Tingginya penggunaan produk plastik dorong permintaan minyak dunia
Merdeka.com - Badan Energi Internasional (IEA) memprediksi permintaan minyak dunia terus meningkat hingga 2050 berkat tingginya kebutuhan produk-produk plastik dan petrokimia lainnya. Hal ini menjadi penyeimbang seiring turunnya permintaan minyak dari industri otomotif.
Meskipun pemerintah negara-negara dunia berupaya mengurangi polusi dan emisi karbon dari minyak dan gas, lembaga yang berbasis di Wina itu memperkirakan pertumbuhan yang cepat dari negara-negara berkembang, seperti India dan China, akan mendorong permintaan produk-produk petrokimia.
Petrokimia yang berasal dari bahan baku minyak dan gas untuk produk-produk yang berkisar mulai dari botol plastik dan produk kecantikan hingga pupuk dan bahan peledak. Permintaan minyak untuk transportasi diperkirakan akan melambat pada 2050 karena munculnya kendaraan listrik dan pembakaran mesin yang lebih efisien, tetapi itu akan diimbangi oleh meningkatnya permintaan untuk petrokimia.
-
Apa yang dilakukan Pertamina untuk atasi dampak ekonomi global? Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan Pertamina secara intens terus memantau perkembangan terkini dan dampak memanasnya geopolitik terhadap rantai pasok energi global. Nicke menyebut fluktuasi minyak dunia akan kian dinamis pasca meningkatnya ketegangan yang terjadi di timur tengah.'Kita akan terus meningkatkan upaya mitigasi risiko untuk mengurangi potensi dampak dari dinamika situasi ekonomi dan geopolitik, termasuk pegendalian biaya, pemilihan komposisi crude yang optimal, pengelolaan inventory yang efektif, peningkatan produksi high-yield products dan efisiensi di semua lini operasional,' ujar Nicke.
-
Bagaimana Pertamina menurunkan emisi karbon? Langkah tersebut menurut Nicke, sudah sesuai dari aspek lingkungan karena dapat menurunkan karbon emisi dan juga dapat menurunkan impor gasoline.
-
Pertamina tekan emisi dengan cara apa? Upaya yang dilakukan untuk pencegahan efek rumah kaca atau GHG antara lain; pemanfaatan biofuel untuk kapal-kapal PIS di mana 50% kapal yang dioperasikan sudah memanfaatkan Bio Fuel, pengoperasian kapal-kapal berteknologi dual fuel seperti Very Large Gas Carrier (VLGC) yang lebih ramah lingkungan, instalasi peralatan energy saving device di kapal-kapal, pemasangan solar panel, efisiensi operasional, serta upaya lainnya yang sesuai dan memenuhi sertifikasi Energy Efficiency Existing Ship Index (EEXI) dan Carbon Intensity Indicator (CII).
-
Bagaimana Pertamina Hulu Energi meningkatkan produksi minyak? Perlu dilakukan upaya-upaya khusus untuk peningkatan produksi minyak dengan berbagai macam recovery plan yang sudah disiapkan serta inisiatif baru.
-
Bagaimana Pertamina mendorong pertumbuhan ekonomi? 'Karena inilah kekuatan Indonesia,'ujar Nicke.
-
Bagaimana Pertamina mengurangi emisi gas rumah kaca? Inovasi dan program transisi energi tersebut membawa Pertamina berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca 31 persen sejak tahun 2010 hingga 2022.
"Sektor petrokimia adalah salah satu titik buta debat energi global dan tidak ada pertanyaan bahwa itu akan menjadi pendorong utama pertumbuhan permintaan minyak selama bertahun-tahun yang akan datang," Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol mengatakan pada Reuters seperti dikutip dari Antara, Sabtu (6/10).
Sumbangan Petrokimia diperkirakan mencapai lebih dari sepertiga pertumbuhan permintaan minyak global pada 2030 dan hampir setengah dari pertumbuhan permintaan pada 2050, menurut pemantau energi dunia tersebut.
