Terungkap, Ini Penyebab Harga Beras di Indonesia Jadi Termahal di ASEAN
Merdeka.com - Bank Dunia menyebut harga beras yang menjadi makanan pokok di Indonesia sangat mahal. Bahkan harganya lebih tinggi dari negara-negara di ASEAN seperti Filipina, Vietnam, Kamboja, Myanmar dan Thailand.
Harga eceran beras Indonesia secara konsisten menjadi yang tertinggi di ASEAN selama satu dekade terakhir, 28 persen lebih tinggi dari harga di Filipina dan dua kali lipat harga di Vietnam, Kamboja, Myanmar dan Thailand.
Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Said Abdullah menyebut proses produksi beras di Indonesia sangat tidak efisien. Akhirnya, harga jual beras di dalam negeri pun semakin mahal.
-
Dimana harga beras juga naik? Kenaikan harga sembako juga terjadi di Pasar Belakang Kodim Brebes. Harga telur ayam dari Rp26.000 per kilogram menjadi Rp28.000 per kilogram. Begitu pula dengan harga beras medium yang naik Rp1.000 per kilogram.
-
Di mana harga beras naik selain di Jawa Tengah? Kenaikan harga beras juga terjadi di Boyolali.
-
Bagaimana harga beras di pasaran? Harga beras di pasaran masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
-
Kenapa harga beras naik di Jawa Tengah? Kenaikan ini dinilai signifikan dengan kondisi kemarau panjang yang sedang melanda berbagai daerah di Jawa Tengah.
-
Kenapa harga beras masih mahal? Berdasarkan data Bapanas per Selasa (19/3), harga beras premium berada di kisaran Rp16.490,- per Kg. Harga beras terpantau masih mahal.
-
Dimana harga bahan pangan naik? Tak hanya beras, harga sejumlah bahan pangan di Jakarta terpantau merangkak naik.
Dia menegaskan bahwa tak efisiennya proses produksi jadi salah satu penyebab naiknya harga beras. Meski, saat ini ada klaim kalau tingkat produksi dalam negeri mengalami peningkatan.
"Harga di dalam negeri lebih tinggi dibandingkan harga di luar, hal ini diduga karena proses budidaya atau produksi di kita tidak cukup efisien," ujarnya saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (21/12).
Said memberi contoh pada penggunaan pupuk. Petani biasanya menggunakan pupuk dengan komposisi yang cukup banyak. Bahkan, mengalami kenaikan penggunaan dari waktu ke waktu, yang pada akhirnya mempengaruhi besaran biaya yang dikeluarkan.
"Belum lagi soal tenaga kerja. Dari komponen produksi beras, yang paling banyak adalah biaya tenaga kerja, pupuk, pengolahan lahan dan pestisida," ujarnya.
Di samping itu, penggunaan pestisida dengan jumlah yang banyak juga ikut andil mempengaruhi harga. Dampaknya akan terasa di tingkat petani yang menjual gabah. "Walaupun biaya produksi ini tidak berkorelasi dengan harga jual gabah tapi tetap berpengaruh, ini di tingkat petani yang jual gabah," ungkapnya.
Proses Produksi
Said menyampaikan bahwa proses produksi di tahap penggilingan dan pengangkutan di pedagang juga ikut terpengaruh. Artinya, ada peningkatan harga pada tahap ini.
Kemudian, ditambah lagi niatan pedagang yang menaikkan harga demi bisa menyerap beras yang dihasilkan. "Dalam harga gabah, persaingan harga ditingkat lapangan sangat tinggi. Para pedagang bersaing harga dan kadang menaikkan harga gabah untuk dapat barang," tuturnya.
Pola panen beras di Indonesia juga turut menjadi sorotan Said Abdullah. Misalnya, dengan pola panen dua kali setahun, dan pada musim kedua produksi mengalami penurunan volume. Dengan begitu, ini turut mengerek harga menjadi lebih tinggi.
"Belum lagi soal biaya pungutan oleh oknum yang ada. Hal ini menyebabkan harga beras di dalam negeri cukup tinggi. Disparitas harga yang menggiurkan terutama bagi pemburu rente. Tak heran jika kemudian mereka berlomba dan mencari cara untuk impor," pungkasnya.
Reporter: Arief Rahman Hakim
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengutip Panel Harga Badan Pangan Nasional harga beras di Papua Tengah pernah mencapai Rp36.130 per kg di 10 Februari 2024.
Baca SelengkapnyaHarga beras terus mengalami kenaikan sejak tahun lalu. Impor beras menjadi solusi cepat yang dipilih pemerintah.
Baca SelengkapnyaDuduk perkara Bulog dan Bapanas dilaporkan ke KPK atas dugaan penggelembungan harga beras impor.
Baca SelengkapnyaKonsumsi beras Indonesia dalam Lima tahun terakhir mengalami tren yang meningkat.
Baca SelengkapnyaPlt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti mengungkap penyebab harga beras meroket.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data BPS, rata-rata kenaikan harga beras mendekati 20 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaTak heran, komoditas ini menjadi salah satu penyumbang inflasi di Indonesia tahun 2023.
Baca SelengkapnyaBPS mencatat harga beras saat ini menjadi yang paling mahal sejak tahun 2021.
Baca SelengkapnyaLonjakan inflasi juga terjadi pada harga gabah di tingkat petani sebesar 5,64 persen secara bulanan, dan 11,34 persen secara tahunan.
Baca SelengkapnyaPemicu masih mahalnya harga beras disebabkan oleh pola konsumsi beras dan masa tanam hingga panen.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga beras ini diperkirakan akan berdampak pada daya beli masyarakat, terutama di kalangan menengah ke bawah.
Baca SelengkapnyaKemendag menyebut bahwa jika harga beras murah maka akan berimbas pada petani.
Baca Selengkapnya