Terdampak Pandemi, SMF Minta Izin Sri Mulyani Revisi Target Kinerja
Merdeka.com - PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF menyatakan, pandemi virus corona (Covid-19) telah berdampak besar terhadap kegiatan bisnisnya dalam penyediaan pembiayaan perumahan. Oleh karenanya, BUMN tersebut bakal meminta izin kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk merevisi target kinerjanya di 2020 ini.
Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo memaparkan beberapa target perseroan yang hendak direvisi. Seperti target penyaluran pinjaman yang baru mencapai 33,24 persen (Rp 4,2 triliun dari target Rp 13 triliun) pada semester I 2020. Kemudian penerbitan surat utang yang pada paruh pertama tahun ini mencapai 54,13 persen, atau Rp 5,1 triliun dari target original Rp 9,5 triliun.
"Target-target ini akan kami revise karena terdampak Covid-19, karena sampai akhir tahun dampak dari covid ini pasti ada. Dan itu berapa signifikannya akan ter-impact dalam revise budget kami yang sampai saat ini sedang proses finalisasi, dan nantinya juga harus di-approve oleh pemegang saham kami, yaitu Kementerian Keuangan," ujarnya dalam sesi teleconference, Senin (27/7).
-
Bagaimana BRI mengelola resiko di tengah pemulihan? Kendati demikian untuk memperkuat kondisi yang semakin membaik, pihaknya menerapkan strategi konservatif dengan mengalokasikan dana pencadangan yang lebih dari memadai sebagai salah satu mitigasi risiko.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Apa tugas Kementerian BUMN? Kementerian BUMN Bertugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang badan usaha milik negara
-
Bagaimana UMKM bisa bertahan di masa pandemi? Lewat jalur digital itu, IniTempe bertahan, bisa bertahan selama pandemi. Omzet bulanan Benny bahkan bisa mencapai puluhan juta dari dunia digital itu.
-
Di mana UMKM Bontang terdampak pandemi? Wabah Covid-19 pada awal tahun 2020 memberikan dampak besar terhadap sektor perkonomian Indonesia, termasuk pada UMKM Kota Bontang.
-
Siapa yang mengawasi kinerja BUMN setelah PMN? 'Komisi XI DPR RI akan meminta BPK RI melakukan Audit Kinerja LPEI dan bisnis model yang baru guna memastikan keberlanjutan kinerja LPEI,' ujarnya.
Ananta menyampaikan, total aset SMF sampai dengan Semester I 2020 sebesar Rp 29,32 triliun dari target Rp 34 triliun, atau naik 39,57 persen dari posisi yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 21 triliun. Adapun laba bersih di paruh pertama tahun ini mencapai Rp 242,53 miliar, naik 0,62 persen dibandingkan 2019 yang sebesar Rp 241,03 miliar.
"Kemudian liabilitas sudah mencapai kurang lebih 19,8 triliun dari target Rp 22,7 triliun. Total ekuitas sudah mencapai Rp 9,4 triliun dari target Rp 11,9 triliun. Sedangkan dari profit and loss, pendapatan sampai Juni adalah Rp 1,12 triliun. Target kami original Rp 2,3 triliun," jelasnya.
Pada Semester I, SMF juga telah merealisasikan penerbitan surat utang melalui Penawaran Umum Berkelanjutan V Tahap III Tahun 2020 dengan tingkat bunga tetap sebesar Rp 4,01 triliun. Obligasi ini merupakan bagian dari Obligasi Berkelanjutan V SMF dengan nilai total penerbitan mencapai Rp 19 triliun.
SMF sebelumnya sudah menerbitkan Obligasi Berkelanjutan V SMF Tahap I Tahun 2019 senilai Rp 2 triliun, Obligasi Berkelanjutan V SMF Tahap II Tahun 2019 Rp 2,202 triliun.
Sepanjang semester I tahun 2020 total obligasi yang diterbitkan yakni sebesar Rp 4,01 triliun. Hingga akhir Semester I Tahun 2020, SMF sudah menerbitkan 41 kali dengan total nilai penerbitan mencapai Rp38 triliun yang terdiri dari 30 kali penerbitan obligasi dengan nilai Rp 34 triliun, 10 penerbitan Medium Term Note (MTN) dengan nilai Rp 3,83 triliun, dan 1 kali penerbitan Surat Berharga Komersial (SBK) sebesar Rp 120 miliar.
Ananta meneruskan, di semester I 2020 SMF telah berhasil menyalurkan pinjaman kepada penyalur kredit pemilikan rumah (KPR) sebesar Rp 4,2 triliun, atau 32,23 persen dari target tahun 2020. Secara kumulatif total akumulasi dana yang dialirkan dari pasar modal ke sektor pembiayaan perumahan dari 2006 sampai dengan 30 Juni 2020 mencapai Rp 66,25 triliun.
"Terdiri daripada penyaluran pinjaman Rp 53,9 triliun, sekuritisasi Rp 12,15 triliun, dan pemulihan KPR Rp 106 miliar. Dana yang telah dialirkan tersebut telah membiayai lebih dari 1 juta debitur KPR, yang tediri dari 77 persen pembiayaan, 22,59 persen sekuritisasi dan 0,08 persen pembelian KPR," tutur Ananta.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Lonjakan inflasi yang dirasakan oleh sejumlah negara mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat, termasuk di Indonesia.
Baca SelengkapnyaWamen BUMN menyebut, dengan adanya kementerian ini pemerintah dan pengembang bisa lebih fokus membangun sektor hunian bagi masyarakat.
Baca SelengkapnyaRestrukturisasi anggaran itu menjadi pekerjaan rumah besar bagi K/L saat ini yang perlu diselesaikan dalam waktu singkat.
Baca SelengkapnyaSalah satunya dengan melakukan sinergi lintas kementerian/lembaga, termasuk dengan Bank Indonesia (BI) untuk insentif likuiditas.
Baca SelengkapnyaKepercayaan diri dalam mengelola pasar, tergantung dengan kepercayaan pasar.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani ungkap penyebab PMI manufaktur Indonesia turun drastis.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani bilang, kehilangan 10 persen PDB akan memberikan konsekuensi yang tidak hanya mempengaruhi ekonomi.
Baca SelengkapnyaSMF Tunggu Detail Janji Prabowo Bangun 3 Juta Rumah
Baca SelengkapnyaTren kenaikan harga minyak dunia timbulkan kekhawatiran bakal turut berdampak terhadap harga BBM di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaTransformasi ekonomi yang sedang diupayakan oleh BUMN perlu dilakukan dengan perencanaan matang.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengatakan bahwa pemerintah terus memberikan support terhadap pertumbuhan kredit perbankan dan investasi.
Baca Selengkapnya