Tujuh bahan pangan ini rajin diimpor selama era SBY
Merdeka.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merupakan doktor lulusan Institut Pertanian Bogor. Dia menulis disertasi bertajuk 'Pembangunan Pertanian dan Pedesaan sebagai upaya Mengatasi Kemiskinan dan Pengangguran: Analisis Ekonomi Politik Kebijakan Fiskal'.
Pembenahan sektor pertanian, termasuk mendorong pasokan bahan pangan dari dalam negeri dinilai SBY akan menyejahterakan masyarakat. Sebab, seperti ditulis presiden dalam salah satu bab disertasinya, "semakin tinggi upah di pertanian semakin berkurang kemiskinan di pedesaan".
Lepas dari karya tulis yang dihasilkan presiden pada 2004 lalu itu, data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mencatat realisasi kebijakan selama hampir 10 tahun SBY menjabat presiden, tak sesuai disertasinya. Dua kali periode di kursi RI 1, pembukaan keran impor, justru menjadi pilihannya buat menurunkan harga pangan.
-
Kenapa impor tekstil dari China meningkat? Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan menyebut perang dagang antara kedua negara itu menyebabkan over kapasitas dan over supply di China, yang justru malah membanjiri Indonesia.
-
Siapa aja yang pernah Kemendag selidiki terkait impor? Sementara negara yang pernah indonesia selidiki dan kenakan BMAD maupun BMP antara lain India, Republik Korea, China, Jepang, Amerika Serikat, Uni Eropa, Rusia, Kazhakstan, Australia, Malaysia, Vietnam, Thailand, Hongkong, Turki, Pakistan, Persatuan Emirat Arab, Singapura, Taiwan, Bangladesh, dan Mesir.
-
Apa penyebab inflasi selain permintaan melebihi penawaran? Kenaikan biaya produksi juga bisa menjadi penyebab inflasi. Misalnya, kenaikan harga bahan baku, tenaga kerja, atau energi dapat mendorong produsen untuk menaikkan harga jual agar tetap mendapatkan keuntungan.
-
Apa dampak baju bekas impor? Meski memiliki dampak negatif, baik dari segi kesehatan dan perekonomian, aktivitas thrifting masih digemari sebagian masyarakat.
-
Apa yang Kemendag lepas ekspornya? Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Didi Sumedi melepas ekspor kosmetik dari Sidoarjo ke Malaysia senilai 7 juta Ringgit Malaysia (RM) atau lebih dari Rp20 miliar, pada Senin.
-
Apa yang mendorong peningkatan produksi? Peningkatan permintaan baru menjadi salah satu faktor utama yang mendorong aktivitas produksi.
Alasannya, cadangan bahan pangan utama nasional seperti beras, jagung, kedelai, gula, daging sapi, cabai dan bawang merah tidak mencukupi kebutuhan sehingga memicu lonjakan harga.
Hal itu nampak dari data yang dihimpun Bappenas terhadap tujuh jenis bahan pangan utama yang dikonsumsi masyarakat Indonesia.
Menurut data yang dikutip merdeka.com dari laporan Pencapaian Kinerja Pembangunan Periode Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) I dan KIB II terbitan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) catatan importasi bahan pangan utama sepanjang KIB II meningkat cukup besar dibanding dengan KIB I.
Berikut daftarnya:
Beras
Importasi beras sejak tahun 2004 hingga 2013 mengalami fluktuasi. Pada 2004, impor beras sebanyak 236 ribu ton, lantas, saat 2006 jumlah impor beras naik menjadi 438 ribu ton dan mencapai 1,4 juta ton pada 2007.
Namun demikian, tren impor beras kembali naik mulai tahun 2010, 2011, dan 2012 menjadi masing-masing sebesar 687 ribu ton, 2,7 juta ton serta 1,7 juta ton.
Cabai
Impor komoditas cabai juga mengalami tren yang meningkat sejak tahun 2004 hingga 2013. Tahun 2004, impor cabai sebesar 7 ribu ton dan menurun menjadi 6 ribu ton pada tahun 2005.
Namun demikian, mulai tahun 2006, tren importasi cabai selalu meningkat dari 9 ribu ton berturut-turut menjadi 11 ribu ton, 14 ribu ton, 16 ribu ton, 18 ribu ton, 24,4 ribu ton, dan baru menurun di tahun 2012 serta 2013 menjadi masing-masing 17 ribu ton dan 12 ribu ton.
Daging sapi
Importasi daging sapi antara tahun 2004 hingga 2010 mengalami kenaikan berturut-turut sebesar 11,8 ribu ton, 19,9 ribu ton, 24,1 ribu ton, 39,4 ribu ton, 45,6 ribu ton, 67,9 ribu ton, dan 90,5 ribu ton
Angka tersebut kemudian menurun menjadi 289,5 ribu ton pada tahun 2008 serta menjadi 250 ribu ton tahun 2009.
