Tekan ketergantungan impor, industri farmasi didorong gunakan bahan baku dari alam
Merdeka.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong industri farmasi dalam negeri untuk menciptakan produk obat-obatan berbahan baku dari alam (biofarmasi). Sebab, selama ini 90 persen bahan baku farmasi yang berupa bahan kimia masih diimpor dari negara lain.
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, mengatakan industri farmasi merupakan salah satu industri yang difokuskan pengembangannya dalam memasuki era revolusi ke-4 atau industri 4.0. Namun sayangnya industri ini masih dihadapkan pada masalah ketersediaan bahan baku.
"Industri ini potensinya bagi Indonesia itu penting, bagi Kemenperin ini bagian dari industri unggulan dalam 4.0. Industri ini saat ini mengalami tantangan karena sebagian besar bahan bakunya impor di farmasi kemudian penjualannya domestik," ujar dia di Kantor Kemenperin, Jakarta, Selasa (10/7).
-
Apa yang menjadi fokus Airlangga Hartarto dalam pengembangan ekonomi platform? “Dalam menyambut besarnya kesempatan tersebut, kita juga harus menyadari bahwa terdapat juga tantangan-tantangan dalam pengembangan ekonomi platform, terutama di wilayah pedesaan dan daerah 3T. Tantangan tersebut diantaranya adalah akses terhadap teknologi dan koneksi internet yang terbatas, serta kurangnya pemahaman tentang penggunaan platform-platform ini,“ ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto yang hadir secara virtual dalam acara Peluncuran Hasil Studi Penggunaan Platform Digital di Pedesaan Indonesia oleh DFS Lab, Selasa (25/7).
-
Apa yang Menko Airlangga sampaikan tentang start-up Indonesia? Pada simposium tersebut Menko Airlangga menyampaikan bahwa jumlah start-up di Indonesia merupakan ketiga terbesar di Asia.
-
Apa yang mendorong peningkatan produksi? Peningkatan permintaan baru menjadi salah satu faktor utama yang mendorong aktivitas produksi.
-
Siapa yang membahas masalah hilirisasi? Calon Wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menyampaikan visi di awal debat. Salah satunya disinggung masalah hilirisasi.
-
Apa yang Kemenko Perekonomian dorong untuk industri hijau? Dalam pengembangan industri hijau di Indonesia, pemerintah mendorong berbagai program seperti pemanfaatan EBTKE, penerapan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, dan lain sebagainya.
-
Mengapa produksi sangat penting? Tanpa produksi, dunia yang kita kenal tidak akan ada, dan pembangunan ekonomi akan stagnan.
Agar bisa lepas dari ketergantungan bahan baku impor, maka industri farmasi ini harus mulai mengarah pada penggunaan bahan baku yang berasal dari alam. Maka dari itu, diperlukan adanya riset yang mendalam dari para pelaku industri.
"Ke depan biofarmasi menjadi solusi, harus dengan research and development karena bio itu bisa menggunakan kekayaan hayati yang ada di kita. (Negara lain?) Sudah mulai. Di GP (Gabungan Pengusaha) farmasi juga sudah mulai riset dan pemerintah harus berikan insentif untuk inovasi," kata dia.
Menurut Menteri Airlangga, pemerintah siap membantu pengembangan industri biofarmasi ini, salah satunya melalui pemberian insentif. Bahkan hal tersebut masuk dalam pembahasan dalam rapat terbatas (ratas) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemarin.
"Sekarang industri ini PDB-nya Rp 67 triliiun, ini kita tingkatkan. Dan kemarin rapat dengan Presiden, salah satu yang kita dorong ya biofarmasi. Sekarang kebanyakan impor kontennya tinggi, jadi industri ini didorong untuk subsitusi impor dan membangun pabrik bahan baku obat di Indonesia," jelas dia.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum GP Farmasi Ferry A Soetikno mengungkapkan, Indonesia memiliki keragaman hayati yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku dari biofarmasi. Namun demikian, industri masih terus melakukan riset untuk pengembangannya.
"Biodiversiti Indonesia terbesar di dunia, ada kunyit, temu lawak, kayu manis, tapi kita mulai cari yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi. Kemudian ada lagi bio active fraction atau fraksi-fraksi yang mempunyai kemampuan biologi pada indikasi kesehatan tertentu," tandas dia.
Reporter: Septian DenySumber: Liputan6.com
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Khusus industri minuman, Kemenperin menargetkan penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) bahan baku menjadi 25 persen.
Baca Selengkapnya"Kita berencana menambah produsen komponen BBO yang berasal dari industri dalam negeri, karena saat ini kita masih bergantung pada import," kata Anies
Baca SelengkapnyaDiharapkan ada realisasi investasi dari pengusaha di luar negeri.
Baca SelengkapnyaPerusahaan dituntut untuk bertransformasi secara digital, termasuk bidang manufaktur.
Baca SelengkapnyaIndustri petrokimia dalam negeri juga semakin diberatkan dengan pencabutan Larangan dan Pembatasan (Lartas) impor bahan baku plastik.
Baca SelengkapnyaHal ini menjadi sebuah semangat untuk memenuhi industri dalam negeri dengan material yang diproduksi secara lokal
Baca SelengkapnyaDalam 20 tahun terakhir, dinamika geopolitik dunia telah mengalami perubahan yang signifikan.
Baca SelengkapnyaPemerintah harus serius menggarap industri hilirisasi ini dengan membangun roadmap
Baca SelengkapnyaDengan murahnya barang impor itu, banyak pelanggan beralih. Alhasil, semakin banyak produk impor yang masuk ke Indonesia berdasarkan pada permintaan tadi.
Baca SelengkapnyaBanyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,
Baca SelengkapnyaNamun demikian, tantangan ini bukan tak ada solusi. Teknologi dipercaya akan memperkuat industri makanan dan minuman dalam negeri.
Baca SelengkapnyaPemerintah berkomitmen untuk meningkatkan hilirisasi komoditas rumput laut melalui diversifikasi produk olahan rumput laut.
Baca Selengkapnya