Survei: 69 persen masyarakat NTT masih numpang rekening bank
Merdeka.com - Pejabat Bank Mandiri Cabang Kupang memaparkan hasil survei yang menyebut hanya 31 persen responden di Nusa Tenggara Timur (NTT) telah memiliki rekening bank, dan sisanya 69 persen masih menggunakan rekening bank milik pihak lain.
"Survei yang dilakukan Bappenas bekerja sama dengan Pemerintah Australia dan Swiss bertajuk Survey on Financial Inclusion and Access menemukan data hanya 31 persen responden di NTT telah memiliki rekening bank, dan sisanya 69 persen menggunakan rekening bank milik pihak lain," kata Head Area Bank Mandiri Kupang Herinaldi, seperti ditulis Antara Kupang, Rabu (26/7).
Survei yang dilakukan terhadap 20.000 responden pada 1.250 desa, di 93 kabupaten empat provinsi, yakni Jawa Timur, Sulawesi Selatan, NTT, dan NTB untuk mengetahui animo masyarakat memasuki digital banking yang tengah memasyarakat untuk kelancaran transaksi.
-
Siapa yang melakukan survei tentang kebangkitan digital? Mengutip laporan IFLScience, Minggu (7/1), Masaki Iwasaki, asisten profesor dari Fakultas Hukum Universitas Nasional Seoul, ingin mengetahui lebih banyak tentang sikap masyarakat terhadap kloning digital.
-
Bagaimana survei ini dilakukan? Survei dilakukan di seluruh Indonesia melibatkan 1.262 responden secara nasional, dan 4.000 responden di Jawa.
-
Bagaimana cara survei dilakukan? Survei dilakukan dengan wawancara responden menggunakan telepon pada 23-24 Desember 2023.
-
Bagaimana survey Masyarakat Hukum Adat di Kutai Timur dilakukan? Kegiatan koordinasi dan sinkronisasi survey serta pemetaan batas Tanah Ulayat itu dilakukan di Desa Miau Baru, Kecamatan Kongbeng pada tanggal 22 November 2023. Sedangkan di Kecamatan Muara Wahau dilaksanakan di Desa Nehas Liah Bing pada tanggal 27 November 2023.
-
Apa manfaat Data Desa Presisi untuk Kalimantan Timur? Dengan memiliki data yang presisi, dapat merumuskan kebijakan dan program pembangunan yang lebih tepat sasaran serta meningkatkan efektivitas penggunaan sumber daya yang tersedia.
-
Dimana Data Desa Presisi dibahas di Kalimantan Timur? Kegiatan yang digelar di The Royal Suite Hotel Balikpapan pada Senin (29/1) ini dihadiri puluhan peserta.
Pada sisi lain dari survei itu, penduduk dewasa yang menggunakan jasa keuangan semiformal (tidak diatur dan diawasi seperti koperasi simpan pinjam) di NTT mencapai 23 persen, Jawa Timur 125 persen, NTB 7 persen, dan Sulsel 5 persen.
Saat ini, industri perbankan tengah memaksimalkan digital banking sebagai sarana atau layanan perbankan yang disediakan oleh industri perbankan maupun non-perbankan untuk memperlancar transaksi sektor keuangan sebagai salah satu solusi masyarakat memilih menyimpan uang di bank.
"Masyarakat NTT perlu diberikan pemahaman serta dibiasakan untuk melakukan transaksi keuangan melalui perbankan. Sebab hingga saat ini masih banyak masyarakat yang belum terbiasa dengan transaksi melalui bank," katanya lagi.
Menurut dia, kondisi itu bertentangan karena pada era kekinian kebanyakan orang menggunakan ATM sebagai layanan digital banking yang paling umum.
Selain itu, kata dia lagi, ada juga kartu kredit, e-Money, kemudian sekarang ada agen laku pandai sebagai Agen Lembaga Keuangan Digital (LKD) yang sudah dalam frame manajemen Bank Indonesia sering disebut sebagai inklusi keuangan.
Tingkat pengoptimalan Program Digital Banking ini penting dilakukan, mengingat beberapa bulan lalu masyarakat diganggu dengan investasi bodong. Penyebabnya karena masyarakat belum dibiasakan untuk melakukan transaksi perbankan.
"Tujuannya adalah agar masyarakat di desa dapat berinteraksi secara langsung dengan pihak perbankan, sehingga menjadi terbiasa ketika Program Digital Banking ini telah memasyarakat dan masyarakat tidak gagap teknologi," katanya pula.
Dia menegaskan bahwa perkembangan teknologi kian mendorong perbankan untuk berinovasi dan menciptakan layanan tanpa kantor alias digital banking. "Perkembangan layanan keuangan digital ini akan berdampak positif bagi potensi pertumbuhan perekonomian di NTT," kata dia.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rosan juga menyoroti terkait inklusi keuangan di Indonesia yang telah mengalami perkembangan yang pesat.
Baca SelengkapnyaBI mencatat transaksi quick response code Indonesia standard alias QRIS pada April 2024 tumbuh 175,44 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Baca SelengkapnyaPada tahun 2023, tingkat inklusi keuangan di Indonesia tercatat sebesar 88,7 persen, atau lebih tinggi dari tahun 2022 yang sebesar 85,1 persen.
Baca SelengkapnyaNilai transaksi uang elektronik meningkat 39,28 persen
Baca SelengkapnyaKerja sama dengan Telkom Indonesia diharapkan dapat mendorong terus PNM dalam mewujudkan nasabah yang naik kelas.
Baca SelengkapnyaTransaksi secara non tunai hanya dengan scan barcode QRIS pun merupakan kondisi yang lumrah.
Baca SelengkapnyaKemenkop UKM akan terus melakukan pendataan K-UMKM meski kabinet pemerintahan segera berakhir.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan perbankan digital ini didorong kuat oleh Gen Z dan generasi milenial.
Baca Selengkapnya