Utang Perusahaan Perkebunan yang Izin Usahanya Dicabut Negara Capai Rp382 T
Merdeka.com - Perkumpulan Transformasi untuk Keadilan Indonesia (TuK) Indonesia membocorkan adanya utang dan penjaminan senilai USD 26,62 miliar atau setara Rp 382 triliun (asumsi Rp 14.352 per USD) untuk perusahaan kehutanan yang izin usahanya dicabut pemerintah.Terdapat 192 unit perizinan/perusahaan seluas 3,12 juta ha yang dicabut izin konsesi kawasan hutannya mulai 6 Januari 2022.
"Kami coba identifikasi, ada USD 26,6 miliar utang dan penjaminan yang sudah dikucurkan sejak 2017-2021 untuk usaha yang dicabut pada 5 Januari kemarin," kata Direktur Eksekutif TuK Indonesia Edi Sutrisno, Kamis (20/1).
Sebagai informasi, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar telah mengeluarkan Keputusan Menteri LHK Nomor SK.01/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2022 tentang Pencabutan Izin Konsesi Kawasan Hutan pada 5 Januari 2022 lalu.
-
Siapa yang terlilit utang ratusan juta? Eko Pujianto merupakanpengusaha muda yang pernah mengalami keterpurukan karena terjebak utang ratusan juta.
-
Kenapa kerugian negara dibebankan ke PT Timah? 'Sehingga kewajiban ini melekat ada di PT Timah,' ujar Febri di Jakarta, Kamis, (30/5).
-
Apa total utang Amerika Serikat? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Bagaimana cara pemerintah menghentikan investasi Temu di Indonesia? Perlu dicatat bahwa Temu bukan satu-satunya perusahaan yang menjadi target pemerintah. Budi Arie mengungkapkan bahwa Shein juga termasuk dalam daftar aplikasi yang ingin diblokir.
-
Siapa yang memiliki utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Dimana negara dengan utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
Lebih lanjut, Edi menyebut, beberapa perbankan besar seperti BCA, BRI hingga Bank Mandiri jadi penyetor utang terbesar untuk utang kepada perusahaan kehutanan tersebut sejak kurun waktu 2017-2021.
"BCA, BRI, Bank Mandiri, dan Bank Sinarmas menjadi pihak penyandang dana terbesar dengan menyediakan USD 8,09 miliar, atau 30 persen dari total kredit," paparnya.
Dana Investasi
Selain penyandang dana teruntuk utang, ada juga investor yang turut mengucurkan dana kepada sejumlah izin usaha wilayah perkebunan itu.
Menurut catatan Edi, sebanyak USD 1,25 miliar dana telah disalurkan investor (obligasi dan shareholders) pada 2021 lalu untuk grup perusahaan yang izin usahanya dicabut. Beberapa investasi terbesar berasal dari Silchester International, Safra Group, hingga Vanguard.
"Tidak hanya investasi langsung, tapi beberapa adalah shareholder dari perbankan yang jadi penyandang dana," ujar Edi.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu KencanaSumber: Liputan6.com
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Angka ini hasil koreksi dari perkiraan kerugian sebelumnya, yakni Rp271 triliun.
Baca SelengkapnyaPosisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali karen hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang.
Baca SelengkapnyaPerkembangan ULN tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan aliran masuk modal asing pada SBN.
Baca SelengkapnyaKemenkeu mencatat, rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kini sebesar 38,49 persen.
Baca SelengkapnyaPresiden Bank Dunia Ajay Banga memulai kunjungan ke Indonesia selama 4 hari.
Baca SelengkapnyaUtang tersebut sudah terlampau lama yakni selama 26 tahun dan dinilai memberatkan masyarakat.
Baca SelengkapnyaNaiknya utang luar negeri karena penarikan pinjaman, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.
Baca SelengkapnyaSejauh ini nilai kerugian negara akibat korupsi tersebut senilai Rp271 triliun.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menjabarkan realisasi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sepanjang 2023 sebesar Rp308,7 triliun.
Baca SelengkapnyaULN Indonesia secara tahunan mengalami kontraksi 1,4 persen (yoy)
Baca SelengkapnyaBadan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menyampaikan hasil audit, dari Rp271 triliun menjadi Rp300,003 triliun.
Baca SelengkapnyaSecara rinci, pembiayaan utang tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp70,2 triliun atau setara dengan 10,5 persen terhadap APBN.
Baca Selengkapnya