Vaksin Covid-19 Merah Putih Ditarget Mulai Produksi Semester II 2022
Merdeka.com - Pemerintah saat ini sedang mengerjakan riset dan pengembangan terkait produksi vaksin Merah Putih. Vaksin buatan dalam negeri ini ditarget produksi massal mulai 2022.
Direktur Utama PT Biotis Pharmaceutical Indonesia, FX Sudirman mengatakan, mengacu pada capaian saat ini, produksi massal vaksin Merah Putih ditarget sekitar semester II 2022 mendatang. Hal ini, tentunya setelah melalui berbagai uji pra klinis, hingga uji klinis dalam tiga fase tingkatan.
"(Diharapkan) Produksi massal vaksin merah putih untuk memenuhi kebutuhan vaksin covid-19 masyarakat indonesia mulai 2022," katanya dalam Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (15/9).
-
Apa tujuan produksi vaksin dalam negeri? Kemandirian dalam produksi vaksin merupakan salah satu kebijakan utama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam meningkatkan ketahanan kesehatan nasional.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Kapan Bio Farma mulai meneliti vaksin? Pada 1902 lembaga tersebut mulai meneliti berbagai vaksin yang diperuntukkan bagi kesehatan masyarakat.
-
Kapan vaksin Mpox mulai digunakan di Indonesia? Pelaksanaan vaksinasi Mpox dengan MVA-BN sudah dilakukan sejak 2023, setelah ditemukannya kasus konfirmasi Mpox di Indonesia.
Dia mengatakan, saat ini PT Biotis dan Universitas Airlangga sedang melakukan uji coba ke hewan Macaca atau primata. "Uji Praklinis ini ditargetkan selesai pada 30 September 2021 ini, mudah-mudahan hasilnya baik sehingga kita bisa siapkan uji klinis ke manusia dengan tiga fase," katanya.
Diketahui, uji klinis pada manusia ada dalam tiga fase, yakni fase pertama bagi 100 orang, fase kedua untuk 400 orang, dan fase ketiga untuk 3000 orang. Kemudian, jika hasilnya menunjukkan tren positif, Sudirman mengatakan masih perlu dilakukan upscaling untuk pilot production. Baru setelah itu bisa ditingkatkan lagi ke produksi massal.
Namun, dia mengatakan bahwa tantangannya adalah terkait alat dan barang pendukung untuk memenuhi produksi massal tersebut.
Belajar dari Farmasi Global
Sudirman mengatakan bahwa ada dua poin besar yang bisa dipelajari dari pola produksi perusahaan farmasi besar dalam memproduksi vaksin secara massal. Dia mengambil contoh dari perusahaan pembuat vaksin Sinovac, Sinopharm, AstraZeneca, hingga Moderna.
"Kami perlu melihat dan belajar dari apa yang sudah dilakukan oleh industri farmasi global di luar, bagaimana mereka memenuhi vaksin covid dunia dan jumlah yang sangat besar," katanya.
Poin pertama yang bisa jadi pelajaran, adalah perusahaan farmasi global tersebut memanfaatkan fasilitas yang ada di negaranya. Hal ini tentunya, kata Sudirman, mampu memotong waktu dalam pelaksanaan riset hingga produksi.
"Mereka kalau membuat fasilitas baru akan lama, logikanya bisa molor sampai 2-3 tahun, itu fasilitasnya baru ada, dan baru mulai," katanya.
Kemudian, poin kedua adalah terkait rantai distribusi. Hal ini diakui Sudirman sebagai kelemahan di Indonesia. Jika perusahaan global tersebut mampu dengan mudah mengakses supply chain logistik terkait alat-alat yang dibutuhkan, sedangkan Indonesia masih perlu mendatangkan dari luar negeri.
"Karena bahan baku produksi vaksin ini kita perlu impor. Meski seed atau isolatnya itu berasal dari indonesia, tapi agen media, peralatan sebagian besar kita impor dari luar," katanya.
Dengan kemudahan akses logistik tersebut, maka industri farmasi global itu bisa secara cepat memenuhi kebutuhan vaksin di wilayahnya.
Dia mengatakan, dalam keadaan normal, pembuatan vaksin sendiri membutuhkan waktu sekitar 4 sampai 5 tahun, bahkan ada yagn sampai 10 tahun. Dia menyoroti terkait kolaborasi antara pemangku kepentingan.
"Bagaimana kita belajar dari AS dan China mereka dukung industri biofarmasi untuk percepat itu (riset dan izin produksi), AS itu mendukung dari proses pengembangan praklinik sampai klinik dan kepastian pembelian, sehingga produsen vaksin memiliki kepastian, ketika sudah jadi bisa dibeli pemerintah," tuturnya.
Reporter: Arief Rahman
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Produksi vaksin dalam negeri dianggap akan mampu mendorong ketahanan kesehatan nasional.
Baca SelengkapnyaBiofarma mengajukan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk tahun 2025 sebesar Rp2,21 triliun.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaIntroduksi vaksin dengue bertujuan mencegah penyebaran demam berdarah.
Baca SelengkapnyaKanker merupakan momok bagi banyak orang. Pada saat ini, Rusia mengklaim bahwa mereka selangkah lebih dekat untuk menemukan vaksin Kanker.
Baca SelengkapnyaVaksin Nusagard akan digunakan pada Program Imunisasi Nasional pada 2023 mendatang. Program ini menyasar 2,9 juta anak usia kelas 5 dan 6 sekolah dasar (SD).
Baca SelengkapnyaPemanfaatan BMN ini digunakan untuk usaha yang lebih produktif.
Baca SelengkapnyaPemerintah melalui BUMN bersama MSD sepakat tingkatkan edukasi tentang HPV.
Baca SelengkapnyaVaksin booster masih gratis dan dapat ditemukan di puskesmas atau faskes terdekat.
Baca SelengkapnyaPenyiapan tempat karantina ini untuk mencegah penularan TBC di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPemkot Tasikmalaya memulai program vaksinasi rotavirus (RV) dan human papillomavirus (HPV) pada Rabu (9/8).
Baca SelengkapnyaKegiatan ini dilakukan secara massal dan serentak sebagai bentuk penanggulangan kejadian luar biasa atau KLB Polio.
Baca Selengkapnya