Survei: Rencana pelaku usaha tingkatkan investasi bidang R&D di Indonesia rendah
Merdeka.com - Rencana pelaku bisnis meningkatkan investasi di Indonesia di bidang penelitian dan pengembangan (R&D), serta teknologi sangat rendah di 2018. Berdasarkan survei global Grant Thornton bertajuk "Asia Pacific: Trading and Thriving", dilaporkan14 persen dari total responden yang menjawab akan meningkatkan investasinya di bidang R&D di Indonesia. Sedangkan di bidang teknologi hanya 4 persen responden.
Angka tersebut juga lebih rendah dibandingkan kawasan ASEAN yang berada di level 21 persen dan Asia Pasifik yang 39 persen di bidang R&D. Sedangkan bidang teknologi, ASEAN di level 27 persen dan Asia Pasifik 45 persen.
Hasil survei tersebut berasal dari wawancara dan kuisioner sekitar 10 ribu responden di 36 negara di seluruh dunia termasuk Indonesia. Responden tersebut adalah selevel chief executive officer (CEO) atau managing director di perusahaan skala menengah dari berbagai sektor usaha/industri.
-
Bagaimana survei ini dilakukan? Survei dilakukan di seluruh Indonesia melibatkan 1.262 responden secara nasional, dan 4.000 responden di Jawa.
-
Siapa yang melakukan survei mengenai AI di dunia kerja? Microsoft dan LinkedIn merilis data di Indonesia dari hasil survei laporan global Work Trend Index 2024.
-
Apa yang diukur dalam survei indikator? Lembaga Survei Indikator Politik merilisi hasil survei elektabilitas pasangan calon (paslon) pada Pilpres 2024.
-
Bagaimana cara survei dilakukan? Survei dilakukan dengan wawancara responden menggunakan telepon pada 23-24 Desember 2023.
-
Pekerjaan apa yang banyak dicari oleh perusahaan di Indonesia? Data LinkedIn menunjukkan bahwa analitik, desain, dan teknik adalah skill yang paling banyak dimiliki di kalangan tingkat pemula saat ini.
-
Bagaimana Indikator Politik melakukan survei ini? Metode pengambilan data dilakukan melalui wawancara tatap muka kepada 1.200 sampel responden yang dipilih menggunakan multistage random sampling.
Head of Tax Grant Thornton Indonesia, Tommy David mengatakan, dengan kata lain pelaku bisnis lebih suka menambah investasinya di bidang R&D dan teknologi di negara lain ketimbang Indonesia. Atau bisa juga dibaca, intensitas investasi di kedua bidang tersebut sangat bisa ditingkatkan di Indonesia.
"Rendahnya rencana peningkatan investasi di R&D dan teknologi di Indonesia bisa disebabkan beberapa faktor. Antara lain investasi di bidang R&D membutuhkan investasi mahal, sementara perlindungan terhadap hasil penelitian di Indonesia masih kurang. Kedua, masih tingginya kasus pelanggaran hak atas hak atas kekayan intelektual (HKI) lewat pembajakan dan sebagainya," ungkap Tommy saat menyarikan hasil survei global tersebut di Jakarta, belum lama ini.
Menurut dia, jadi kondisi di Indonesia kurang kondusif untuk kedua bidang itu. Selain adanya persoalan kultur masyarakat Indonesia yang tidak biasa menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada, serta kurangnya fasilitas yang diberikan kepada para peneliti atau inovator di Indonesia sehingga mereka lebih suka bekerja di negara lain dari pada negara sendiri.
Namun, secara umum survei global Grant Thornton itu mengungkapkan pelaku bisnis di Indonesia sangat optimistis terhadap pergerakan ekonomi nasional pada 2018. Bahkan pelaku bisnis Indonesia memiliki level optimisme bisnis tertinggi di dunia, yakni 100 persen, dibandingkan level optimisme di Asia Pasifik yang mencapai level 58 persen.
Selain itu, optimisme terhadap adanya peningkatan penjualan juga diyakini oleh 72 persen pelaku bisnis di Indonesia. Ini juga lebih tinggi dari rata-rata pelaku bisnis di ASEAN yang hanya di level 58 persen dan Asia Pasifik 67 persen.
Ada tiga faktor pendukung utama yang membuat pelaku bisnis di Indonesia optimis terhadap kondisi ekonomi dan bisnis di2018. Ketiga faktor itu adalah peningkatan secara konsisten jumlah kelas menengah, peningkatan kerja sama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), dan pengembangan.
Optimisme Indonesia juga didorong kondisi kawasan di Asia Pasifik yang kondusif dalam sisi geopolitik dalam lima tahun ke depan. Serta adanya kebijakan perdagangan China lewat megaprogram "One Belt One Road" yang menganggarkan dana USD 5 triliun.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemerintah meluncurkan program Entepreneur Hub dalam rangka meningkatkan rasio pengusaha baru di Indonesia.
Baca SelengkapnyaHasilnya, masyarakat menilai pemberantasan korupsi di ukuran sedang, buruk dan sangat buruk
Baca SelengkapnyaJumlah wirausahawan muda berusia 20-29 tahun masih cukup rendah, yakni sebesar 6,1 juta orang.
Baca SelengkapnyaSektor perikanan jadi sektor paling rendah terhadap realisasi investasi.
Baca Selengkapnya99,62 Pelaku Usaha di Indonesia Ternyata Hanya Pengusaha Mikro, Apa Solusi Pemerintah?
Baca SelengkapnyaSalah satu komponen penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 10 tahun ke depan yaitu pertumbuhan di tingkat pekerja.
Baca SelengkapnyaJumlah petani di Indonesia juga terus mengalami penurunan dalam 10 tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaDi level manajer, hanya 8 persen yang terlibat aktif di dunia kerja.
Baca SelengkapnyaJika dilihat dari kelompok umur, tingkat kepuasan anak muda usia 21 tahun lebih rendah dibandingkan kelompok usia lainnya.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah deretan negara-negara yang memiliki dana riset terbesar di dunia.
Baca Selengkapnya