Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Terhimpit serbuan tembakau China

Terhimpit serbuan tembakau China Pohon Tembakau. Ilustrasi shutterstock.com

Merdeka.com - Disadari betul, tingkat ketergantungan Indonesia akan produk impor sudah dalam tahap memprihatinkan. Kehidupan rakyat Indonesia seolah tak lepas dari produk impor. Hampir semua produk dan komoditas yang ada di Indonesia, mulai dari pangan, elektronik, mineral, dan lain sebagainya, terpaksa didatangkan dari negara lain. Termasuk tembakau.

Indonesia pernah mengalami era kejayaan tembakau di zaman penjajahan Belanda. Tembakau lokal berjaya hingga ke benua Eropa dan Amerika. Kualitasnya pun diakui nomor wahid, menjadi bahan untuk cerutu di seluruh dunia.

Era kejayaan itu perlahan memudar seiring bergeraknya waktu. Sebaliknya, kondisi saat ini justru Indonesia diserbu tembakau impor dari negara lain. Alasan yang sama digunakan untuk untuk membuka keran impor. Total kebutuhan tembakau tidak bisa dipenuhi hanya dari produksi dalam negeri.

Kebutuhan tembakau nasional mencapai 400.000 ton. Sementara produksi nasional hanya 140.000–150.000 ton per tahunnya. Dengan kata lain, tiap tahun Indonesia mengimpor 250.000 ton tembakau. Wasekjen Asosiasi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) Agung Suryanto yakin importasi tembakau tidak akan memukul petani dan industri tembakau lokal.

"Jadi sebetulnya malah tertolong dengan adanya impor," ujar Agung saat berbincang kepada merdeka.com, di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (27/3).

"Tidak (mematikan petani tembakau). Karena memang kebutuhan kita masih kurang. Produksi lokal belum cukup," tambahnya.

Bukan hanya kekurangan pasokan, ada beberapa jenis tembakau yang dibutuhkan industri ternyata tidak bisa dihasilkan petani lokal. Karena itu impor tembakau tidak terelakkan lagi.

China menjadi negara pengekspor tembakau terbesar ke Indonesia. Tembakau impor juga banyak didatangkan dari India serta Tanzania. Agung menjelaskan, tembakau asal China kini jadi primadona lantaran produktivitasnya cukup baik. Ini tidak lepas dari luasnya lahan tembakau di negeri tirai bambu.

Ketika impor tembakau tak menjadi soal, permasalahan yang kerap dihadapi industri tembakau nasional justru datang dari dalam negeri sendiri. Persoalannya pada tata niaga. "Padahal 92 persen di industri ini diserap oleh dalam negeri. Tapi karena tata niaga yang masih belum teratur jadinya harus impor," ungkapnya.

Agung menyebut salah satu permasalahan dalam tata niaga. Tidak adanya standar ongkos produksi menyulitkan untuk menentukan harga pokok tembakau. "Kalau harga pokok sudah ketemu maka akan diketahui marginnya," imbuhnya.

(mdk/noe)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Industri Tembakau Jadi Sumber Pekerjaan Jutaan Masyarakat, Libatkan Banyak Industri Turunan
Industri Tembakau Jadi Sumber Pekerjaan Jutaan Masyarakat, Libatkan Banyak Industri Turunan

Dalam penyesuaian ke depan, yang didasari oleh alasan kesehatan masyarakat, perlu dilakukan secara hati-hati dan kalkulatif untuk menciptakan keseimbangan.

Baca Selengkapnya
Data Kemenperin: Industri Hasil Tembakau Serap 5,9 Juta Tenaga Kerja, Setor Cukai Rp218 Triliun
Data Kemenperin: Industri Hasil Tembakau Serap 5,9 Juta Tenaga Kerja, Setor Cukai Rp218 Triliun

Peraturan PP 109/2012, serta dari kebijakan tarif Cukai Hasil tembakau (CHT) dalam konteks pengendalian, dinilai sudah cukup.

Baca Selengkapnya
Rokok Ilegal Merajalela, ini Dampaknya Pemerintah Diminta Bertindak
Rokok Ilegal Merajalela, ini Dampaknya Pemerintah Diminta Bertindak

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Indodata, peredaran rokok ilegal di Indonesia mencapai 46,95 persen pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya
Ternyata, Ini Tujuan Pegawai Bea Cukai Tindak Tegas Barang Impor Ilegal Masuk ke Dalam Negeri
Ternyata, Ini Tujuan Pegawai Bea Cukai Tindak Tegas Barang Impor Ilegal Masuk ke Dalam Negeri

Jika barang impor ilegal dibebaskan masuk ke dalam negeri akan menganggu perekonomian Indonesia.

Baca Selengkapnya
Ramai Kasus Korupsi Timah Harvey Moeis, Ini 4 Negara dengan Hasil Tambang Timah Terbesar di Dunia
Ramai Kasus Korupsi Timah Harvey Moeis, Ini 4 Negara dengan Hasil Tambang Timah Terbesar di Dunia

Empat negara dengan hasil tambang terbesar di dunia.

Baca Selengkapnya
Potensi Kerugian Negara Karena Aturan Rokok Polos Tanpa Merek
Potensi Kerugian Negara Karena Aturan Rokok Polos Tanpa Merek

Andry mengungkapkan, dari sisi penerimaan negara, ada potensi hilangnya Rp160,6 triliun.

Baca Selengkapnya
Regulasi Tembakau Makin Ketat, Jutaan Nasib Pekerja Terancam
Regulasi Tembakau Makin Ketat, Jutaan Nasib Pekerja Terancam

Tembakau sebagai ekosistem yang memiliki jutaan nasib.

Baca Selengkapnya
Lepas Ekspor Kacang Hijau 1.000 Ton ke China, Mentan SYL Buktikan Pertanian Indonesia Tangguh
Lepas Ekspor Kacang Hijau 1.000 Ton ke China, Mentan SYL Buktikan Pertanian Indonesia Tangguh

Kacang hijau merupakan omoditas tanaman pangan yang banyak dibutuhkan baik dalam negeri dan luar negeri.

Baca Selengkapnya
Curhat Ketua AMTI: Beban Cukai Saat Ini Sudah Sangat Berat, Jangan Naik Lagi di 2025
Curhat Ketua AMTI: Beban Cukai Saat Ini Sudah Sangat Berat, Jangan Naik Lagi di 2025

Rencana kenaikan tarif cukai rokok bakal menjadi beban tambahan Industri Hasil Tembakau.

Baca Selengkapnya
Diserang Produk Impor, Industri Manufaktur Butuh Aturan Perlindungan
Diserang Produk Impor, Industri Manufaktur Butuh Aturan Perlindungan

Industri petrokimia dalam negeri juga semakin diberatkan dengan pencabutan Larangan dan Pembatasan (Lartas) impor bahan baku plastik.

Baca Selengkapnya
Target Penerimaan Bea dan Cukai Provinsi Jatim Rp149,89 Triliun di Tahun 2023
Target Penerimaan Bea dan Cukai Provinsi Jatim Rp149,89 Triliun di Tahun 2023

Target penerimaan tersebut lebih tinggi dibandingkan target penerimaan di tahun 2022 sebesar Rp138,06 triliun.

Baca Selengkapnya
Aturan Pengetatan Produk Tembakau Bisa Buat Negara Rugi, Benarkah?
Aturan Pengetatan Produk Tembakau Bisa Buat Negara Rugi, Benarkah?

Pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan akibat konsumsi rokok secara langsung dan tidak langsung sebesar sebesar Rp34,1 triliun.

Baca Selengkapnya