Travel agen bakal bernasib seperti wartel jika tak ada transformasi digital
Merdeka.com - Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya memprediksikan nasib travel agen akan serupa warung telekomunikasi (wartel) yang tergilas perkembangan teknologi jika tidak melakukan transformasi signifikan.
"Saya meyakinkan semua travel agen kalau tidak berubah saya jamin Anda pasti mati," kata Arief Yahya seperti dikutip Antara, Kamis (24/8).
Dia pun bercerita mengenai pengalamannya menjadi Direktur Utama PT Telkom ketika wartel masih dalam masa jayanya. Saat itu, PT Telkom memiliki jaringan hingga 124.000 wartel di seluruh pelosok Tanah Air.
-
Siapa saja perusahaan terbesar di dunia versi Forbes? Kali ini yang menempatkan posisi 10 besar dalam daftar tahun 2023 yakni perusahaan JP Morgan, perusahaan minyak Arab Saudi, dan tiga bank raksasa milik China serta raksasa teknologi seperti Apple dan Alphabet.
-
Apa bisnis utama dari konglomerat teknologi? Merujuk data terkini Forbes, ada tiga konglomerat baru yang datang dari bisnis sektor teknologi. Mereka adalah Otto Toto Sugiri, Marina Budiman, dan Han Arming Hanafia. Ketiganya merupakan orang Indonesia. Mereka merupakan pendiri dari PT DCI Indonesia Tbk (DCCI). Sebuah operator pusat data terbesar di Indonesia saat ini.
-
Bagaimana Kominfo melihat investasi Apple di Indonesia? Mengenai investasi Apple di Indonesia, Usman mengatakan bahwa Kominfo mengurus aspek teknologi yang dipakai, bukan terfokus pada aspek investasi keuangannya.
-
Bagaimana Forbes menentukan posisi perusahaan Indonesia di dunia? 1. Bank Rakyat Indonesia (BRI) menempati posisi ke 307 di dunia dengan market value USD 53.79 miliar 2. Bank Mandiri menempati posisi ke 418 dengan market value USD 32.58 miliar 5. Bank Negara Indonesia (BNI) menempati posisi ke 930 dengan market value USD 11.76 miliar 6. Bayan Resources menempati posisi ke 983 dengan market value USD 46.96 miliar 7. Adaro Energy menempatkan posisi ke 1393 dengan market value USD 5.93 miliar
-
Kenapa perusahaan dari Indonesia masuk dalam daftar Forbes? Sementara itu, ada 8 perusahaan milik Indonesia yang masuk dalam daftar perusahaan terbesar di dunia versi Forbes.
-
Mengapa AI penting bagi pelaku usaha? Para pelaku bisnis di Indonesia menyadari pentingnya melakukan transformasi digital. Demi memenuhi kebutuhan mereka sebagai pengusaha sekaligus menyajikan solusi bagi masyarakat, pengembangan teknologi dan pengembangan inovasi dinilai sebagai sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi.
"Wartel adalah walk in service dan travel agen yang masih manual itu persis wartel, jadi kalau masih saja tetap manual pasti mati," katanya.
Menurutnya, travel agen harus berpikir untuk go digital karena pada praktiknya perusahaan-perusahaan dengan valuasi tertinggi di dunia merupakan perusahaan berbasis digital, di antaranya Apple, Alphabet Inc. (perusahaan induk Google), dan Amazon.
Di bidang pariwisata juga, kata dia, sebanyak 70 persen konsumennya sudah menggunakan teknologi digital dari mulai riset destinasi hingga pembayaran saat membeli paket wisata.
Dia menilai, seluruh perusahaan manual ke depan akan tergilas oleh perusahaan berbasis digital. Dia mencontohkan, nilai perusahaan Traveloka lebih tinggi dari travel agen Panorama dan Bayu Buana.
Sebagai perusahaan yang listing di bursa, value Traveloka mencapai hampir Rp 15 triliun. Sementara Panorama yang sudah puluhan tahun bergerak di bidang pariwisata memiliki value kurang dari Rp 1 triliun.
Oleh karena itu, dia meyakinkan seluruh travel agen yang masih berbasis manual untuk melakukan transformasi menjadi perusahaan berbasis digital agar bisa berkembang sesuai zamannya.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Digitalisasi membuat semuanya instant termasuk dalam bisnis travel. Tetapi masih dianggap butuh sentuhan tatap muka.
Baca SelengkapnyaDi tengah perkembangan teknologi saat ini, muncul berbagai hasil produk inovasi yang bisa mengancam sektor bisnis yang sudah ada.
Baca SelengkapnyaDigiTiket dari Indibiz tawarkan kemudahan pencatatan data dan sistem tiket.
Baca SelengkapnyaTantangan terbesar yang dihadapi saat ini adalah adanya digitalisasi dalam pemasaran dengan adanya layanan pembelian tiket secara online.
Baca SelengkapnyaGelombang PHK di sektor teknologi berlanjut di 2024, dengan lebih dari 136.000 karyawan terkena dampak.
Baca SelengkapnyaDua perusahaan multinasional ini juga cukup kompetitif dari sisi pendapatan.
Baca SelengkapnyaLayanan Over The Top (OTT) seperti Google dan Meta, masih menjadi permasalahan hingga hari ini.
Baca SelengkapnyaKerugian Microsoft terkait sistemnya down belum diketahui, tetapi angka kerugian dari pelanggannya begitu besar.
Baca SelengkapnyaMenko Airlangga menyebut, sektor digital telah tumbuh 2,5 kali lipat lebih cepat dibandingkan sektor non-digital dan berkontribusi 15 persen terhadap PDB.
Baca Selengkapnya