Tiga alasan orang masih belanja di toko konvensional versi Mastercard
Merdeka.com - Direktur Mastercard Indonesia, Tommy Saragih mengatakan, pesatnya pertumbuhan belanja secara daring atau online tidak serta merta mematikan pusat-pusat belanja konvensional.
Dia bahkan mengatakan masih banyak konsumen yang memilih untuk berbelanja secara langsung di outlet-outlet langganan untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik.
Berdasarkan studi bertajuk 'Mastercard Omnishoper (The Retail CMO's Guide to the Omnishopper), ditemukan tiga alasan mendasar yang mendorong pelanggan berbelanja secara langsung di outlet yang sama.
-
Dimana penjual mencatatkan peningkatan penjualan yang signifikan? Hal ini berdampak langsung pada lonjakan pesanan, dimana banyak penjual mencatatkan peningkatan penjualan yang signifikan berkat visibilitas yang lebih tinggi akan produk brand lokal dan UMKM di sepanjang kampanye.
-
Dimana reseller menjual produknya? Pekerjaan ini bisa dihandle dari rumah, hanya dengan memasarkan dan menjualkan produk melalui media sosial, seperti TikTok, Instagram, dan lain sebagainya.
-
Apa manfaat yang didapat pelanggan dari kemitraan ini? Kolaborasi ini bertujuan untuk menyediakan solusi HR end-to-end kepada bisnis dengan proses HR yang kompleks di seluruh Indonesia. Selain itu, pelanggan akan mendapatkan manfaat dari AI bawaan untuk mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik, merampingkan tugas-tugas administratif, dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas HR secara keseluruhan.
-
Di mana Tokopedia catat tren penjualan meningkat? Selain itu, terlihat ada pertumbuhan belanja online dari luar provinsi di Jawa.
-
Kenapa orang suka berbelanja? Membeli barang bisa menyenangkan, dan membantu kita terhubung dengan orang lain. Seiring waktu, Anda mungkin mengembangkan rasa bangga atau status dalam membeli barang yang sepenuhnya terkait dengan kebutuhan psikologis kita untuk diterima oleh kelompok sebaya,' kata Klontz.
-
Bagaimana program afiliasi membantu meningkatkan penjualan? “Sebagai dampaknya pun, tidak hanya membantu para pelaku bisnis meningkatkan penjualan dan jangkauan pasar yang lebih luas, tapi juga turut melahirkan tren dan profesi - profesi baru yang memonetisasi digital.
Studi tersebut mengungkapkan 44 persen pelanggan kembali berbelanja di tempat yang sama karena nilai tambah yang diperoleh dari hasil belanja mereka.
"Disusul oleh pengalaman berbelanja yang berbeda sebesar 36 persen, serta kenyamanan yang ditawarkan oleh sebuah merchant atau outlet 34 persen," ungkapnya di Grand Indonesia East Mall, Jakarta Pusat, Selasa (3/10).
Karena itu, menurut dia, dengan temuan ini setiap tempat perbelanjaan ditantang untuk selalu memberikan pelayanan terbaik, serta memberikan sentuhan personal pada setiap pelanggannya termasuk Central Department Store maupun Mastercard.
"Kami yakin beragam promosi dan kejutan eksklusif yang dihadirkan dari kemitraan ini akan disambut baik oleh para pelanggan, di mana mereka akan dapat menikmati pengalaman belanja yang lebih mudah dan nyaman," pungkasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masih banyak masyarakat yang lebih senang belanja offline dibanding belanja online.
Baca SelengkapnyaAda perilaku yang teramati konsumen belanja online terutama saat ada mega sale. Berikut adalah pola perilaku konsumen.
Baca SelengkapnyaRiset itu menunjukkan bahwa belanja offline tetap menjadi pilihan yang melengkapi pengalaman belanja konsumen dan bahkan terus bertumbuh setelah pandemi.
Baca SelengkapnyaInisiatif ini bertujuan untuk membantu pelaku usaha memperluas dan meningkatkan bisnisnya serta memberikan pengalaman belanja daring.
Baca SelengkapnyaKemudahan transaksi digital juga mempengaruhi kebiasaan belanja generasi Z ini.
Baca SelengkapnyaPelaku usaha diharapkan beradaptasi dengan perubahan pola konsumsi masyarakat.
Baca SelengkapnyaBelum setahun merger, Tokopedia dan TikTok banjir jutaan pesanan dari pelanggan.
Baca SelengkapnyaHasilnya ditemukan bahwa Shopee (62 persen) menjadi pilihan pertama yang direkomendasikan konsumen kepada kerabat, diikuti Tokopedia (46 persen) dan lainnya.
Baca Selengkapnya