Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sudirman Said: Pembangunan energi baru terbarukan butuh negarawan bukan politisi

Sudirman Said: Pembangunan energi baru terbarukan butuh negarawan bukan politisi Sudirman Said. ©2017 merdeka.com/arie sunaryo

Merdeka.com - Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said mengingatkan bahwa dibutuhkan visi kenegarawanan untuk membangun sektor energi, termasuk energi baru terbarukan (EBT). Bakal calon gubernur Jawa Tengah itu juga menyebut jika pembangunan sektor energi tak bisa diserahkan kepada seorang politisi.

"Pembangunan sektor energi itu bersifat jangka panjang, sehingga memerlukan visi dan kemampuan merencanakan jangka panjang. Dan itu hanya bisa dilaksanakan oleh negarawan, tidak bisa diserahkan ke politisi," ujar Sudirman saat menjadi pembicara dalam Seminar Energi Baru Terbarukan yang diselenggarakan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Solo, Senin (11/9).

Sudirman berpendapat, negarawan berpikir jangka panjang sampai generasi berikutnya, sementara politisi berpikir jangka pendek. Politisi, lanjut dia lebih berpikir kalender Pemilu dan bagaimana caranya bisa terpilih kembali.

Jika sektor energi dijadikan instrumen politik praktis, baik secara kebijakan maupun pada tataran praktis, Sudirman yakin keberlangsungannya (sustainability) akan dikorbankan. "Sikap seperti ini pasti akan mengorbankan kebijakan pembangunan energi baru terbarukan," katanya.

Lebih lanjut Sudirman mengungkapkan, pembangunan EBT dalam jangka pendek memang dirasa mahal. Tetapi dalam jangka panjang menjadi murah dan berdampak positif pada ketahanan dan kedaulatan energi nasional.

"Membangun sektor energi, terutama energi baru terbarukan adalah membangun untuk generasi berikutnya. Karena itu diperlukan kenegarawanan. Hanya pemimpin negarawan yang akan berjuang keras membangun energi baru terbarukan," jelasnya lagi.

Menurut dia, energi merupakan sektor yang dibutuhkan oleh semua orang, tetapi hanya dipahami oleh sedikit orang. Hal ini membuat ruang moral hazard (pelanggaran moral) menjadi terbuka lebar.

"Sedikit orang itu mencari keuntungan sebesar-besarnya dari sektor ini, salah satunya dengan mempertahankan impor dibanding membangun kemandirian energi nasional," pungkasnya.

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP