TGRA siapkan USD 1 miliar garap energi terbarukan di Timur Indonesia dan Australia
Merdeka.com - PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA) menargetkan dapat membangun pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) dengan kapasitas 500 megawatt (MW) hingga 2023 mendatang. Guna mewujudkan target ini, perusahaan membutuhkan belanja modal (capital expenditure/capex) hingga USD 1 miliar. Perusahaan memperkirakan pendanaan itu akan dipenuhi dalam bentuk pinjaman sebesar 70 persen dan sisanya atau 30 persen dari kas internal.
Managing Director TGRA, Lasman Citra mengatakan, perusahaan juga memiliki rencana right issue di tahun depan. Adapun sepanjang tahun ini perseroan telah menyerap Rp 28 miliar. Total yang dianggarkan oleh perusahaan adalah sekitar Rp 50 - Rp 60 miliar untuk equity.
"Karena kalau capex, kan pada saat pembangkit beroperasi," jelas Lasman di Jakarta, Selasa (14/8).
-
Siapa yang mengeluarkan dana Rp 30 miliar? Pengusaha asal Amerika Serikat, Bryan Johnson menghabiskan USD2 juta atau Rp30,9 miliar per tahun demi memuluskan blueprint yang dia sebut mengembalikan usia muda.
-
Siapa yang meminta anggaran Rp20 triliun? Jelang rapat, Menteri HAM Natalius Pigai sempat dicecar terkait permintaan anggaran Rp20 triliun.
-
Apa penyebab kerugian PT Timah di tahun 2023? Virsal mengatakan penyebab terbesar kerugian tersebut karena harga timah di pasar global tengah mengalami penurunan. Alhasil, pendapatan yang dicatatkan PT Timah Tbk ikut turun.
-
Apa capaian utama Pertamina Hulu Energi di tahun 2024? PHE mencatatkan produksi minyak sebesar 548 ribu barel per hari (MBOPD) & produksi gas 2,86 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) sehingga produksi migas sebesar 1,04 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD) hingga trimester 1 tahun 2024 yang merupakan konsolidasi dari seluruh anak usaha PHE.
-
Bagaimana PT Timah mengalami kerugian? 'Penurunan produksi, harga jual menurun itu karena di pasar dunia itu oversupply,' sambung Virsal. Virsal mencatat ada sejumlah negara yang produksinya mengalami peningkatan. Salah satu yang disebut Malaysia karena produksinya mampu bertambah sepanjang 2023 lalu.
-
Apa target Pertamina dalam transisi energi? 'Kita dapat meningkatkan program bioenergi, biodiesel, biogasoil, bahan bakar penerbangan berkelanjutan dengan Sustainable Aviation Fuel (SAF), dan juga penyeimbangan karbon seperti solusi berbasis alami dan CCUS (carbon capture, utilisation, and storage),' tambahnya.
Dalam beberapa tahun ke depan, TGRA akan fokus ke investasi sehingga diharapkan akan mendapat hasil maksimal ketika pembangkit telah mulai beroperasi. Ibaratnya ladang, masa panen tak akan kunjung datang tanpa menanam.
Sejauh ini, Terregra masih bertumpu dari modal sendiri termasuk dana dari hasil initial public offering (IPO) yang digelar pada Mei 2017 lalu. Saat IPO, emiten bersandi saham TGRA di Bursa Efek Indonesia tersebut meraih dana segar Rp 110 miliar atas penjualan 20 persen saham. Adapun kebutuhan dana menurutnya akan dipenuhi secara bertahap karena menggunakan skema turnkey lumpsum, artinya ketika proyek sudah COD baru dilakukan pembayaran pada kontraktor. Ini berarti TGRA tidak bisa lagi mengandalkan full equity.
Meski begitu kata Lasman pihaknya tetap harus meningkatkan ekuitas karena pembiayaan eksternal biasanya menggunakan skema 30:70, artinya 30 persen kebutuhan investasi harus dari kocek sendiri. Karena itu, selain pinjaman pihak ketiga, TGRA juga membidik dana lewat aksi korporasi, termasuk right issue. Ada juga opsi menerbitkan medium term notes.
"Untuk memenuhi kebutuhan investasi USD 1 miliar, kami butuh tambahan ekuitas sebesar USD 200 juta - USD 300 juta," kata Lasman.
Sementara untuk kebutuhan investasi tahun ini, TGRA sudah mendapatkan persetujuan pemegang saham mencari pendanaan eksternal hingga Rp 500 miliar. TGRA sendiri sudah melakukan pembicaraan dengan SMI dan sejumlah bank asing yang concern terhadap pengembangan renewable energy.
Khusus bisnis solar power sendiri, dijelaskan Lasman, TGRA fokus di wilayah Indonesia Timur dalam bentuk proyek rooftop. Skema bisnis ini business to business, di mana perangkat dipasang langsung ke user seperti hotel, vila maupun perkantoran. Tarif yang dibebankan tergantung jumlah pemakaian user. Bisnis rooftop TGRA dioperasikan oleh anak usaha bernama PT Ananta Surya Kencana (ASK).
Hingga akhir 2018 menurut Lasman ASK akan memasang rooftop dengan kapasitas 2-3 MW. Sementara sekitar 15 lokasi sedang dalam tahap negoisasi pemasangan rooftop. Semuanya fokus di Indonesia Timur karena pertimbangan tingkat radiasi matahari yang berbeda hingga 30% dibanding Bagian Barat Indonesia.
Pengembangan EBT dari sumber daya solar power bahkan dilakukan Terregra hingga Australia Selatan. Ada lima proyek PLTS yang dikembangkan dengan kapasitas masing-masing 5 MW. Untuk setiap proyek, TGRA menggelontorkan investasi sebesar 1,7 juta dolar Australia dan masuk tahap development approval.
Lasman mengatakan izin pengembangan PLTS di Australia relatif tak rumit karena hanya butuh dua izin, sementara proses konstruksi engineeringnya hanya butuh waktu sekitar 6 bulan, kondisinya berbeda dengan di Indonesia yang butuh hingga 30 perizinan.
Meski semua proyek masih dalam tahap investasi, TGRA berharap pemodal tak galau sebab untuk revenue di tahun 2018, masih akan dikontribusi dari bisnis legacy yakni penjualan barang dan jasa pembangkit listrik.
Karena itu Lasman meyakini hingga akhir 2018 angka penjualan TGRA akan tumbuh sebesar 150 persen - 200 persen. Target itu menurutnya merupakan lanjutan dari capaian kinerja 2017 di mana pendapatan perseroan tercatat melonjak 243,79 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp 37,92 miliar. Sementara laba bersih sejumlah Rp 857,94 juta atau 452,26 persen (yoy) pada 2017.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pembahasan mengenai hal ini diangkat dalam sesi pleno bertajuk 'Green Industry: Transitioning the Power Sector to Zero Emissions'.
Baca SelengkapnyaPemerintah Indonesia terus menciptakan berbagai instrumen keuangan untuk mendukung transisi energi.
Baca SelengkapnyaSumber energi terbarukan di Indonesia yang potensi ketersediaannya mencukupi dan melimpah untuk dijadikan sumber listrik .
Baca SelengkapnyaIndonesia memiliki potensi penyimpanan emisi karbon hingga 600 giga ton melalui Carbon Capture and Storage (CCS).
Baca SelengkapnyaPermintaan baja global diperkirakan meningkat 30 persen pada tahun 2050.
Baca SelengkapnyaPerusahaan tengah mengeksplorasi potensi penyimpanan CO2 di reservoir yang dioperasikan di lepas pantai antara Singapura dan Malaysia.
Baca SelengkapnyaWaktu bersamaan, pendapatan perseroan melonjak 67 persen secara tahunan atau year on year (yoy), mencapai USD 123,5 juta.
Baca SelengkapnyaSKK Migas menargetkan lifting minyak hingga 1 juta barel per hari hingga 2030.
Baca SelengkapnyaGRP menargetkan kapasitas PLTS Atap terpasang sebesar 33 MWp, yang direncanakan selesai pada tahun 2025.
Baca SelengkapnyaPeningkatan produksi migas di Indonesia masih membutuhkan investasi.
Baca SelengkapnyaRosan menjelaskan Sembcorp berminat akan membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atau solar cell.
Baca SelengkapnyaHal ini dilakukan sebagai upaya mengantisipasi dampak perubahan iklim.
Baca Selengkapnya