Viral Dukun Pengganda Uang, Sosiolog: Masyarakat Tak Bisa Lepas dari Kepercayaan Gaib
Merdeka.com - Masyarakat baru-baru ini dihebohkan dengan adanya kasus penipuan bermodus penggandaan uang. Kasus penipuan tersebut telah terjadi berulang kali. Kali ini modus penipuan tersebut terjadi di Banjarnegara, Jawa Tengah yang dilakukan oleh salah satu dukun yaitu Mbah Slamet alias Slamet Tohari.
Kasus penipuan tersebut terjadi ketika ditemukan 10 mayat yang terkubur di kebun milik Slamet. Dia pun mengakui sudah membunuh korban-korban penipuan tersebut sejak tahun 2020 lalu.
Walaupun secara logika, penggandaan uang yang dilakukan oleh Mbah Slamet tidak masuk akal, tetapi masih banyak masyarakat yang percaya dengan adanya penggandaan uang tersebut sehingga terus saja memakan banyak korban.
-
Kenapa uang haram bisa buat doa gak dikabulkan? Ustadz Das'ad Latif mengingatkan bahwa praktik suap, terutama dalam Pilkada, dapat memengaruhi keputusan hidup kita dan merusak hati. Uang haram dari suap dapat menjauhkan kita dari khusyuk dalam beribadah dan menghalangi doa agar tidak terkabul.
-
Uang palsu apa yang diedarkan? Disampaikan Kepala Polsek Leles, AKP Agus Kustanto, keduanya mengedarkan uang imitasi dengan pecahan Rp10 sampai Rp100 ribu.
-
Siapa korban penipuan uang? “Ya Tuhan duit Rp 2.000 dibuat jadi Rp 20.000 ditambahnya nol, Astagfirullah.. Astagfirullah,“ ujar pedagang wanita yang diduga jadi korban penipuan.
-
Dimana uang palsu diedarkan? Petugas kepolisian dari Polsek Leles menangkap ibu dan anak yang diduga mengedarkan uang palsu di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat.
-
Apa itu uang mutilasi? Uang mutilasi adalah uang asli yang dirusak dengan cara merobek, membakar, melubangi, atau menghilangkan sebagian, kemudian disambungkan dengan uang palsu untuk mengelabui masyarakat.
-
Kenapa uang mutilasi berbahaya? Beredarnya uang mutilasi ini tentu merugikan masyarakat, karena bagi si penerima, uang ini tidak bisa digunakan dalam transaksi ataupun ditukarkan dengan uang yang sah.
Pengamat Sosiolog, Sigit Rochadi mengatakan kepercayaan masyarakat terhadap dunia gaib sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Dia menilai kepercayaan tersebut tidak akan hilang karena ada beberapa kelompok yang terus memelihara kepercayaan tersebut.
"Itu tidak akan hilang sampai kapanpun, karena kepercayaan itulah yang mula-mula muncul dan terus dipelihara oleh kelompok-kelompok. Dulu dalam sosiologi, muncul teori modernisasi yang mengatakan bahwa tradisi nasionalisme termasuk kepercayaan-kepercayaan animisme, dinamisme, itu akan hilang seiring dengan berlangsungnya modernisasi maka kemudian tahun 70-an ketika modernisasi melanda kita orang ramai-ramai pindah kepada modernisme, orang malas menggunakan bahasa daerah, orang memilih meninggalkan kepercayaan lokal dan beralih ke modern," ujar Sigit kepada Merdeka.com, Kamis (6/4).
"Ternyata teori itu tidak terbukti di dunia manapun terjadi pemeliharaan terhadap kepercayaan liaka orang masih percaya terhadap dunia gaib int hitu dipercaya menggandakan uang, bisa menyembuhkan penyakit bisa menaikan jabatannya dan seterusnya tapi intinya percaya kepada dunia gaib," lanjutnya.
Masyarakat Iransional
Sigit menjelaskan masyarakat yang percaya adalah masyarakat yang irasional, masyarakat yang tidak membedakan antara dunia materi dan dunia imateri.
"Yang namanya kekuatan gaib itu adalah dunia imateri, dia tidak bisa bekerja di dunia materi, padahal yang dikejar mereka itu adalah materi penggandaan uang sehingga tidak bisa," terang dia.
Sambungnya, mereka yang percaya akan penggandaan uang tersebut adalah mereka yang ingin menempuh jalan pintas untuk memenuhi hasrat di era materialisme. Dimana keberhasilan orang itu dilihat bukan dari moralitas dan bukan dari kerja keras tetapi dari kepemilikan barang-barang, misalnya memiliki mobil, motor, rumah, gadget, ipad dan lain sebagainya.
"Itu adalah simbol-simbol kesuksesan yang materi dan orang sudah meraih itu secara langsung atau tidak langsung memamerkan kepada teman-teman di sekitarnya," kata dia.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Polres Pekalongan mengungkap kasus penipuan dengan modus penggandaan uang bermotif politik. Korbannya seorang caleg dari Partai Golkar.
Baca SelengkapnyaModusnya, korban diminta hampir Rp400 juta sebagai syarat persembahan di Pantai Selatan.
Baca SelengkapnyaDukun pengganda uang Slamet Tohari terancam hukuman mati
Baca SelengkapnyaSang Dukun meminta agar korban melarung uang ke laut sebagai ritual buang sial
Baca SelengkapnyaKorban sendiri sempat dilaporkan hilang oleh keluarganya, sebelum akhirnya ditemukan jasadnya.
Baca SelengkapnyaVideo tersebut dinarasikan ada seorang pemuka agama yang memimpin jemaah tertentu
Baca SelengkapnyaBahkan, ada juga makam yang dibuat seolah sangat tua dan kramat, dengan menambahkan bangunan serta kain kafan di batu nisan.
Baca SelengkapnyaHal ini yang menurut ilmuwan menjadi alasan manusia takut hantu.
Baca SelengkapnyaPenipuan itu terjadi setelah korban dibujuk rayu pelaku dengan modus ingin mengusir setan.
Baca SelengkapnyaRamai proposal anggaran di desa capai angka 12 milyar, ternyata penipuan.
Baca Selengkapnya"Katanya rumah korban banyak setan," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya.
Baca SelengkapnyaIa melancarkan aksi tipu-tipu dengan membuka praktik pengobatan alternatif di rumah kontrakannya yang ada di sekitar Kota Pacitan.
Baca Selengkapnya