Tiga Alasan Milenial Cuma Mimpi Bisa Punya Rumah
Merdeka.com - Mempunyai rumah pribadi merupakan harapan setiap orang. Rumah dengan ukuran kecil dirasa lebih nyaman dibandingkan rumah sewaan atau kos-kosan.
Tak hanya para orang tua, para generasi milenial juga memiliki cita-cita untuk memiliki rumah pribadi. Di usia yang produktif, seharusnya generasi milenial dapat membeli apa saja yang mereka idamkan.
Namun, kenyataannya harga properti semakin melambung tinggi dari hari ke hari, hingga mimpi untuk memiliki rumah bagi generasi milenial hanya menggantung di langit.
-
Apa yang diinginkan generasi milenial dalam rumah? Menurutnya, untuk rumah tapak, banyak anak muda yang ingin rumah di cluster, modern tapi minimalis, lingkungannya kecil tapi homey.
-
Kenapa generasi milenial ingin rumah sendiri? Tips Punya Rumah Estetik dan Ramah Kantong untuk Anak Muda Saat ini, banyak anak muda yang memiliki keinginan memiliki rumah sendiri. Seiring dengan perubahan zaman, gaya desain rumah yang diminati masyarakat pun berubah.
-
Siapa yang punya tips untuk rumah generasi milenial? Agustinus Michel, seorang TikToker dengan akun @paksugus mengatakan, sebagai generasi muda dirinya sangat memimpikan hunian idaman bagi keluarga kecilnya.
-
Bagaimana milenial dapat mencapai kebahagiaan finansial? Lebih dari enam dari 10 responden dalam survei tersebut mengatakan bahwa mendapatkan nasihat keuangan yang baik sangatlah penting untuk mencapai kebahagiaan finansial.
-
Apa yang orangtua milenial prioritaskan? Memberikan yang Terbaik untuk Masa Depan Anak Gerson menyoroti bahwa orang tua saat ini tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk masa depan anak-anak mereka, meskipun di tengah ketidakpastian ekonomi baru.
-
Kenapa KPR BRI cocok untuk milenial dan Gen Z? Untuk mewujudkan hunian impian para milenial dan Gen Z yang ingin memiliki hunian impian, BRI hadir dengan menawarkan suku bunga kompetitif dan syarat pengajuan yang mudah gak pake ribet sehingga cocok bagi milenial dan Gen Z yang suka sesuatu yang praktis dan bebas ribet terutama dalam mewujudkan hunian pertamanya.
Menghadapi kenyataan harga properti yang semakin meningkat, ironisnya masih banyak anak muda yang terlena memboroskan uangnya untuk hal-hal yang tak begitu penting. Padahal dengan nominal yang dikeluarkan tiap minggu untuk membeli barang atau eksistensi, jumlahnya bisa untuk mencicil biaya KPR bulanan.
Tentu hal ini jadi dilema. Jika tidak berhati-hati mengatur keuangan, bisa-bisa sampai tua kita hidup bagaikan kelomang yang berpindah-pindah tempat tinggal karena tak memiliki rumah sendiri.
Tidak ingin mengalami hal itu bukan? Yuk pintar-pintar menahan diri untuk hal-hal berikut ini, supaya uangnya bisa ditabung untuk beli rumah.
Nongkrong Fancy di Coffeeshop atau Cafe Terkini
Coba hitung, dalam sebulan, berapa rupiah yang kamu keluarkan untuk nongkrong di coffeeshop atau cafe kekinian? Meski sekali pengeluaran hanya Rp 15 ribu sampai Rp 25 ribu saja, kalau dikumpulkan lumayan juga nominalnya. Apalagi jika ditambah dengan beli-beli makanan atau snack.
Bisa-bisa sekali nongkrong Rp 100 ribu melayang. Kalikan saja pengeluaran tiap minggu selama setahun, dan jangan terkejut melihat jumlahnya yang setara dengan cicilan KPR selama beberapa bulan.
