Tanpa inovasi teknologi, BPR terancam hilang tergantikan fintech
Merdeka.com - Perusahaan finansial teknologi diprediksi bakal menjadi ancaman bagi lembaga keuangan khususnya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Indonesia. Oleh karena itu, bank yang bergerak di jasa peminjaman tersebut dinilai wajib menyesuaikan zaman.
"Kalau sekarang pengaruhnya perusahaan fintek belum signifikan," kata Wakil Ketua Kompartemen Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Syahril T. Alam, Senin (2/7).
Sebabnya, kata dia, pasar BPR konvensional maupun BPR syariah mayoritas adalah pelaku usaha kecil menengah yang membutuhkan permodalan rata-rata di bawah angka Rp 50 juta. Sementara, perusahaan fintech pasarnya cenderung nasabah pribadi.
-
Siapa yang bicara tentang perbankan syariah? Hal itu disampaikan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam kegiatan OJK Mengajar di Fakulitas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Senin (6/11).
-
Bagaimana BRI mendorong digitalisasi finansial? Lewat kegiatan ini, BRI terus mendorong sosialisasi pemakaian QRIS BRI sebagai wujud edukasi digitalisasi finansial kepada masyarakat.
-
Bagaimana cara BRI mendorong transformasi digital? Terdapat beberapa strategi yang dilakukan BRI dalam mendorong transformasi digital tersebut. Pertama, dengan mendorong digitalisasi proses bisnis internal. Dalam hal ini, BRI berupaya menyederhanakan proses bisnis dan meningkatkan efisiensi. Lalu selanjutnya, BRI mendorong new business model demi mendorong penciptaan value.
-
Bagaimana BSI tingkatkan inklusi keuangan syariah? BSI siap untuk bersama meningkatkan awareness dan aktivasi layanan perbankan syariah di lingkungan kampus yang dibangun dalam satu ekosistem, sehingga keberadaan bank syariah dapat dirasakan manfaatnya bagi seluruh civitas di Kampus FEB-UI yang berjumlah lebih dari 6.000 orang, termasuk 397 orang dosen serta sekitar 314 orang karyawan,' ujarnya.
Namun demikian, dia mengingatkan agar BPR konvensional maupun syariah mulai menyesuaikan dari sistem tradisional menjadi teknologi. Sebab, menurut dia, teknologi tidak bisa dihindari, bahkan justru semakin berkembang pesat.
"Perusahaan jasa butuh teknologi, agar bisa bersaing untuk memperkuat jaringan," ujar pria yang juga Direktur Utama BPR Syariah Patriot Kota Bekasi ini.
Dia memprediksi lima tahun ke depan perusahaan fintech tumbuh cukup pesat. Maka dari itu, persiapan dari sekarang dianggap cukup penting, sehingga ketika perusahaan fintech baru bermunculan, maka BPR konvensional dan syariah yang masih menggunakan sistem tradisional tak akan gulung tikar. "Tapi, tetap mempertahankan sistem tradisional," kata dia.
Dia mengatakan, pelayanan paling dicari nasabah adalah kemudahan dalam pemberian pinjaman. Tapi, tentunya tidak mengabaikan sistem keamanan untuk menagih angsuran pinjaman itu sendiri.
Direktur Utama BPR Dana Karunia Sejahtera, Dhirun, mengakui belum terpengaruh dengan bermunculnya perusahaan fintech beberapa tahun terakhir, meskipun pertumbuhan perusahaan sempat tak bergerak di periode 2016-2017. Dia mengatakan, pihaknya masih yakin dengan sistem tradisional perusahaannya akan terus eksis, bahkan bisa bersaing dengan perusahaan fintech. "Pasar kami beda dengan perusahaan fintech," ujar dia.
Dia mengatakan, justru bank umum yang memberikan bunga rendah kini menjadi tantangan berat bagi BPR. Meski demikian, kata dia, pihaknya akan memanfaatkan nasabah yang ditolak oleh bank umum karena kekurangan persyaratan administrasi. "Kami memberikan fasilitas tidak terlalu sulit seperti bank umum," ujar dia.
Dia menambahkan, BPR yang dipimpinnya masih eksis sampai hari ini sejak didirikan pada tujuh tahun silam. Adapun nilai asetnya mencapai Rp 58,4 miliar, sedangkan aset kredit mencapai Rp 41 miliar. Tahun ini, pihaknya menargetkan aset tumbuh hingga Rp 70 miliar, sedangkan aset kredit sampai Rp 50 miliar.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kini semakin banyak perusahaan yang memanfaatkan perubahan peraturan yang menguntungkan yang dibawa oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Baca Selengkapnyapenerapan GRC terintegrasi dapat mensinergikan aspek governance structure, risk management dan compliance, serta environment dan social.
Baca SelengkapnyaBI menegaskan rupiah digital tidak akan menggantikan uang kertas dan koin yang ada saat ini
Baca SelengkapnyaMahendra Siregar memcermati dampak digital transformasi sektor keuangan di Indonesia apakah sebagai keberkahan atau kutukan.
Baca SelengkapnyaDirut BRI tegaskan bankir perlu memiliki risk awareness yang baik dalam menghadapi tantangan ekonomi global.
Baca SelengkapnyaPenetrasi perbankan syariah di Indonesia hanya sebesar 6,87 persen, terendah dibandingkan negara-negara musllim.
Baca SelengkapnyaWapres Ma'ruf Amin memberi sanjungan kepada BSI karena mampu menggelar pameran ekonomi dan industri syariah terbesar.
Baca SelengkapnyaKolaborasi ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memperkuat daya saing BPR dalam menghadapi perkembangan era digital.
Baca SelengkapnyaKomisi XI Minta Anggota OJK Baru Mampu Perkuat Pengawasan
Baca SelengkapnyaDewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU PPSK).
Baca SelengkapnyaGubernur BI Perry Warjiyo mengaku transaksi digital sering kali disalahgunakan.
Baca Selengkapnya