Terbesar sejagat, peretas curi USD 1 miliar dari bank seluruh dunia
Merdeka.com - Aksi peretas atau hacker sukses mencuri uang mencapai USD 1 miliar atau setara Rp 12,75 triliun dari bank di seluruh dunia. Aksi ini diklaim sebagai besaran pencurian terbesar sejauh ini.
Dilansir dari laman Associated Press (AP), Senin (16/2), perusahaan perangkat keamanan, Kaspersky mengatakan aksi pencurian oleh peretas ini sudah dimulai sejak akhir 2013. Sasarannya ialah industri perbankan.
"Peretas telah memasuki sistem di 100 perbankan di 30 negara dunia," tulis Kaspersky.
-
Siapa saja hacker yang menyerang? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Apa saja serangan yang dilakukan hacker? 'Terkadang, hampir setengah dari serangan ini menargetkan negara-negara anggota NATO, dan lebih dari 40 persen ditujukan terhadap pemerintah atau organisasi sektor swasta yang terlibat dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur penting,' jelas Tom Burt dari Microsoft.
-
Kenapa hacker menyerang negara-negara tertentu? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Siapa programmer yang merampok bank? Setelah dilakukan investigasi lebih mendalam, FBI menemukan titik terang pelaku perampokan tanpa senjata, topeng, dan darah ini. Ia adalah seorang programmer komputer muda yang handal dari St. Petersburg, Rusia bernama Vladimir Levin.
-
Apa saja yang ditemukan dalam penelitian Kaspersky? Pakar Kaspersky melakukan penelitian skala besar mengenai ketahanan 193 juta kata sandi, yang disusupi oleh infostealers dan tersedia di darknet, terhadap serangan brute force dan tebakan cerdas (smart guessing attacks).
-
Bagaimana hacker menyerang? Mereka menggunakan aktor-aktor yang berpura-pura menjadi diplomat Barat dan pejabat Ukraina untuk mengakses akun, memahami kebijakan luar negeri Barat terhadap Ukraina, serta merencanakan serangan terhadap organisasi pemerintah Ukraina dan sektor-sektor penting di NATO.
Modus para peretas terbilang cukup cantik. Para peretas ini mulai masuk ke dalam sistem komputer bank sasaran untuk mempelajari sistem kerja bank tersebut. Setelah para peretas familiar dengan cara kerja bank sasaran, mereka memulai aksi pencurian tanpa meninggalkan kecurigaan sedikit pun.
Para peretas pencuri ini pun membatasi dana pencurian hanya USD 10 juta per bank untuk menghindari kecurigaan. Sasarannya bukan akun nasabah, namun, langsung ke pembukuan keuangan bank sasaran.
"Cara ini yang membuat aksi pencurian ini sulit terdeteksi," ujar peneliti Kaspersky Vicente Diaz.
Kaspersky memprediksi perbankan sasaran para peretas ini terbanyak berada di Rusia, Amerika, Jerman, China dan Ukraina. Mereka juga terdeteksi mulai memperluas bank sasaran meliputi negara-negara di Asia, Timur Tengah, Afrika, dan Eropa.
Dalam satu kasus, sebuah bank korban pencurian bisa kehilangan USD 7,3 juta dengan meretas sistem Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Sementara, di kasus lain, sebuah bank juga bisa kehilangan USD 10 juta melalui peretasan ke dalam sistem.
Sayangnya, Kaspersky tidak mengungkapkan detail perbankan yang telah menjadi korban pencurian ini. Namun, pihaknya memastikan telah bekerja sama dengan aparat keamanan untuk menyelesaikan permasalahan ini.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Serangan siber yang meminta tebusan paling tinggi terjadi pada perusahaan teknologi TI terbesar asal Amerika Serikat (AS), Kaseya.
Baca SelengkapnyaBanyak situs web yang berhasil diretas oleh hacker meski sudah diberi keamanan paling canggih.
Baca SelengkapnyaSerangan hacker Indonesia ke situs-situs pemerintahan Israel sedang jadi perbincangan.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah daftar negara yang paling banyak diserang ransomware
Baca SelengkapnyaMenteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi, memaparkan kronologi serangan siber yang melanda Pusat Data Nasional.
Baca SelengkapnyaAkibat peretasan kelompok Hive ini mengakibatkan jaringan mesin kasir toko di Belanda dan Jerman tidak bisa diakses.
Baca SelengkapnyaDitreskrimsus Polda Sulsel mengungkap tindak pidana penipuan daring dengan total kerugian sekurangnya Rp4,6 miliar.
Baca SelengkapnyaBadan otoritas sudah sangat diwajibkan memperkuat sistem digital, dengan memanfaatkan next generation tools semacam AI.
Baca SelengkapnyaDi Indonesia, kasus kebocoran data pribadi semakin sering terjadi dan menjadi perhatian utama di semua sektor.
Baca SelengkapnyaDunia digital yang semakin terkoneksi telah membuka pintu bagi kejahatan siber yang berkembang pesat.
Baca SelengkapnyaBSSN mencatat, dari 160 juta anomali malware, sebanyak 966.533 terindikasi ransomware menyerang sektor keuangan.
Baca Selengkapnya