Kalap Belanja Fesyen
Godaan beli baju, tas, sepatu dan pernak-pernik fashion memang sulit dihindari. Bukan hanya perempuan lho yang harus berjibaku dengan batin saat dihadapkan dengan koleks-koleksi terbaru diskon-diskon yang betebaran di mal atau e-commerce. Saat ini, kaum adam pun mulai bergeser menyukai belanja barang fashion agar terlihat lebih gaya di depan kamera.
Kekalapan saat belanja barang fashion seringkali berakhir dengan tergeletak begitu saja di sudut lemari dan – tentu saja – penyesalan karena uang yang terbuang sia-sia pada akhirnya. Untuk menghindarinya, kamu bisa menerapkan prinsip capsule wardrobe.
Capsule wardrobe merupakan metode penyederhanaan isi lemari dengan cara membeli produk fesyen dasar yang berkualitas, dengan warna-warna basic yang mudah dipadu-padankan satu sama lain. Dengan metode ini, kita tidak perlu sering-sering membeli pakaian sehingga lebih hemat.
Traveling Demi Meningkatkan Eksistensi
Kini makna 'traveling' bergeser seiring dengan keberadaan media sosial. Tak bisa dipungkiri, sebagian orang rela mengeluarkan biaya tinggi demi mengabadikan foto bepergian dari satu tempat ke tempat lain. Di lokasi tujuan, lebih memilih berfoto-foto demi konten sosial media ketimbang mendapatkan pengalaman, menikmati alam atau mempelajari sejarahnya.
Sebetulnya sah-sah saja tiap orang punya tujuan bepergiannya masing-masing. Namun yang bikin terasa miris di hati adalah jika sang traveler ini memaksakan diri. Menguras tabungan bahkan ada yang demi traveling ke luar negeri, rela berhutang sampai melakukan penipuan.
Padahal jika mampu mengatur skala prioritas, membeli rumah sendiri yang bakal ditempati dalam jangka waktu yang lama, lebih bermanfaat ketimbang menguras tabungan untuk traveling demi eksistensi yang excitement-nya hanya bertahan paling lama seminggu saja, atau sekedar membuang uang untuk ngopi cantik dan belanja barang fashion yang hanya bertahan seminggu.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tidak semua generasi milenial berada dalam keadaan yang lebih buruk dibandingkan generasi boomer.
Baca SelengkapnyaGenerasi muda usia 18-34 tahun banyak mencari informasi terkait properti di kawasan dekat IKN.
Baca SelengkapnyaAgung Podomoro membangun Kota Podomoro Tenjo untuk menjawab tingginya permintaan konsumen terhadap hunian.
Baca SelengkapnyaBanyak yang percaya uang tidak bisa membeli kebahagiaan, tapi tidak dengan milenial dan Gen Z.
Baca SelengkapnyaSaat ini, banyak anak muda yang memiliki keinginan memiliki rumah sendiri. Seiring dengan perubahan zaman, desain rumah yang diminati masyarakat pun berubah.
Baca SelengkapnyaSebelum menjadi orangtua, milenial perlu mempelajari berbagai hal dalam membesarkan anak.
Baca SelengkapnyaAntusiasme itu tidak hilang bahkan ketika orang mencapai tingkat kekayaan yang sangat tinggi.
Baca SelengkapnyaSektor perumahan menjadi salah satu sektor yang memiliki kontribusi yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dan menggunakan banyak produk lokal.
Baca Selengkapnyaskema ini diharapkan menjadi solusi bagi generasi milenial dan Z memiliki hunian.
Baca SelengkapnyaHal ini menegaskan peran penting generasi muda dalam menggerakkan pasar properti, terutama di tengah dinamika seperti pergeseran minat ke wilayah berkembang.
Baca SelengkapnyaSebelum membuat pilihan untuk menyewa atau membeli, pelajari semua faktor yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu.
Baca SelengkapnyaPeluang untuk terjun ke sektor bisnis properti sangatlah menjanjikan. Ini karena backlog perumahan di Indonesia masih sangat tinggi.
Baca Selengkapnya