Temuan masalah dan solusi pemerintah Jokowi untuk warga Asmat di Papua
Merdeka.com - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyatakan untuk menangani permasalahan kemiskinan hingga kesehatan di Asmat, Papua adalah ketersediaan infrastruktur. Kementerian PUPR telah menyiapkan sejumlah solusi pembangunan.
Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga Kementerian PUPR Arie Setiadi Moerwanto mengatakan, tim gabungan antar-Direktorat Kementerian PUPR telah ditugaskan untuk meninjau langsung kondisi di sana.
Dia menyebutkan, tim yang diturunkan ke Asmat, antara lain, Ditjen Bina Marga, Ditjen Sumber Daya Air, Ditjen Cipta Karya, serta Ditjen Penyediaan Perumahan dan lain sebagainya.
-
Bagaimana Kementerian PUPR mengatasi masalah air? Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, Indonesia telah memperkuat infrastruktur air seperti membangun 42 bendungan, 1,18 juta hektare jaringan irigasi.
-
Bagaimana Kementerian PUPR meningkatkan akses air bersih? Melalui investasi yang strategis dan pendekatan inovatif, Indonesia pun juga berhasil memperluas dan meningkatkan akses air bersih bagi banyak komunitas.
-
Kenapa Kementan membangun sistem pengelolaan air di lahan rawa? Untuk itu, Kementerian Pertanian (Kementan) perlu membangun sistem pengelolaan air yang memadai salah satunya melalui pembuatan saluran air dan tanggul long storage.
-
Bagaimana Kementerian PUPR mendorong solusi untuk masalah air di pulau-pulau terluar? Pemerintah Indonesia pun menginisiasi pembentukan Pusat Keunggulan (Center of Excellent) Ketahanan Sumber Daya Air dan Perubahan Iklim yang berfungsi merumuskan pengintegrasian aspek lingkungan dan sosial ekonomi dalam menghadapi perubahan iklim.
-
Apa saja yang dibangun Kementerian PUPR untuk air? Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, Indonesia telah memperkuat infrastruktur air seperti membangun 42 bendungan, 1,18 juta hektare jaringan irigasi.
-
Kenapa Kementerian ATR membantu orang di pesisir? Indonesia memiliki wilayah laut dan pesisir yang luas dengan potensi sumber daya alam sangat besar. Namun demikian, masyarakat pesisir belum mampu terlepas dari keterbelakangan ekonomi, sehingga membutuhkan kehadiran negara dalam hal ini berupa legalisasi aset.
"Tim kami adalah tim gabungan, kita tim advance yang melihat kondisi di sana. Kemudian membuat solusi, karena masalah di sana adalah masalah infrastruktur terbatas, seperti juga yang dikatakan Pak Presiden (Joko Widodo)," ungkapnya dalam acara konferensi pers di Kementerian PUPR, Jakarta, Kamis (8/2).
Arie menyatakan, kondisi geografis yang didominasi rawa dan ketersediaan air bersih menjadi dua faktor utama yang menjadi permasalahan di Asmat. "Di sana sulit dapat air, karena endapan sedimennya rata-rata 200 meter. Di sana memang ada satu sumur bor tapi airnya payau," ucapnya.
Oleh sebab itu, untuk menangani hal ini, pihaknya akan memanfaatkan curah hujan yang memang tinggi di wilayah tersebut. Air hujan akan ditampung untuk digunakan kebutuhan sehari-hari.
"Di sana curah hujan cukup tinggi 4.000 milimeter per tahun. Bulan kering hanya tiga bulan, sisanya bulan basah. Hanya ada satu tantangan, air hujan itu miskin mineral, bagaimana supaya dia sehat," ujar dia.
Selain itu, saat kondisi rawa sedang pasang, maka akan ada ombak besar yang membuat akses keluar dari kabupaten tersebut tertutup. Masyarakat akan terisolasi. Oleh sebab itu pihaknya akan membangun prasarana yakni jembatan layang, sehingga akses tidak terganggu oleh pasang.
Dia mengungkapkan tugas utama Kementerian PUPR dalam perbaikan kondisi di Asmat adalah untuk mendorong ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang kesehatan lingkungan, air bersih yang memadai, sanitasi, hingga konektivitas dengan kabupaten lain.
"Yang sangat penting bagaimana infrastruktur yang dibangun oleh kita ini bisa bertahan. Oleh karena itu juga, kami lakukan pendampingan selama 1 tahun mendatang. Kita akan sediakan tenaga pendamping untuk bisa operasikan (infrastruktur)," ujarnya.
Seperti diketahui, Asmat sendiri terdiri dari 23 distrik, pihak Kementerian PUPR melakukan peninjauan di 6 distrik. Dia menjelaskan, Kejadian Luar Biasa (KLB) gizi buruk dan campak tersebar di seluruh distrik.
"Di sana ada distrik pulau tiga paling banyak sebaran KLB-nya. Kenapa paling banyak? Karena aksesnya paling jauh dari muara," tandas dia.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Presiden Jokowi mengingatkan begitu pentingnya sumber daya air
Baca SelengkapnyaMentan menggenjot pembangunan dan optimasi lahan rawa menjadi persawahan produktif.
Baca SelengkapnyaKegiatan optimasi lahan rawa difokuskan pada perbaikan infrastruktur air dan lahan melalui pembangunan atau rehabilitasi infrastruktur.
Baca SelengkapnyaPotensi lahan rawa di Sumsel mencapai 3.054.347,60 hektare yang terdiri luas lahan rawa lebak mencapai 1.354.805,88 hektare`
Baca SelengkapnyaJokowi meminta agar Pemda melakukan pengembangan dari proyek yang diselesaikan pemerintah pusat.
Baca SelengkapnyaKetua DPR RI Puan Maharani meminta Pemerintah untuk mengambil langkah konkret dalam penyelesaian krisis air bersih.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini, provinsi tersebut telah mencapai 80% dari target yang ditetapkan.
Baca SelengkapnyaJokowi meminta kepala daerah untuk mengantisipasi terjadinya kasus kelaparan seperti yang terjadi di Papua beberapa waktu lalu.
Baca SelengkapnyaKementan kembali memanfaatkan dan mengembangkan lahan rawa sebagai alternatif peningkatan produksi padi.
Baca SelengkapnyaSalah satu masalah yang dirasakan warga Jakarta adalah sulitnya mendapatkan air bersih. Apalagi untuk mereka yang tinggal di kawasan pesisir dan pemukiman kumuh
Baca SelengkapnyaIka meminta agar warga yang tinggal di pesisir Jakarta menggunakan air dari Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya.
Baca SelengkapnyaMa'ruf Amin menyatakan, pemerintah memahami tantangan yang dihadapi dalam membangun wilayah Papua Pegunungan.
Baca Selengkapnya