Tanpa Batu Bara Indonesia, China dan India Bakal Gelap
Merdeka.com - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku kaget mengetahui fakta bahwa banyak negara yang tergantung dengan produk dari Indonesia. Jokowi banyak menerima telepon, mulai dari perdana menteri hingga kepala negara ketika menghentikan impor batu bara selama 2 minggu beberapa waktu lalu.
Berdasarkan data Trade Map tahun 2021, China, India, Amerika Serikat hingga Uni Eropa memiliki ketergantungan terhadap produk-produk komoditas unggulan Indonesia.
Ekonom Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan, ketergantungan negara tersebut kepada Indonesia sangat besar. Mereka membutuhkan produk unggulan nasional untuk menggerakkan industri pengolahannya.
-
Mengapa Indonesia melihat CCS sebagai potensi ekonomi besar? Pemerintah melihat Indonesia memiliki potensi ekonomi besar dengan Carbon Capture Storage.
-
Bagaimana Indonesia jadi produsen nikel terbesar? Indonesia menjadi produsen nikel terbesar setelah Filipina membuat kebijakan ketat penambangan.
-
Apa yang menjadi pendorong utama Pertamina dalam ekonomi Indonesia? Pendekatan ini akan menjadi terobosan bagi perekonomian Indonesia, dengan membuka peluang industri baru dan menciptakan pasar global untuk produk-produk rendah karbon.
-
Siapa yang Gibran sebut sebagai modal penting Indonesia? Gibran Rakabuming Raka, calon wakil presiden nomor urut 2, menyatakan bahwa generasi muda adalah modal paling berharga bagi Indonesia untuk menjadi negara maju.
-
Di mana pusat produksi besi di Nusantara? Salah satu sentra besi di Kepulauan Nusantara itu berada di Luwu dan Banggai. Kini tempat itu masuk Provinsi Sulawesi Tenggara dan berada di pantai timur Pulau Sulawesi.
-
Apa komoditas utama di Banten? Dalam laman jalurrempah.kemdikbud.go.id, disebutkan bahwa Banten ketika itu merupakan penghasil utama komoditas lada.
Bila Indonesia mengeluarkan kebijakan moratorium atau menghentikan ekspor produk-produk, maka ketiga negara itu bisa kelabakan.
"Jika Indonesia setop melakukan ekspor, industri pengolahan di tiga negara bisa berhenti total," kata Bhima kepada merdeka.com, Jakarta, Sabtu (3/12).
Bahkan, jika ekspor batu bara dihentikan Indonesia, China dan India bisa gelap. Sebab pembangkit listrik mereka membutuhkan batubara sebagai penghasil listriknya.
"Untuk pasokan listrik di India dan China yang masih andalkan batu bara akan blackout alias padam," ungkap Bhima.
Bukti Ketergantungan China dan India dengan Indonesia
Sepanjang tahun 2021, ketergantungan China terhadap produk batu bara Indonesia mencapai USD 22,7 miliar. Impor produk bijih besi China dari Indonesia juga mencapai USD 13,1 miliar.
Selain itu, China juga mengimpor CPO senilai USD 6,7 miliar, tembaga senilai USD 972 juta dan produk nikel sebesar USD 240,3 juta.
Begitu juga dengan India yang sangat bergantung pada produk batu bara, CPO, karet dan Timah asal Indonesia. Masing-masing nilai impor India dari Tanah Air yakni USD 6,3 miliar (batu bara), USD 4 miliar (CPO), USD 323 juta (karet) dan USD 247 juta (timah).
Sementara itu produk Indonesia yang menjadi andalan Amerika Serikat yakni produk karet, CPO, produk perikanan dan produk kayu. Negeri Paman Sam ini tahun 2021 mengimpor produk karet senilai USD 2,4 miliar, CPO sebesar USD 2,1 miliar, produk perikanan USD 1,4 juta dan USD 1 miliar produk kayu.
Kondisi Uni Eropa Tergantung Indonesia
Kondisi serupa juga bisa dialami Uni Eropa. Masih dari sumber yang sama, Uni Eropa memiliki ketergantungan yang sama dengan Indonesia. "Apalagi Eropa yang sekarang sedang krisis energi," kata Bhima.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor migas Indonesia pada September 2022 ke Eropa Barat senilai USD 61,1 juta. Sedangkan ekspor non migasnya untuk Eropa Barat senilai USD 1,68 miliar dan ke Eropa Timur senilai USD 430 miliar.
Sementara itu berdasarkan data Trade Map di tahun 2021, Uni Eropa mengimpor CPO senilai USD 2,5 miliar. Mereka juga mengimpor produk karet Indonesia hingga USD 1 miliar.
Selain itu, Uni Eropa juga mengimpor produk besi dan baja senilai USD 477 juta, produk kayu olahan senilai USD 414 juta, dan timah senilai USD 173 juta.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selain negara di Afrika, pemerintah juga menjajaki peluang impor minyak dari negara di kawasan Amerika Latin.
Baca SelengkapnyaTak bisa dipungkiri, China merupakan negara mitra dagang terbesar Indonesia.
Baca SelengkapnyaSetelah menghentikan ekspor bijih nikel, Indonesia berhasil membangun smelter, yang meningkatkan nilai ekspor nikel secara signifikan.
Baca SelengkapnyaIndonesia punya semua persyaratan untuk menjadi negara maju
Baca SelengkapnyaJakarta memimpin dengan skor pengaruh China sebesar 31,8 persen.
Baca SelengkapnyaPrabowo juga menyatakan keinginnya pada sebuah konsep perdagangan dunia yang adil.
Baca SelengkapnyaChina merupakan salah satu dari 3 negara yang jadi mitra dagang utama RI.
Baca SelengkapnyaKetersediaan batu bara yang melimpah menjadikan komoditas ini sebagai penggerak perekonomian nasional.
Baca SelengkapnyaBatu bara tetap masih menjadi komoditas utama ekspor Indonesia.
Baca SelengkapnyaDalam 20 tahun terakhir, dinamika geopolitik dunia telah mengalami perubahan yang signifikan.
Baca SelengkapnyaPemerintah harus memberi dukungan yang kuat kepada industri baja di Indonesia, termasuk melalui regulasi yang tepat.
Baca SelengkapnyaPemerintah tidak ingin Indonesia sembrono dalam mengekspor energi hijau.
Baca Selengkapnya