Survei: 39,92 Persen Kelompok Usia Muda Indonesia Ingin Kaya
Merdeka.com - NielsenIQ Indonesia berkolaborasi dengan OCBC NISP memaparkan hasil survei terhadap literasi finansial keuangan bagi generasi kelompok usia muda. Hasilnya, 39,92 persen kelompok muda memiliki mindset kaya.
Director Consumer Insights di NielsenIQ Indonesia, Inggit Primadevi menyampaikan, persentase kelompok usia muda dengan mindset kaya, berasal dari 1.335 responden berusia 25-35 tahun yang tersebar di kota Jabodetabek, Surabaya, Bandung, Medan, dan Makasar.
"Ada mindset kaya yang dimiliki, 39,92 persen. Orientasi kaya di sini adalah memiliki rumah mewah, memiliki tanah, memiliki barang bermerek atau barang mewah," kata Inggit, Jakarta Pusat, Senin (15/8).
-
Bagaimana cara OJK meningkatkan literasi keuangan? OJK telah meluncurkan program Desaku Cakap Keuangan dan Sobat Sikapi Mahasiswa yang bertujuan untuk menjadi duta edukasi keuangan di masyarakat.
-
Bagaimana milenial dapat mencapai kebahagiaan finansial? Lebih dari enam dari 10 responden dalam survei tersebut mengatakan bahwa mendapatkan nasihat keuangan yang baik sangatlah penting untuk mencapai kebahagiaan finansial.
-
Bagaimana cara Gen Z berinvestasi dengan bijak? Penting untuk kembali ke tujuan investasi dan menghindari pikiran yang hanya mengikuti tren untuk berinvestasi tanpa terjebak oleh FOMO (Fear of Missing Out).
-
Apa tujuan utama keuangan nasabah kaya di Indonesia? Di Indonesia, nasabah kaya (affluent) menjadikan perencanaan masa pensiun sebagai salah satu dari tiga tujuan utama keuangan mereka.
-
Bagaimana OJK melibatkan masyarakat dalam edukasi keuangan? Kegiatan The Jewel of Central Java merupakan bentuk kolaborasi dan sinergi bersama untuk terus memberikan edukasi secara masif kepada masyarakat Jawa Tengah serta dikemas dalam bentuk edukasi keuangan melalui kesenian daerah agar lebih menarik minat dan dapat lebih mudah dipahami oleh masyarakat.
-
Mengapa OJK fokus pada literasi dan inklusi keuangan? 'Kesejahteraan masyarakat sangat tergantung kepada dua hal kalau dilihat dari aspek keuangan, yaitu literasi atau mengerti bagaimana harus memahami risiko, dan inklusi yaitu masyarakat harus mudah untuk berurusan dan mengakses lembaga jasa keuangan,' kata Dian, Sabtu (28/10) malam.
Pemicu kelompok usia muda untuk berorientasi mindset kaya bersumber dari media sosial. Gaya hidup di media sosial yang kerap memamerkan kehidupan mewah memantik kelompok usia muda bahwa kaya adalah memiliki sejumlah aset.
Tak Didukung Literasi Keuangan Baik
Inggit tidak mempermasalahkan soal mindset kaya bagi kelompok usia muda, hanya saja kondisi ini bisa dioptimalkan dengan peningkatan literasi keuangan. Sebab, dari hasil survei yang dilakukan NielsenIQ Indonesia, hanya 9 persen responden yang sudah memiliki tabungan dalam bentuk investasi.
Menabung dalam bentuk investasi dinilai cukup penting untuk mencapai kemandirian finansial di saat usia pensiun.
Selain itu, Inggit menyampaikan, sebanyak 76 persen masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan keuangan yang perlu dibenahi, seperti mengeluarkan uang demi mengikuti gaya hidup teman. Sebab dari persentase ini, sekitar 80 persen, responden tidak melakukan pencatatan anggaran, dan hanya 26 persen yang memiliki dana darurat.
Bahkan, hanya 9 persen dari generasi muda yang telah memiliki produk investasi seperti reksadana, saham, dan tabungan berjangka.
Selain itu, hanya 17 persen yang sudah memiliki pendapatan pasif, 8 persen yang menggunakan uang sesuai anggaran dan hanya 22 persen yang benar-benar paham mengenai produk investasi yang mereka miliki.
Inggit berpesan bahwa untuk mencapai kemandirian finansial bukan soal seberapa besar penghasilan seseorang. Sebab, dari survei yang ia lakukan, kalangan dengan berpenghasilan minimal Rp5 juta hingga Rp15 juta mengalami pergerakan cukup positif dalam pengelolaan keuangan.
"Untuk mendapatkan safe financial bukan hanya soal kalangan tertentu. Berdasarkan income kalangan mass market, segment income paling bawah, pergerakan improvement lebih tinggi dibandingkan anak muda yang penghasilan lebih tinggi," pungkasnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hasil SNLIK tahun 2024 menunjukkan indeks literasi keuangan penduduk Indonesia sebesar 65,43 persen. Sementara indeks inklusi keuangan sebesar 75,02 persen.
Baca SelengkapnyaHal ini menunjukkan banyak masyarakat Indonesia yang sudah masuk dalam sektor keuangan, seperti menabung diperbankan, berinvestasi, dan lainnya.
Baca Selengkapnyaindeks inklusi keuangan menggunakan parameter penggunaan terhadap produk dan layanan keuangan.
Baca SelengkapnyaGenerasi muda usia 18-34 tahun banyak mencari informasi terkait properti di kawasan dekat IKN.
Baca SelengkapnyaDihadiri mayoritas peserta Gen Z dan investor pemula, Tim BNI Sekuritas memberikan paparan mengenai dasar-dasar investasi.
Baca SelengkapnyaJumlah wirausahawan muda berusia 20-29 tahun masih cukup rendah, yakni sebesar 6,1 juta orang.
Baca SelengkapnyaPerkembangan jumlah investor ritel cukup pesat karena OJK mendorong transformasi digital di seluruh aspek,
Baca SelengkapnyaDirektur Utama PT Askrindo, Fankar Umran mengatakan pentingnya memberikan kesadaran mengelola keuangan dengan bijak di usia muda.
Baca SelengkapnyaMayoritas responden menyatakan tertarik dan mendukung IKN. Sebagian besar Gen Z mengharapkan IKN menjadi smart city.
Baca SelengkapnyaMasyarakat kelas menengah bersama kelompok penduduk menuju kelas menengah jadi penyumbang konsumsi rumah tangga terbesar, yakni 81,49 persen.
Baca SelengkapnyaSedangkan indeks literasi keuangan syariah tercatat lebih rendah mencapai 39,11 persen dan indeks inklusi keuangan syariah sebesar 12,88 persen.
Baca SelengkapnyaISFO 2024 hadir untuk mendorong para pelajar dan mahasiswa lebih memahami mengenai keuangan syariah dan dapat menggunakan produk/layanan keuangan syariah.
Baca Selengkapnya