Tak Punya Keterampilan Dagang, Banyak Calon Wirausahawan Balik Jadi Pekerja
Merdeka.com - Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja (Binapenta dan PKK) Kementerian Ketenagakerjaan, Suhartono, menyoroti fenomena banyaknya calon wirausahawan yang gagal membangun bisnis lantaran tak punya cukup kemampuan untuk berdagang.
Gambaran situasi ini didapatkannya lantaran dia banyak melihat calon pengusaha yang ikut pelatihan (workshop), namun hanya punya bekal sebagai produsen saja.
"Kami melatih orang ribuan, tapi kemudian setelah mereka punya skill hanya bisa memproduksi saja. Maunya kami, dia memproduksi dan dia bisa langsung jual," ujar dia dalam sesi webinar, Rabu (30/9).
-
Siapa yang kesulitan mendapatkan pekerjaan? Indira adalah bagian dari kelompok generasi terbesar di Indonesia, Generasi Z, yang mencakup lebih dari 74 juta orang, atau 27,9 persen dari populasi Indonesia, yang lahir antara tahun 1997 dan 2012.
-
Siapa yang kesulitan cari kerja? Dan Colflesh, seorang warga Amerika Serikat mengeluh dia sangat kesusahan mendapat pekerjaan meski sudah bergelar sarjana.
-
Siapa aja yang susah cari kerja? Salah satu kendala yang banyak dialami pencari kerja adalah kemampuan bahasa Inggris
-
Apa aja kendala cari kerja? Selain bahasa, kesulitan generasi muda mendapatkan pekerjaan adalah keengganan untuk menggapai pekerjaan impian Generasi muda menginginkan yang instan, padahal karier sebaiknya dirintis dari nol
-
Kenapa sulit cari kerja di Indonesia? Susahnya mencari pekerjaan masih menjadi masalah di Tanah Air Tak hanya karena lapangan kerja yang minim, rendahnya kemampuan pribadi juga jadi sebab kesulitan mencari pekerjaan
-
Bagaimana mereka merintis usaha? Ketika itu ia hanya memiliki sisa uang Rp500 ribu, yang kemudian digunakan untuk modal usaha kue di rumah. Kondisi ini dirasakan berbeda, ketika dirinya bekerja di bank tersebut.
"Ketika saya akan berwirausaha, saya katakan buka bengkel, kami punya workshop untuk melatih orang bisa untuk itu. Tapi ketika dia kita latih, akhirnya dia jadi seorang pekerja lagi. Harus menerima upah yang katakanlah UMR juga," ungkapnya.
CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin turut buka suara atas fenomena tersebut. Dia menceritakan pengalamannya ketika berhadapan dengan pedagang sekaligus produsen kelas UMKM di Bukalapak online marketplace.
"Produsen-produsen, terutama produsen UMKM mengalami kesulitan untuk berdagang. Kita kasih contoh, ada produsen UMKM binaan salah satu kementerian, ke tempat kita, kita taro di depan (marketplace) terus saya coba order. Ordernya lama. Pertama malah enggak dikirim," tuturnya.
Berdasarkan cerita tersebut, Rachmat mengambil kesimpulan jika produsen dan pedagang merupakan dua profesi yang berbeda. "Jadi banyak orang yang bisa berproduksi, tapi enggak punya niat/skill/kemampuan untuk menjadi merchant," sambungnya.
Rachmat pun menyarankan kepada para calon wirausahawan agar lebih bisa mempersiapkan skill berdagangnya. Atau paling tidak, para pedagang tersebut dapat membentuk suatu grup atau perkumpulan yang di dalamnya ada satu penjual.
"Kuncinya mungkin buat produsen-produsen yang mengalami kesulitan, mungkin bisa dipertemukan dengan pedagang-pedagang yang sudah mumpuni. Jadi barangnya bisa dibantu untuk dijualin. Modelnya bisa macem-macem, bisa sistem consignment atau konsinyasi, jadi reseller istilahnya," imbuhnya.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gibran meminta milenial lulusan S2 untuk menjadi pengusaha. Ketimbang kesulitan mencari pekerjaan
Baca SelengkapnyaBadan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, sebanyak 9,9 juta Gen Z pada rentang usia 15 sampai 24 tahun menganggur pada 2023.
Baca SelengkapnyaMenaker Ida membeberkan daftar keterampilan yang dibutuhkan pasar kerja saat ini.
Baca SelengkapnyaKetidakcocokan keterampilan tenaga kerja dengan kebutuhan industri, berkontribusi terhadap masalah ini.
Baca SelengkapnyaBank Dunia yang menyebut Indonesia harus bisa menyediakan lapangan kerja berkualitas agar bisa menjadi negara berpendapatan tinggi.
Baca SelengkapnyaMenaker Ida mengatakan, ada beberapa penyebab masih banyak pengangguran di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSekjen Anwar menekankan, adanya job fair merupakan upaya yang sangat bermanfaat terhadap penciptaan peluang.
Baca SelengkapnyaBeban kerja makin tinggi sementara gaji tidak sesuai menjadi salah satu pemicu warga Korea sulit mendapatkan pekerjaan layak.
Baca SelengkapnyaGanjar mengatakan jangan berhenti berusaha meski berkali-kali mendapat penolakan.
Baca SelengkapnyaData hampir 10 juta Gen Z jadi pengangguran merupakan temuan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023.
Baca SelengkapnyaPAN menilai UMKM harus kreatif dan manfaatkan digital
Baca Selengkapnya