Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Tekanan global berlanjut, BI siap antisipasi agar Rupiah tak keok

Tekanan global berlanjut, BI siap antisipasi agar Rupiah tak keok Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. ©2015 merdeka.com/fikri faqih haq

Merdeka.com - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) hingga kini masih terpuruk di kisaran Rp 14.000 per USD. Meski demikian, Bank Indonesia (BI) memprediksi tekanan terhadap Rupiah masih akan terus berlanjut. Apalagi Amerika Serikat akan menggelar Federal Open Meeting Commitee (FOMC) pada pertengahan bulan September mendatang.

Agenda tersebut untuk menentukan apakah bank sentral Amerika akan menaikkan suku bunga atau tidak. Ketidakpastian ini akan berdampak pada stabilitas ekonomi dunia termasuk Indonesia.

Namun demikian, Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo berjanji tidak akan tinggal diam menyaksikan pelemahan nilai tukar Rupiah.

"Tekanan masih akan berlangsung, tapi kami terus melakukan langkah-langkah agar nilai tukar Rupiah stabil," ujar Perry, kepada wartawan seusai memberikan materi dalam BI Mengajar di SMA Negeri 3 Solo, Rabu (26/8).

Perry menegaskan, meski kondisi global yang menyebabkan melemahnya nilai Rupiah terhadap USD masih berlangsung, namun sejauh ini kondisi stabilitas ekonomi dan sistem keuangan Indonesia masih cukup kuat. Menurut dia, jumlah cadangan devisa masih cukup untuk melakukan stabilisasi nilai tukar Rupiah.

“Kami akan terus melakukan koordinasi dengan otoritas terkait termasuk pemerintah. Tentunya sambil mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia,” tandasnya.

Perry menambahkan, pelemahan nilai tukar tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga terjadi di negara-negara lain di dunia. Hal tersebut sebagai imbas dari melemahnya perekonomian dunia, sehingga banyak investor dunia yang menarik dananya dari negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

Langkah stabilisasi Rupiah yang dilakukan BI, menurut Perry, antara lain dengan melakukan intervensi di pasar valas. Selain itu, BI juga melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder.

"BI juga membuat manajemen likuiditas Rupiah di pasar uang, kemudian menarik kelebihan valas yang selama ini disimpan di bank-bank luar negeri. Dari pada dibiarkan nganggur dan disimpan di luar negeri lebih baik kita tarik saja," jelasnya.

Tak hanya itu BI juga melakukan pembatasan pembelian valuta asing. Yang dulunya USD 100.000 sekarang menjadi USD 25.000. Selain itu, koordinasi dengan pemerintah juga telah dilakukan BI untuk menjaga stabilisasi nilai tukar Rupiah. (mdk/idr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
FOTO: BI Pertahankan Suku Bunga Acuan di Level 6,25 Persen, Ini Alasannya
FOTO: BI Pertahankan Suku Bunga Acuan di Level 6,25 Persen, Ini Alasannya

Keputusan mempertahankan suku bunga ini bertujuan menjaga aliran masuk modal asing dan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya
Kurs Rupiah Anjlok 2,02 Persen, Gubernur BI: Lebih Baik Dibanding Ringgit Malaysia
Kurs Rupiah Anjlok 2,02 Persen, Gubernur BI: Lebih Baik Dibanding Ringgit Malaysia

Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.

Baca Selengkapnya
Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen
Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen

Dengan demikian suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.

Baca Selengkapnya
Gubernur BI Sebut Nilai Tukar Rupiah Bakal Terus Menguat di Bawah Level Rp16.000 per USD
Gubernur BI Sebut Nilai Tukar Rupiah Bakal Terus Menguat di Bawah Level Rp16.000 per USD

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pun yakin nilai tukar Rupiah akan terus menguat, ditopang kepercayaan investor dan pasar yang juga semakin besar.

Baca Selengkapnya
Kurs Rupiah Jangan Sampai Lebihi Rp16.000, Kenapa?
Kurs Rupiah Jangan Sampai Lebihi Rp16.000, Kenapa?

Pemerintah harus melakukan intervensi agar rupiah tidak semakin terpuruk.

Baca Selengkapnya
BI Klaim Pelemahan Rupiah Lebih Baik dari Bath Thailand hingga Won Korea, Ini Datanya
BI Klaim Pelemahan Rupiah Lebih Baik dari Bath Thailand hingga Won Korea, Ini Datanya

Kebijakan moneter dalam jangka pendek diarahkan untuk memperkuat efektivitas stabilisasi nilai tukar rupiah dan menarik aliran masuk modal asing.

Baca Selengkapnya
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Ringgit Malayia dan Won Korsel
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Ringgit Malayia dan Won Korsel

Per 20 Februari 2024, nilai tukar Rupiah kembali menguat 0,77 persen secara poin to poin (ptp) setelah pada Januari 2024 melemah 2,43 persen.

Baca Selengkapnya
Terungkap, Ini Alasan Sebenarnya Bank Indonesia Terpaksa Masih Tahan Suku Bunga Acuan
Terungkap, Ini Alasan Sebenarnya Bank Indonesia Terpaksa Masih Tahan Suku Bunga Acuan

Erwin menyatakan, penahanan BI 7 Days Reverse Reporter Rate (BI7DRR) ini juga bermaksud untuk menjaga nilai tukar Rupiah yang tengah dalam tekanan hebat.

Baca Selengkapnya
Rupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Ini Buktinya
Rupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Ini Buktinya

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.

Baca Selengkapnya
Demi penguatan Rupiah, Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan di 6,25 Persen
Demi penguatan Rupiah, Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan di 6,25 Persen

Melansir data Bloomberg, nilai tukar Rupiah diperjualbelikan direntang Rp16.417 per dolar AS.

Baca Selengkapnya
Demi Rupiah, BI Tahan Suku Bunga di Level 6,25 Persen
Demi Rupiah, BI Tahan Suku Bunga di Level 6,25 Persen

Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25 persen demi menjaga stabilitas Rupiah.

Baca Selengkapnya
Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan 6,5 Persen di Agustus 2024, Ternyata Ini Alasannya
Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan 6,5 Persen di Agustus 2024, Ternyata Ini Alasannya

Perry menjelaskan keputusan ini diambil agar tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability.

Baca Selengkapnya