Tips investasi di tengah pelemahan nilai tukar Rupiah
Merdeka.com - Head of Research PT Reliance Sekuritas Indonesia (RELI), Lanjar Nafi menilai, masih berlanjutnya tren pelemahan Rupiah dipicu adanya kekhawatiran investor asing mengenai defisit perdagangan Indonesia.
Selain itu, kondisi ini dibarengi pernyataan bangkrut dari negara berkembang yakni Argentina dan Turki. Akibatnya, investor asing lebih memilih melakukan aksi jual yang membuat permintaan Dolar di dalam negeri melonjak.
Pelemahan Rupiah memberi dampak langsung pada perusahaan dan pengusaha. Dampak negatif, terutama bagi usaha industri yang memiliki utang dalam bentuk USD dan bahan baku produksi impor.
-
Apa dampak pelemahan Rupiah terhadap harga kedelai? Harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
-
Apa Redenominasi Rupiah itu? Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan.
-
Apa itu Redenominasi Rupiah? Redenominasi adalah proses penyederhanaan mata uang. Redenominasi menghapuskan angka nol (0) dari nominal mata uang yang ada.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023 lebih tinggi? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,“ terang Edy.
-
Siapa yang nilai pasarnya turun? Thom Haye, gelandang berusia 29 tahun dari Almere City, mengalami penurunan nilai pasar yang sangat signifikan.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah diusulkan? Redenominasi bertujuan untuk menyederhanakan jumlah digit pada pecahan rupiah tanpa mengurangi daya beli, harga atau nilai rupiah terhadap harga barang dan/atau jasa.
Melihat kondisi ini, Lanjar mengingatkan agar investor lebih memperhatikan sisi utang perusahaan yang akan menjadi target investasi dan bahan baku produksi.
"Namun berkebalikan untuk perusahaan industri ekspor yang akan lebih diuntungkan akibat pelemahan Rupiah karena sisi penjualannya akan lebih tinggi jika dikonversikan dari USD ke Rupiah pada laporan keuangan mereka," ujar Lanjar, Rabu (5/9).
Investor ritel juga diingatkan agar cermat dalam kondisi Rupiah yang tengah melemah. Sebab, kondisi ini akan berdampak cukup signifikan pada ekuitas atau aset yang berisiko lebih besar dari instrumen utang. Juga, akan mengoreksi keuntungan dari investasi.
Lanjar menyarankan agar investor ritel untuk melakukan trading pada ekuitas dengan memanfaatkan pola teknikal rebound pada trend bearish /trading jangka pendek ketimbang mengalokasikan dana jangka panjang untuk membeli saham yang sudah turun. Karena penurunan bisa terus terjadi seiring pelemahan nilai tukar Rupiah.
Agar tetap cuan saat pasar tertekan, investor mesti melakukan pengawasan secara rutin pada portofolio dari segi pergerakan harga dan sentimen-sentimen yang mempengaruhinya. Melakukan trading jangka pendek dengan disiplin penuh pada stop-loss dan target harga karena trend pergerakan yang masih cenderung bearish.
"Juga memperhatikan volume psikologis trading suatu harga di mana terjadinya jenuh dalam penjualan menjadi sinyal teknikal rebound dan jenuh dalam pembelian akan menjadi sinyal aksi profit taking," imbuh Lanjar.
Dengan pelemahan Rupiah, dari sisi return juga bakal berpengaruh. Karena realitanya di Indonesia pergerakan ekuitas atau aset beresiko akan berjalan seiringan dengan nilai tukar di Indonesia yang sebagian besar perusahaan industrinya masih melakukan impor untuk produksi ketimbang produksi untuk ekspor.
Investor asing, pun akan cenderung bersikap waspada akan depresiasi rupiah yang juga menimbulkan depresiasi aset mereka jika di konversikan ke USD. Terlebih isu kebangkrutan beberapa negara berkembang yang terus menjadi topik pembicaraan di tengah ekspansinya ekonomi di AS yang lebih cepat dapat menarik investor kembali ke sana.
Menurut Lanjar, langkah Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yang akan fokus stabilisasi Rupiah prioritas utama, sudah cukup tepat guna meredam pelemahan Rupiah. Hanya saja aksi jual investor asing yang membuat permintaan USD meningkat tidak terbendung setelah adanya aksi jual besar-besaran negara berkembang seperti Turki dan Argentina yang mengakibatkan ancaman kebangkrutan atau krisis ekonomi di negara tersebut.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Begini untung rugi Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaKusfiardi menekankan perlunya kebijakan fiskal yang hati-hati dan proaktif, termasuk dalam pengelolaan investasi infrastruktur yang strategis.
Baca SelengkapnyaBerikut ini beberapa alternatif investasi yang relatif aman saat Rupiah anjlok.
Baca SelengkapnyaDPR mencermati dinamika dan dampak dari konflik geopolitik
Baca SelengkapnyaSaat ini, permasalahan yang muncul di industri dalam negeri menurunnya permintaan akibat menipisnya jumlah kelas menengah.
Baca SelengkapnyaKondisi ini menyebabkan penguatan mata uang dolar AS terhadap mata uang dunia lainnya hingga Rupiah.
Baca SelengkapnyaKetidakpastian ekonomi global membuat masyarakat melakukan langkah masif yang makin memperburuk keadaan.
Baca SelengkapnyaRupiah diprediksi akan terus melemah hingga beberapa bulan ke depan
Baca SelengkapnyaPada awal perdagangan Kamis (18/4) pagi, nilai tukar rupiah mencapai Rp16.177 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaKesempatan berinvestasi bisa dilakukan kapan saja termasuk saat nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS anjlok.
Baca SelengkapnyaNilai tukar rupiah terus menguat dalam dua hari terakhir
Baca SelengkapnyaHarga barang-barang elektronik bakal naik jika nilai tukar rupiah terus tertekan pasca serangan Iran ke Israel Sabtu (13/4) lalu.
Baca Selengkapnya