Target Makro Ekonomi di APBN 2022 Dinilai Tak Realistis
Merdeka.com - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menyoroti beberapa pokok-pokok asumsi makro ekonomi pada Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2022 disampaikan oleh Presiden Joko Widodo. Salah satunya mengenai target pertumbuhan ekonomi dan inflasi.
Bima mengatakan, jarak antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi dipatok pemerintah masih terlampau jauh. Sebab ketika ekonomi ditarget tumbuh 5,0 - 5,5 persen, maka efek ke sisi permintaan akan menimbulkan inflasi sisi permintaan (demand pull).
Sementara dari sisi pasokan tekanan harga terjadi karena fluktuasi harga komoditas yang cenderung ke atas. Akibatnya bahan baku naik, sehingga menyebabkan harga jual akhir dari industri juga naik.
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Kapan pertumbuhan ekonomi RI di atas 5 persen? “Bahkan hal ini sudah berlangsung selama 7 kuartal atau hampir 2 tahun berturut-turut.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa dicapai? Pengembangan kuantitas produksi berikut umumnya disebabkan oleh semakin majunya teknologi, adanya inovasi bisnis yang efisien serta eskalasi minat konsumen pada tren tertentu.
-
Kenapa target pertumbuhan ekonomi penting? Sehubungan dengan itu, salah satu manfaat yang dirasakan pemerintah ketika terjadi pertumbuhan ekonomi adalah pembangunan dan pemerataan infrastruktur masyarakat dapat dilaksanakan secara cepat karena pendapatan per kapita sudah melonjak.
-
Kenapa PDB per kapita Indonesia ditargetkan naik? Dia menyebut target ambisius ini mencakup peningkatan PDB sekitar Rp13.000 triliun. kata Dirgayuza dalam acara Economist Gathering INDEF, Jakarta, Senin (29/07). 'Nah, kita punya target selama 5 tahun ke depan untuk meningkatkan PDB kita sebesar sekiranya kurang lebih Rp13.000 triliun. Jadi kita mau naik ke 35.500,' Menurut Setiawan, pencapaian target ini krusial untuk menghindari jebakan pendapatan menengah (middle income trap) yang dapat menghambat kemajuan ekonomi Indonesia.
-
Apa penyebab inflasi selain permintaan melebihi penawaran? Kenaikan biaya produksi juga bisa menjadi penyebab inflasi. Misalnya, kenaikan harga bahan baku, tenaga kerja, atau energi dapat mendorong produsen untuk menaikkan harga jual agar tetap mendapatkan keuntungan.
"Jadi target inflasi 3 persen sepertinya belum mempertimbangkan aspek sisi permintaan maupun pasokan," kata dia kepada merdeka.com, Senin (16/8).
Bima mengatakan, dalam menetapkan asumsi makro dan ekonomi pemerintah belum mempertimbangkan faktor eksternal perubahan geopolitik karena eskalasi di Timur Tengah paska Taliban menguasai ibu kota Afganistan. Di mana harga minyak mentah yang cenderung naik, dan tappering off yang dilakukan bank sentral negara maju.
Beberapa faktor-faktor di atas dapat menekan kurs Rupiah maupun meningkatkan bunga SBN. "Pemerintah pede sekali rupiah bisa Rp14.350 di 2022, padahal ketidakpastian eksternalnya cukup besar," kritiknya.
Inkonsistensi
Di samping itu, Bima juga menyoroti adanya inkonsistensi antara pertumbuhan ekonomi 5-5,5 persen di 2022 dengan target penerimaan pajak yang naik 22,5 persen. Penerimaan pajak ditargetkan Rp1.506 triliun di 2022 sementara target penerimaan pajak di 2021 Rp1.229 triliun.
Dia menekankan, kenaikan penerimaan perpajakan jika tidak hati-hati bisa menggerus daya beli masyarakat. Alhasil konsumsi rumah tangga terhadap barang dan jasa akan terpengaruh.
"Pemerintah kan sedang membahas RUU KUP, tidak mungkin bisa dalam waktu singkat implementasinya langsung naikkan penerimaan pajak 22,5 persen," tandasnya. (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Macetnya pertumbuhan ekonomi karena selalu bergantung pada konsumsi domestik.
Baca SelengkapnyaPT Mandiri Sekuritas memperkirakan bahwa pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) akan tetap stabil di sekitar 5,1 persen pada tahun 2025.
Baca SelengkapnyaMenteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan angka pada proyeksi tahun 2024 merupakan bentuk antisipasi pemerintah terhadap kondisi global.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi tak mencapai target pemerintah karena dipengaruhi gejolak ekonomi global.
Baca SelengkapnyaMenurut Jokowi, pertumbuhan ekonomi Indonesia banyak dikontribusikan oleh belanja konsumsi masyarakat hingga masuknya investasi.
Baca SelengkapnyaProyeksi IMF tersebut lebih rendah dari target pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam Asumsi Makro APBN 2024
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 diramal tumbuh 5,11 persen.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia diprediksi tumbuh rata-rata 4,9 persen selama 2024-2026.
Baca SelengkapnyaBahlil menargetkan realisasi investasi 2025 sebesar Rp800 triliun saja jika hanya dibekali anggaran pada kisaran Rp600 miliar.
Baca SelengkapnyaKebijakan pemerintah membuat daya beli masyarakat semakin amburadul.
Baca SelengkapnyaKetua Badan Anggaran DPR RI, Said Abdullah, mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 10 tahun terakhir tidak beranjak dari angka 5 persenan.
Baca Selengkapnya