Suku bunga naik lagi, bos BI tegaskan pertumbuhan RI tak akan terganggu
Merdeka.com - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menegaskan kenaikan suku bunga acuan menjadi 4,75 persen tidak akan menurunkan angka pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, butuh waktu yang cukup panjang dari kenaikan suku bunga hingga memengaruhi pertumbuhan ekonomi.
"Kami sampaikan ke kalangan perbankan, ekonom, baik di pasar obligasi maupun pasar saham bahwa kenaikan suku bunga ini jangan selalu serta merta diartikan bahwa pertumbuhan ekonomi akan langsung turun," kata Perry, di kantornya, Rabu (30/5).
"Transmisinya panjang, satu setengah tahun rata-ratanya," ujarnya.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi Indonesia harus di atas 7%? 'Kalau kita mau menuju Indonesia emas, pertumbuhan ekonomi kita harus di atas 7 persen. Pendapatan per kapita kita harus di atas 10 ribu dolar AS. GDP kita harus 5-6 terbesar di dunia. Oleh karena itu dibutuhkan mesin pendongkrak ekonomi,' ujar Bahlil saat Kuliah Umum di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Jawa Barat, Kamis (17/7).
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Kenapa BRI menilai kenaikan BI Rate tidak berdampak signifikan? Dirut BRI menilai kenaikan BI Rate dinilai tidak akan berdampak signifikan terhadap likuiditas BRI secara umum.
-
Kapan pertumbuhan ekonomi RI di atas 5 persen? “Bahkan hal ini sudah berlangsung selama 7 kuartal atau hampir 2 tahun berturut-turut.
-
Bagaimana ekonomi RI bisa tumbuh 6,22% sampai 2045? 'Penerapan ekonomi hijau dalam jangka panjang diproyeksikan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,22 persen hingga 2045,' kata Airlangga di Jakarta, Kamis (4/7).
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa dicapai? Pengembangan kuantitas produksi berikut umumnya disebabkan oleh semakin majunya teknologi, adanya inovasi bisnis yang efisien serta eskalasi minat konsumen pada tren tertentu.
Selain itu, Perry juga mengungkapkan bahwa kondisi likuiditas perbankan saat ini masih mencukupi. Nantinya, BI akan mengkaji dan melakukan assessment mengenai langkah makroprudensial, pendalaman pasar keuangan, sistem pembayaran, ekonomi syariah yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Termasuk mengenai LTV yang sudah kami sampaikan. Tentunya relaksasi ini tetap dalam prinsip prudential," imbuhnya.
Perry punbahwa BI masih memiliki ruang untuk kembali menaikkan suku bunga acuan. Hal ini tentunya disesuaikan oleh tingkat inflasi, kondisi global, hingga suku bunga acuan The Fed.
"Ke depan, BI akan terus mengkalibrasi perkembangan ekonomi dan keuangan baik domestik maupun global untuk memanfaatkan masih adanya ruang untuk kenaikan suku bunga secara terukur," jelasnya.
Sebelumnya, Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan BI akan menurunkan angka pertumbuhan ekonomi 2018. Sebab, kenaikan suku bunga akan membuat pasar valuta asing menjadi lebih mahal.
"Sehingga pasar Forex juga semakin mahal dan juga mengganggu, dan akan berdampak pada perekonomian, khususnya dari sisi sektor rill karena cost of borrownya akan semakin mahal, sehingga pertumbuhan kredit pun akan lebih rendah dari ekspektasi sebelumnya," kata Josua saat ditemui usai acara launching Buku Kajian Stabilitas Keuangan, di Gedung BI, Jakarta, Jumat (18/5).
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kebijakan suku bunga BI akan terus mempertimbangkan sejumlah faktor, terutama pergerakan nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia tetap akan menjalankan bauran kebijakan untuk menjaga geliat ekonomi nasional di tengah situasi tak menentu saat ini.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia komitmen menjaga inflasi sekaligus stabilitas dari nilai tukar rupiah.
Baca SelengkapnyaGubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo optimis perkembangan terkini menunjukkan kegiatan ekonomi pada kuartal II 2024 tetap terjaga dengan baik.
Baca SelengkapnyaPerry menegaskan, dari hari ke hari, kinerja nilai tukar Rupiah bergerak sangat dinamis. Pihaknya optimis bahwa Rupiah tetap stabil dan akan cenderung menguat.
Baca SelengkapnyaHal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaTernyata ini alasan Bank Indonesia masih tahan suku bunga acuan di tengah penurunan inflasi.
Baca SelengkapnyaKebijakan moneter dalam jangka pendek diarahkan untuk memperkuat efektivitas stabilisasi nilai tukar rupiah dan menarik aliran masuk modal asing.
Baca SelengkapnyaIndonesia patut bersyukur karena pertumbuhan ekonomi masih di atas 5 persen di tengah kondisi perekonomian global yang melemah.
Baca SelengkapnyaKe depan tren penurunan suku bunga kebijakan negara maju khususnya Amerika Serikat terus berlanjut.
Baca SelengkapnyaGubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.
Baca SelengkapnyaDengan demikian, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,5 persen, dan suku bunga Lending Facility 7 persen.
Baca Selengkapnya