Terdampak PKM, Supir Angkot di Semarang Nganggur Hingga Jual Perabotan

Merdeka.com - Pemerintah Kota Semarang telah menerapkan Pembatasan Kegiatan Masyarakat. Berbeda dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), akses keluar masuk kendaraan yang melewati Kota Semarang masih diperbolehkan begitu pula dengan akses para buruh pabrik yang tinggal di luar wilayah Kota Semarang.

Meski demikian, keputusan PKM ini telah membawa dampak bagi masyarakat, salah satunya supir angkutan umum (angkot) di Semarang yang mengalami penurunan pendapatan secara drastis karena berkurangnya jumlah penumpang. Mereka mengaku kini tengah kesulitan ekonomi, sebab bila memaksakan narik angkot jumlah penumpang yang ada tidak bisa untuk menutupi setoran.

"Sepi hampir setiap rute jalan nyaris tidak ada yang naik. Kalau pun ada cuma satu, dua penumpang itu kalau dilanjut sampai sore tidak nutup biaya operasionalnya. Parah pendapatan dibawah Rp50 ribu," kata Wahyudi, salah satu supir angkot saat ditemui di angkotnya, Minggu (3/5).

Dia menjelaskan, PKM telah berdampak pada penutupan rute jalur yang dilintasi angkutan umum. Bahkan, jasa carter angkot juga tidak bisa diandalkan. "Sudah sepi penumpang, jalur di tutup, ya sudah sekarang nganggur tidak ada pemasukan pendapatan," ujarnya.

Supir bus Pariwisata, Rafli mengatakan semenjak merebaknya corona sejak Maret 2020 sejumlah jadwal wisata di batalkan semua. Padahal, pada bulan Maret-Mei merupakan musim wisata di sejumlah wilayah di Jawa Tengah. Dia berharap, wabah ini segera selesai agar bisa menjalankan aktivitas seperti biasa untuk mencari nafkah.

"Gagal total semua gara-gara corona. Saya memahami karena ini musibah. Saya nganggur, padahal saya punya istri, dan tiga anak. Ya, kemarin dapat bantuan sembako lumayan. Tetap masih prihatin juga," kata Rafli.

Sementara itu, Ketua Organda Kota Semarang, Bambang Pranoto menyatakan, saat ini terdapat ratusan supir angkot, bus kota dan bus pariwisata yang kehilangan mata pencahariannya karena menganggur selama masa pandemi virus Corona. "Dari 7 ribu sopir angkot yang beroperasi di Semarang. Cuma ada 20 persen yang masih aktif kerja. Sekarang hampir 80 persen yang menganggur. Mereka tidak punya penghasilan lagi sejak Corona merebak di Semarang," kata Bambang.

Bahkan, sempat terdengar omongan dari beberapa supir angkot yang tidak ada penghasilan nekat menggadaikan barang berharganya untuk menyambung hidup. "Mau utang juga tidak mungkin, ya ada beberapa rekan supir angkot rela harus jual perabotan rumah tangga, cincin emas buat menyambung hidup. Ada barang yang laku dijual dulu untuk sementara waktu sambil nunggu situasinya pulih lagi," ujarnya.

Bambang berharap kepada pemerintah untuk segera menyalurkan bantuan untuk meringankan beban para sopir angkot. "Kita minta pemerintah beri bantuan kepada para sopir bisa berupa bantuan langsung tunai atau sembako. Biar mereka tetap bisa bertahan hidup," tandasnya.