Tak didukung sektor perbankan & moneter buat daya saing RI buruk
Merdeka.com - Indonesia dikaruniai sumber daya alam yang melimpah serta lokasi yang sangat strategis. Indonesia berada di antara dua benua yaitu Asia dan Australia serta antara Samudera Hindia dan Pasific. Belum lagi, Indonesia menjadi jalur pelayaran dan penerbangan yang cukup padat.
Fakta ini menjadikan daya saing komparatif Indonesia tinggi di mata dunia. Sayangnya, daya saing komparatif ini tidak dimanfaatkan menjadi daya saing kompetitif dibandingkan dengan negara lain.
"Pemanfaatan daya saing komparatif untuk hasil jangka pendek, bisa dilihat dari pendapatan negara maupun untuk pendapatan korporasi. Lalu, kebijakan industri termasuk industri keuangan yang tidak konsisten yang seharusnya dapat membangun dan meningkatkan daya saing," ujar Anggota Dewan Penasehat Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Soy Martua Pardede dalam acara 'OJK Forum 2015 Peluang dan Tantangan Industri Jasa Keuangan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean' di Gedung Danapala, Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (12/10).
-
Bagaimana Kemenko Perekonomian tingkatkan daya saing industri? 'Perjalanan transformasi industri untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah produknya masih Panjang, sehingga sinergi yang sudah terjalin selama ini harus dilanjutkan dan diperkuat lagi,' jelas Menko Airlangga.
-
Bagaimana IKN mendorong pertumbuhan ekonomi? UU Nomor 21 Tahun 2023 mengamanatkan pertumbuhan ekonomi inklusif dan merata, mencapai pertumbuhan ekonomi Indonesia-sentris dan pembangunan IKN melalui penguatan peran Otorita IKN, didukung lintas sektor.
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Bagaimana cadangan devisa Indonesia mendukung perekonomian? 'Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,' ucap Erwin.
-
Bagaimana UMKK bisa menguasai kekuatan ekonomi Indonesia? Bergabung di Katalog Elektronik itu menguntungkan karena pasarnya sangat besar.
Menurutnya, pemanfaatan daya saing komparatif Indonesia tidak diimbangi dengan kebijakan moneter dan perbankan yang baik. Justru, perbankan terlihat semakin melepaskan diri dari sektor riil sehingga tidak mendukung pertumbuhan industri. Lalu, pendanaan yang tidak cukup juga sulit diperoleh terutama untuk sektor manufaktur, infrastruktur dan pertanian.
"Belum lagi adanya jebakan liberalisasi dan globalisasi," ucapnya.
Untuk itu diperlukan upaya peningkatan daya saing, semisal kebijakan keuangan khususnya perbankan untuk mendukung daya saing dari aspek pembiayaan, kebijakan hilirisasi di bidang industri jasa keuangan. Caranya dengan menambah cabang bank, lembaga keuangan mikro, lembaga keuangan non-bank dan branchless banking.
"Dengan mengarahkan industri jasa keuangan untuk mendukung industri produk unggulan dan industri kreatif," jelas dia.
Selanjutnya, kebijakan moneter dan perbankan agar lebih pro pertumbuhan industri dalam negeri dan mempromosikan kebijakan persaingan termasuk hukum persaingan yang berlaku sama untuk semua negara anggota Asean.
"Standar yang mengacu kepada kondisi, kreativitas dan inovasi serta kekhasan budaya lokal untuk menopang daya saing," tutupnya. (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kunci sukses terletak pada sukses atau tidaknya membenahi kementerian dan kebijakan industrinya.
Baca SelengkapnyaAda empat tantangan besar yang dihadapi dalam pengembangan industri fintech di Indonesia.
Baca SelengkapnyaOJK mencatat pertumbuhan kredit dan DPK melambat dibanding tahun lalu.
Baca SelengkapnyaPara pelaku usaha mengeluh ke Jokowi soal makin keringnya perputaran uang.
Baca SelengkapnyaHal yang perlu menjadi perhatian adalah terjaganya tingkat pertumbuhan kredit dan DPK di level yang hampir sama.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan kredit tersebut menunjukkan kualitas kredit terjaga di tengah situasi global yang mengalami pelemahan.
Baca SelengkapnyaBI mengeluarkan data berdasarkan survei konsumen bahwa daya beli masyarakat menurun, khususnya pada kelompok kelas menengah.
Baca SelengkapnyaTensi geopolitik global masih melanjutkan peningkatan seiring berlanjutnya konflik di Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaDikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya pengangguran karena para pengusaha mengurangi pekerjanya, karena menurunnya pendapatan perusahaan.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi meminta agar perbankan mempermudah pemberian kredit kepada UMKM.
Baca SelengkapnyaTerdapat 5 ancaman ekonomi global saat ini, di antaranya penurunan inflasi hingga suku bunga tinggi.
Baca SelengkapnyaTensi perang dagang kembali meningkat akibat kenaikan tarif Amerika Serikat dan beberapa negara Amerika Latin terhadap produk-produk dari China.
Baca Selengkapnya