Sementara importasi daging sapi antara tahun 2004 hingga 2010 mengalami kenaikan berturut-turut sebesar 11,8 ribu ton, 19,9 ribu ton, 24,1 ribu ton, 39,4 ribu ton, 45,6 ribu ton, 67,9 ribu ton, dan 90,5 ribu ton.
Impor daging sapi baru menurun dalam kurun waktu 2011 hingga 2013 menjadi masing-masing sebesar 65,0 ribu ton, 33,5 ribu ton, dan 23,2 ribu ton.
Gula
Komoditas gula juga mengalami tren importasi yang fluktuatif. Dalam kurun waktu 2004 hingga 2013, impor gula sebesar 1,2 juta ton, 2,1 juta ton, 1,6 juta ton, 3,1 juta ton, 1,2 juta ton, 1,7 juta ton, 2,0 juta ton, 2,7 juta ton, 3,1 juta ton, serta 2,5 juta ton.
Jagung
Tren fluktuatif juga terjadi pada importasi jagung. Sejak tahun 2004 hingga 2013, impor jagung sebesar 1,089 juta ton, 186,1 ribu ton, 1,776 juta ton, 702,5 ribu ton, 276,3 ribu ton, 339,5 ribu ton, 1,528 juta ton, 3,208 juta ton, 1,694 juta ton, serta 1,805 juta ton.
Kedelai
Untuk komoditas kedelai, dalam tiga tahun awal pemerintahan SBY, importasi kedelai menunjukkan tren yang stagnan, yaitu sebanyak 1,1 juta ton tiap tahun.
Tren fluktuatif baru muncul pada tahun keempat pemerintahan SBY, yaitu tahun 2007 yaitu sebesar 1,4 juta ton, kemudian berturut-turut menjadi 1,2 juta ton, 1,3 juta ton, 1,7 ton, 2,1 juta ton, 1,9 juta ton, dan 1,2 juta ton.
Bawang merah
Sementara untuk komoditas bawang merah, tren impor sejak tahun 2004 sampai 2008 menunjukkan kenaikan. Secara berturut-turut, jumlah impor periode ini sebesar 48,9 ribu ton, 53,1 ribu ton, 78,5 ribu ton, 107,6 ribu ton, 127,8 ribu ton, dan menurun menjadi 63,4 ribu ton pada tahun 2009.
Tahun 2010 dan 2011, impor bawang merah kembali naik sebesar 70,6 ribu ton dan 156,4 ribu ton. Tetapi, jumlah impor kembali menurun pada tahun 2012 dan 2013 menjadi 95,2 ribu ton dan 68,6 ribu ton.
(mdk/ard)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Said mencatat selama periode 2014-2023 defisit perdagangan internasional pada sektor pertanian sangat besar.
Baca SelengkapnyaDiharapkan ada realisasi investasi dari pengusaha di luar negeri.
Baca SelengkapnyaKonsumsi beras Indonesia dalam Lima tahun terakhir mengalami tren yang meningkat.
Baca SelengkapnyaSelain itu, pemerintah juga melakukan impor beras senilai USD 196,7 juta di Oktober 2023.
Baca SelengkapnyaDalam catatan BPS, pada tahun 1999 setelah krisis finansial Asia Indonesia mengalami pernah deflasi selama 7 bulan berturut-turut.
Baca SelengkapnyaPengadaan dari dalam negeri sebanyak kurang lebih 560.000 ton setara gabah per 2 Mei 2014. Angka serapan gabah ini setara 273.000 ton beras.
Baca SelengkapnyaAda beberapa harga komoditas bahan pangan yang mengalami kenaikan antara lain, beras, telur ayam, daging ayam, dan gula pasir.
Baca SelengkapnyaBadan Urusan Logistik (Bulog) menyatakan kenaikan harga beras terjadi akibat defisit di sejumlah sentra produksi.
Baca SelengkapnyaBPS mencatat nilai impor beras pada Januari 2024 mencapai Rp4,36 triliun.
Baca SelengkapnyaSaid menilai perlu bagi pemerintah agar fokus terhadap program kemandirian pangan
Baca SelengkapnyaPresiden Prabowo Subianto secara konsisten menyuarakan agar Indonesia bisa swasembada pangan, meski dalam realisasinya hal itu sulit.
Baca SelengkapnyaMahfud mempertanyakan komitmen pemerintah saat ini yang terus menerus impor pangan.
Baca Selengkapnya