Tekan Pengangguran, Pemerintah Diminta Antisipasi Peningkatan Pekerja Robotik
Merdeka.com - Pengamat Ekonomi Digital, Yudi Candra mengatakan, kemajuan teknologi dan revolusi industri 4.0 akan menjadi ancaman bagi tenaga kerja Indonesia. Pemanfaatan robot bisa dilakukan dalam segala aspek kegiatan industri, sehingga berpotensi peningkatan pengangguran di Indonesia.
"Di era digital, banyak hal bisa dikerjakan dengan mesin atau robot, ini bisa jadi bom waktu bertambahnya pengangguran di Indonesia," ujar dia di Jakarta, Kamis (21/3).
Yudi menyatakan, pada 2020, seluruh dunia akan masuk pada robotika canggih, termasuk di Indonesia. Sedangkan saat ini, di Indonesia ada sekitar 7 juta pengangguran di Indonesia. Jika semua industri sudah menggunakan robot, tidak mustahil ada kenaikan yang cukup besar pada tingkat pengangguran.
-
Gimana pengaruh teknologi ke tenaga kerja? Kondisi ini ditambah efisiensi penggunaan tenaga kerja sebagai akibat inovasi teknologi
-
Mengapa Indonesia kekurangan talenta digital? Sayangnya, di saat adopsi teknologi itu makin gencar dilakukan di negara-negara lain, Indonesia justru masih banyak kekurangan talenta.
-
Kapan teknologi akan menggantikan pekerjaan? Menukil laporan World Economic Forum (WEF), teknologi dan otomatisasi diperkirakan akan menggantikan 85 juta pekerjaan di Indonesia pada tahun 2025.
-
Bagaimana cara mengatasi kekurangan talenta digital di Indonesia? Untuk mencapai jumlah itu dibutuhkan kolaborasi pentahelix. Model kolaborasi yang melibatkan lima unsur yaitu: Akademisi, Bisnis, Masyarakat, Pemerintah, Media.
-
Bagaimana teknologi industri membantu manusia? Teknologi industri adalah ilmu teknik dan teknologi manufaktur yang dirancang untuk melakukan proses produksi lebih cepat, lebih sederhana dan efisien.
-
Kenapa perusahaan di Indonesia enggan merekrut karyawan tanpa kemampuan AI? Hal ini menekankan urgensi dan pentingnya para profesional untuk fokus dalam meningkatkan kemampuan AI melalui pelatihan.
"Contoh sederhana saja yang sudah terjadi dalam sebuah pabrik handphone di kota Dongguan, China, yang menggunakan 650 orang dalam produksi, sekarang sudah digantikan oleh 60 robot di 10 line produksi, hanya diperlukan 60 orang operator. Dengan robot bisa lebih efisien, tentu saja pengusaha lebih memilih itu dari pada tenaga manusia karena dianggap lebih menguntungkan," jelas dia.
Oleh sebab itu, lanjut Yudi, sangat penting bagi pemerintah untuk segera mengantisipasi revolusi robotik pada industri nasional. Jika tidak, hal ini akan menjadi sumber masalah Indonesia di masa depan.
Terlebih, pada 2020-2045, Indonesia akan mengalami bonus demografi, di mana penambahan penduduk sesuai data dari Badan Pusat Statistik (BPS) ada sekitar 4 juta per tahunnya. Jika tidak ada peningkatan keterampilan pada generasi muda, maka bukan lagi generasi emas yang akan lahir tetapi melahirkan pengangguran terus meningkat.
"Siapa pun pemimpinnya yang nanti terpilih pada April besok, harus sudah menyiapkan platform bagaimana meningkat SDM yang punya keterampilan dan berdaya saing," ungkap dia.
Selain itu, kata Yudi, SDM Indonesia juga masih harus bersaing dengan Tenaga Kerja Asing (TKA). Hal ini karena, banyak SDM lokal yang belum mampu menjalankan mesin atau robot yang sudah mulai masuk di Indonesia.
"Jika pemerintah maupun SDM lokal tidak mau meningkatkan kualitas diri dengan trainee, coaching dan pelatihan, jangan salahkan jika ke depan tenaga kerja asing akan lebih membanjiri peluang kerja di Indonesia," tandasnya.
Reporter: Septian Deny
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pekerjaan yang bergerak di bidang AI, pemrograman dan komputasi menjadi jenis pekerjaan yang akan terus berkembang ke depannya.
Baca SelengkapnyaPeran dari manusia akan dapat dioptimalkan melalui teknologi.
Baca SelengkapnyaSelain menurunkan tingkat pengangguran terbuka, pemerintah juga meminta agar di masa presiden terpilih Prabowo Subianto, angka kemiskinan juga turun.
Baca SelengkapnyaKemunculan otomasi dan AI ini membuat semua negara kesulitan untuk membuka lapangan pekerjaan baru bagi warganya.
Baca SelengkapnyaShinta melihat regulasi ketenagakerjaan di Indoensia masih belum optimal.
Baca SelengkapnyaIni merupakan hasil riset yang dilakukan oleh Populix terhadap masyarakat Indonesia.
Baca SelengkapnyaGig economy bisa mempekerjakan seseorang di dalam negeri maupun luar negeri.
Baca SelengkapnyaKetidakcocokan keterampilan tenaga kerja dengan kebutuhan industri, berkontribusi terhadap masalah ini.
Baca SelengkapnyaMenaker Ida membeberkan daftar keterampilan yang dibutuhkan pasar kerja saat ini.
Baca SelengkapnyaHasilnya, sebanyak 62% responden khawatir pekerjaan mereka akan tergusur oleh kecerdasan artifisial (AI).
Baca SelengkapnyaData hampir 10 juta Gen Z jadi pengangguran merupakan temuan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023.
Baca SelengkapnyaAngka pengangguran di Indonesia merupakan angka kedua tertinggi di negara-negara ASEAN.
Baca Selengkapnya