa, 2.700 km jalan tol baru, dan 6.000 km jalan nasional.

Baca Selengkapnya
Resmikan Bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera, Jokowi: Tinggal 40 Km Lagi Sampai ke Danau Toba
Resmikan Bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera, Jokowi: Tinggal 40 Km Lagi Sampai ke Danau Toba

Pembangunan jalan tol yang jadi bagian dari tol trans sumatera ini sebentar lagi akan tembus ke kawasan Parapat dan Danau Toba.

Baca Selengkapnya
Luhut Usul Budidaya Rumput Laut Jadi Program Percepatan Prabowo
Luhut Usul Budidaya Rumput Laut Jadi Program Percepatan Prabowo

Luhut menyebut banyak keuntungan di balik budidaya rumput laut, salah satunya membuka peluang kerja.

Baca Selengkapnya
Daya Saing RI Masih Kalah dengan China, Jokowi: Tol di Sana Sudah 280.000 Km, Kita Baru 2.800 Km
Daya Saing RI Masih Kalah dengan China, Jokowi: Tol di Sana Sudah 280.000 Km, Kita Baru 2.800 Km

Pemerintah terus mendorong peningkatan daya saing Indonesia.

Baca Selengkapnya
Luhut: Saya akan Tetap Loyal pada Pak Jokowi Sampai Dia Tak Butuh Saya
Luhut: Saya akan Tetap Loyal pada Pak Jokowi Sampai Dia Tak Butuh Saya

Luhut membantah kabar dirinya mundur dari Jabatan Menko Kemaritiman dan Investasi.

Baca Selengkapnya
Investasi Migas di Indonesia Mandek 30 Tahun Terakhir
Investasi Migas di Indonesia Mandek 30 Tahun Terakhir

Luhut menerjunkan tim gugus tugas Kemenko Marves untuk mengidentifikasi masalah ketahanan energi.

Baca Selengkapnya