Tingkatkan Keselamatan Pelayaran, Kemenhub Optimalisasi Marine Electronic Highway
Merdeka.com - Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk terus mengoptimalkan pemanfaatan Marine Electronic Highway (MEH) untuk meningkatkan keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan maritim di Selat Malaka dan Selat Singapura.
Marine Electronic Highway (MEH) Demonstration Project adalah project yang dilaksanakan atas kerja sama antara 3 Negara Pantai di Selat Malaka dan Selat Singapura (Indonesia, Malaysia, Singapura) dengan World Bank, International Maritime Organization (IMO), International Hydrographic Organization (IHO), the International Association of Independent Tanker Owners (INTERTANKO) dan the International Chamber of Shipping (ICS).
"Pemanfaatan MEH dilakukan melalui penyediaan data arus, pasang surut dan angin (current, tide and wind data)," kata Direktur Kenavigasian, Basar Antonius yang mewakili Dirjen Perhubungan Laut dalam pertemuan Marine Electronic Highway (MEH) Working Group Intersessional Meeting di Hotel Aston Batam, Kamis (22/8).
-
Bagaimana cara Kementerian ATR membantu orang di pesisir? “Kadaster kelautan mendukung proses legalisasi aset permukiman di atas air, dengan prosedur di antaranya pengamatan pasang surut, pengukuran batas objek ruang perairan dan detail situasi, serta pengukuran kedalaman air,“ terangnya.
-
Apa yang diusahakan Kementerian ATR untuk orang di pesisir? “Orang-orang yang tinggal di pesisir memiliki hak yang sama untuk negara hadir memberikan kepastian hukum terhadap aset yang mereka miliki,“ tegas Raja Juli Antoni.
-
Bagaimana cara mendeteksi Arus Balik di Pantai Sepanjang? Tim dari UGM menggunakan cairan berwarna hijau di sisi timur dan barat Pantai Sepanjang. Setelah cairan dilemparkan ke tepi pantai maka akan tertarik oleh arus laut. Pada titik itu diketahui ada dua lokasi arus balik.
-
Kenapa Kementerian ATR membantu orang di pesisir? Indonesia memiliki wilayah laut dan pesisir yang luas dengan potensi sumber daya alam sangat besar. Namun demikian, masyarakat pesisir belum mampu terlepas dari keterbelakangan ekonomi, sehingga membutuhkan kehadiran negara dalam hal ini berupa legalisasi aset.
-
Bagaimana BMKG memetakan area gelombang tinggi? BMKG juga telah memetakan sejumlah area yang dianggap rawan gelombang tinggi di kawasan tersebut. Area yang berpotensi rawan gelombang tinggi Menurut Tatang, daerah tersebut berada di sisi barat, mulai dari Pantai Anyer, Carita, Labuan, Panimbang, Cikeusik, Sumur, dan Ujung Kulon.
-
Bagaimana BPBD DKI Jakarta memperoleh informasi potensi cuaca ekstrem? BPBD DKI Jakarta menjelaskan, potensi cuaca ekstrem tersebut berdasarkan hasil pengamatan Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Adapun MEH Data Centre berlokasi di Batam, sedangkan data-data berasal dari sensor station yang tersebar di 3 Negara Pantai di Selat Malaka dan Selat Singapura. MEH Data Centre tersebut telah diresmikan secara resmi oleh Sekretaris Jenderal International Maritime Organization (IMO) pada tahun 2012.
Dalam forum TTEG telah dibentuk permanent MEH working Group untuk membahas lebih lanjut implementasi MEH di ketiga Negara Pantai di Selat Malaka dan Selat Singapura, terutama terkait dengan teknis pengoperasian MEH Data Centre, Sensor Station, dan terkait dengan keberlangsungan pendanaan MEH.
"Untuk melakukan hal tersebut tentunya dibutuhkan kerja sama dan komitmen yang kuat antara tiga Negara Pantai, stakeholder, serta pengguna Selat Malaka dan Selat Singapura."
Basar mengungkapkan Indonesia akan menyampaikan langkah-langkah ke depan yang harus ditempuh sebagai upaya untuk menjaga keberlangsungan MEH Data Centre, antara lain melalui pelaksanaan studi yang komprehensif tentang operasional MEH.
"Studi ini nantinya dapat diusulkan pada pertemuan TTEG ke-44 bulan September mendatang dan dapat menjadi project baru di forum Cooperative Mechanism (CM)," ujarnya.
Sebagai informasi, pertemuan yang dihadiri oleh tiga negara pantai (Indonesia, Malaysia, Singapura) serta perwakilan dari Malacca Straits Council (MSC) ini merupakan tindak lanjut dari hasil pertemuan 43rd Tripartite Technical Expert Group (TTEG) Meeting dan 10th MEH Working Group Meeting yang dihelat di Singapura pada tahun 2018, di mana diputuskan bahwa perlu dilaksanakan pembahasan lebih lanjut dalam pertemuan intersessional.
Selain itu, pada pertemuan ini, dibahas pula rencana penyelenggaraan Joint Hydrographic Survey Tahap 2 di Selat Malaka dan Selat Singapura.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jalur laut yang strategis, sektor maritim menjadi salah satu sektor vital bagi perekonomian Indonesia.
Baca SelengkapnyaKepala BMKG Dwikorita Karnawati menilai saat ini kondisi bumi mengkhawatirkan dan tidak mudah diprediksi.
Baca SelengkapnyaTelkomsat Jalin Kerja Sama strategis dengan PT Bhinneka Nusantara Mandiri guna mewujudkan komitmen percepatan transformasi digital di sektor maritim.
Baca SelengkapnyaSalah satu realisasi pengadopsian AI dalam ekosistem PIS adalah melalui pengembangan Sistem Monitoring Sarana Tambat Pertamina (SIMONTANA).
Baca SelengkapnyaKeputusan ini diambil untuk memastikan keselamatan pengguna jasa transportasi laut.
Baca SelengkapnyaPerusahaan milik Elon Musk ini akan membantu kapal-kapal perikanan mengirimkan data tangkapan secara online melalui aplikasi E-PIT.
Baca SelengkapnyaLegalisasi aset merupakan hak bagi seluruh warga negara Indonesia.
Baca SelengkapnyaMenteri Budi Karya beberkan titik-titik krusial rawan macet total saat musim mudik lebaran.
Baca SelengkapnyaKehadiran layanan penyeberangan ini telah berhasil memangkas waktu perjalanan hingga 50 persen.
Baca SelengkapnyaMenteri Trenggono mengumumkan bahwa KKP akan membangun infrastruktur Ocean Big Data
Baca SelengkapnyaAturan baru ditetapkan pada 4 Juli 2023 lalu dan diberikan waktu 30 hari untuk penyesuaian tarif.
Baca SelengkapnyaHari Menara Suar adalah momen penting untuk menghargai dan mengingat salah satu alat navigasi maritim yang paling vital dalam sejarah pelayaran.
Baca Selengkapnya