Tips Belanja Barang Tak Direncanakan agar Tak Menyesal Setelah Membeli
Merdeka.com - Kebiasaan membeli sesuatu secara spontan dan tidak direncanakan memang bisa memberikan efek menyenangkan sekaligus memuaskan secara emosional. Namun, dorongan emosional itu bisa cepat berlalu, meninggalkan rasa penyesalan atas pembelian yang tidak dianggarkan sejak awal.
Jika Anda mengalami kesulitan mengendalikan pembelian impulsif, cobalah untuk mempertimbangkan penerapan aturan 1 persen dalam membelanjakan uang. Ini bertujuan untuk meminimalkan pembelian impulsif yang lebih besar yang mungkin sering disesali.
Aturan tersebut dipelopori oleh Glen James, pembawa acara podcast keuangan Australia bernama My Millennial Money. Cara kerjanya cukup sederhana, ketika sesuatu yang ingin dibeli telah melebihi 1 persen dari pendapatan kotor tahunan. Maka Anda harus menunggu satu hari sebelum membelinya.
-
Bagaimana cara menghindari impulsive buying? Salah satu cara menghindari perilaku impulsive buying ini adalah dengan memahami kembali mana keinginan (wants) dan kebutuhan (needs). Dengan begitu, Anda bisa menyusun menyusun skala prioritas sebelum melakukan pembelian barang.
-
Bagaimana cara mengatasi impulsive buying dengan budget? Untuk mengatur keuangan, perlu dipertimbangkan secara matang barang-barang yang ingin dibeli. Jika belum mengatur budget untuk pengeluaran tersebut, sebaiknya tahan dulu keinginan untuk membeli sesuatu.
-
Kenapa impulsive buying harus dihindari? Perilaku impulsive buying sudah seharusnya dihindari agar kondisi finansial bisa tetap terjaga dan stabil.
-
Bagaimana cara menghemat pengeluaran? Mengurangi biaya belanja bukan berarti mengurangi manfaat dari barang itu sendiri. Sebaliknya, dengan membeli barang dengan harga lebih tinggi, cenderung hemat. Sebab, produk dengan harga cukup tinggi memiliki usia pakai lebih panjang dibandingkan produk dengan harga murah. Akhirnya, Anda tidak perlu membeli produk yang serupa di setiap satu atau dua bulan sekali.
-
Kenapa impulsif membeli jadi berbahaya untuk keuangan? Perilaku ini membuat seseorang menjadi lebih boros karena membeli sesuatu hanya berdasarkan keinginan dan bukan atas dasar kebutuhan. Perilaku impulsive buying ini pun bisa berbahaya bagi kestabilan finansial.
-
Bagaimana cara mengendalikan impulsif? Dalam DBT, pasien diajarkan keterampilan untuk mengelola emosi dan berinteraksi dengan orang lain secara lebih efektif, sedangkan CBT berfokus pada perubahan pola pikir negatif yang dapat memicu perilaku impulsif.
Dia mencontohkan, jika Anda ingin membeli PS5 yang dijual seharga USD 800. Namun karena uang yang dihasilkan per tahun hanya sebesar USD 50.000. Artinya pembelian itu akan melebihi batas 1 persen dari USD 500. Oleh karena itu, Anda harus menunggu sehari sebelum melakukan pembelian barang itu.
Periode Jeda
Periode jeda selama 24 jam ini akan memberikan waktu untuk memikirkan kembali pembelian barang tersebut. Sebab, jika benar-benar menginginkannya, maka bukan masalah besar untuk meluangkan waktu satu hari dan memikirkan kembali apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan.
Dan jika batas 1 persen dirasa masih terlalu tinggi, Anda dapat menurunkannya hingga setengah persen atau seperempat persen saja.
Batas apapun yang dipilih bukan menjadi masalah selama konsep aturan tentang berapa banyak yang dapat dibelanjakan selalu diterapkan. Sebab, jika diterapkan dengan baik, aturan tersebut akan membantu menghindari pembelian impulsif dan menghemat hingga 1 persen dari penghasilan Anda.
Reporter Magang: Hana Tiara Hanifah (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Biar nggak terjebak impulsive buying, berikut ini beberapa tips yang bisa mulai kamu lakukan dari sekarang!
Baca SelengkapnyaImpulsif saat berbelanja sering dijadikan sebagai sarana untuk melepas penat ketika seseorang sedang mengalami stres.
Baca SelengkapnyaKehidupan modern sering kali memicu perilaku boros yang mengakibatkan dampak finansial yang merugikan.
Baca SelengkapnyaBeralihlah dari perilaku impulsive buying ke kegiatan investasi untuk mendapatkan kehidupan finansial yang lebih mapan.
Baca SelengkapnyaDibandingkan dengan logika, perilaku impulsive buying ini cenderung didorong oleh faktor emosi dan perasaan semata.
Baca SelengkapnyaJangan memberikan data pribadi berupa KTP/One Time Password (OTP) kepada pihak tidak dikenal atau waspada terjebak penipuan berkedok belanja COD.
Baca SelengkapnyaSering kali seseorang akan mengalami kekurangan uang menjelang tanggal tua.
Baca SelengkapnyaMenggunakan kartu kredit untuk memenuhi kebutuhan pokok bisa menjadi salah satu cara penghematan.
Baca SelengkapnyaDengan mengunakan prinsip 50,30,20 akan lebih mempermudah dalam membuat rencana keuangan.
Baca SelengkapnyaSelain PNS, pekerja sektor swasta juga akan memperoleh THR pada lebaran tahun ini.
Baca SelengkapnyaFrugal living tidak hanya sekadar mengurangi pengeluaran, tetapi juga mengoptimalkan setiap sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan keuangan.
Baca SelengkapnyaMau tahu caranya biar uang bisa tetap bertahan hingga waktu gajian berikutnya? Intip di sini yuk strateginya.
Baca Selengkapnya