Utang Pemerintah Naik Tipis Rp 1 Triliun di Maret 2019
Merdeka.com - Kementerian Keuangan mencatat posisi utang pemerintah pada Maret 2019 sebesar Rp 4.567 triliun. Angka tersebut naik tipis jika dibandingkan posisi utang sebelumnya pada Februari sebesar Rp 4.566 triliun.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan, utang naik tipis atau hanya sekitar Rp 1 triliun karena utang Indonesia saat ini ada yang jatuh tempo.
"Tambah cuma Rp 1 triliun karena kita ada jatuh tempo," ujar Luky saat memberi keterangan pers di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (22/4).
-
Bagaimana utang negara dihitung? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Apa total utang Amerika Serikat? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Dimana negara dengan utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023 lebih tinggi? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,“ terang Edy.
Luky menjelaskan, dengan adanya porsi utang jatuh tempo saat ini maka pemerintah tidak melakukan penarikan utang dalam jumlah besar. Namun lebih fokus melakukan pembayaran utang.
"Kan ada yang jatuh tempo itu yang kita bayar. Makanya stoknya kan tetap, dengan Februari kurang lebih sama, tapi selama bulan itu kita nambah juga utangnya tapi ada yang jatuh tempo, jadi makanya nambahnya tidak ada, cuma Rp 1 triliun," jelasnya.
Dikutip APBN Kita edisi April, realisasi pembayaran bunga utang sampai dengan 31 Maret 2019 sebesar Rp 70,58 triliun atau 25,58 persen terhadap APBN tahun 2019, lebih rendah secara persentase bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 28,69 persen terhadap APBN 2018.
Penurunan tersebut terutama karena kondisi yield Surat Berharga Negara (SBN) yang stabil dan cenderung menurun di awal 2019 dibandingkan dengan tren meningkat di awal 2018. Selain itu, terdapat perubahan komposisi penerbitan dan perbedaan jadwal pembayaran kupon SBN seri benchmark yang menyebabkan pola pembayaran bunga bulanan bersifat dinamis.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Dibandingkan tahun lalu ini penurunan (penarikan utang) sangat tajam," terang Sri Mulyani.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menjabarkan realisasi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sepanjang 2023 sebesar Rp308,7 triliun.
Baca SelengkapnyaSurplus APBN ditopang oleh penerimaan negara yang masih lebih tinggi dibandingkan belanja negara.
Baca SelengkapnyaUtang Indonesia saat ini justru mengalami perbaikan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Baca SelengkapnyaKemenkeu mencatat, rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kini sebesar 38,49 persen.
Baca SelengkapnyaPosisi utang pemerintah relatif aman dan terkendali karena memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,98 persen.
Baca SelengkapnyaSecara rinci, pembiayaan utang tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp70,2 triliun atau setara dengan 10,5 persen terhadap APBN.
Baca SelengkapnyaPosisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali karen hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang.
Baca SelengkapnyaDalam periode yang sama di tahun lalu, penarikan utang sebesar Rp480,4 triliun.
Baca SelengkapnyaNaiknya utang luar negeri karena penarikan pinjaman, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.
Baca SelengkapnyaRealisasi penerbitan utang Juli 2023 yang terkontraksi 17,8 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mencatat, realisasi pembiayaan SBN mencapai Rp141,6 triliun atau turun 2 persen secara yoy dibandingkan Mei 2023 sebesar Rp144,5 triliun.
Baca Selengkapnya