Permintaan global untuk bahan baku petrokimia menyumbang 12 juta barel per hari (bph), atau sekitar 12 persen dari total permintaan minyak pada 2017. Angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat menjadi hampir 18 juta bph pada 2050.
Sebagian besar pertumbuhan permintaan akan berlangsung di Timur Tengah dan China, di mana pabrik-pabrik petrokimia besar sedang dibangun. Perusahaan-perusahaan minyak seperti Exxon Mobil dan Royal Dutch Shell berencana untuk berinvestasi di pabrik-pabrik petrokimia baru dalam dekade mendatang, bertaruh pada meningkatnya permintaan untuk plastik.
Penggunaan plastik telah mendapat sorotan yang meningkat karena produksi limbahnya mengalir ke lautan, di mana itu membahayakan kehidupan laut, mendorong beberapa negara melarang, sebagian melarang atau mengenakan pajak penggunaan kantong plastik sekali pakai.
Tetapi laporan IEA mengatakan upaya pemerintah untuk mendorong daur ulang guna mengekang emisi karbon hanya akan memiliki dampak kecil pada pertumbuhan petrokimia. "Meskipun peningkatan besar dalam daur ulang dan upaya untuk mengekang penggunaan plastik sekali pakai, terutama yang dipimpin oleh Eropa, Jepang dan Korea, upaya ini akan jauh lebih berat dibandingkan dengan peningkatan tajam dalam konsumsi plastik di negara-negara berkembang," IEA mengatakan.
Di bawah skenario IEA paling agresif, daur ulang bisa mencapai sekitar lima persen dari permintaan bahan kimia bernilai tinggi.
Pabrik-pabrik petrokimia terutama berjalan pada produk-produk minyak ringan seperti nafta dan liquefied petroleum gas (LPG). Tapi gas alamnya menjadi bahan baku yang semakin disukai, terutama di Amerika Serikat di mana produksi gas serpih telah meningkat.
Laporan itu mengatakan proyek-proyek petrokimia akan mencapai 7 persen dari sekitar 850 miliar meter kubik (bcm) dalam peningkatan permintaan gas antara 2017 dan 2030, dan 4 persen dari peningkatan yang diproyeksikan untuk 2050.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Industri petrokimia dalam negeri juga semakin diberatkan dengan pencabutan Larangan dan Pembatasan (Lartas) impor bahan baku plastik.
Baca SelengkapnyaTransisi energi menuju energi batu terbarukan bakal berdampak pada konsumsi energi fosil yang dinilai tidak ramah lingkungan.
Baca SelengkapnyaIndustri kendaraan listrik di Tiongkok berkembang dengan sangat pesat
Baca SelengkapnyaTerkini, brent telah diperdagangkan pada kisaran USD95 per barel.
Baca SelengkapnyaAlokasi APBN untuk subsidi BBM memang sangat memberatkan jika harga minyak dunia tembus di kisaran USD 90 per barel.
Baca SelengkapnyaArifin tak menapikkan jika kenaikan harga minyak mentah dunia bakal semakin membebani pemerintah memberikan subsidi untuk sejumlah produk BBM.
Baca SelengkapnyaPermintaan nikel diprediksi akan terus meningkat seiring dengan tren kendaraan listrik.
Baca SelengkapnyaDana segar tersebut akan disalurkan untuk 6 proyek yang akan digarap di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaMengutip Reuters, Brent berjangka untuk pengiriman November pada Jumat ini, berada di posisi USD 95,38 per barel.
Baca SelengkapnyaAnak Buah Sri Mulyani tersebut meyakini kenaikan harga minyak mentah dunia bersifat sementara.
Baca SelengkapnyaPeremajaan alat pabrik jadi salah satu hal penting untuk meminimalisir risiko. Menurutnya, kondisi peralatan pabrik terus menurun seiring waktu dan penggunaan.
Baca SelengkapnyaPHE siap mendukung pemerintah untuk mencapai target produksi minyak nasional tahun 2030 sebesar 1 juta Barel per hari.
Baca Selengkapnya